Danish memandang langit-langit kamar, dia tidak bisa tidur sejak semalam, sementara semburat kebiruan dari kaki langit sudah muncul saat ini. Artinya, ini sudah pagi dan Danish harus sekolah. Hari pertamanya sekolah setelah membolos lama sekali, hampir dua minggu atau malah lebih. Dia lupa menghitungnya.
Insomnia seperti inikah yang dirasakan Hamam waktu itu? Tapi jika Hamam susah tidur karena pusing memikirkan dari mana datangnya air kelapa, maka Danish tidak begitu. Dia jadi susah tidur karena bertemu Sayna kemarin siang di butik Violeva. Dan gadis itu berdandan sangat cantik, dia juga mengejar Danish ke parkiran dan diam selama bermenit-menit di hadapannya. Tidak tahu bahwa ada orang yang sedang berusaha menahan diri untuk tidak jadi gila karenanya.
Mungkin kalau jantung Danish bisa berteriak, dia sudah melolong seperti auman manusia serigala di malam bulan purnama. Untungnya jantung hanya berdebar-debar saat pemiliknya sedang tidak dalam kestabilan jiwa.
&ld
“Sayna....”Lelah mengeraskan rahang sepanjang jalan, gadis itu langsung melemaskan otot wajahnya dengan melengkungkan bibir dan menerima sambutan serta pelukan hangat dari seorang wanita yang meneriakkan namanya heboh di depan pintu. Sayna menyalami wanita itu, dan membiarkan dirinya dipeluk serta dicubit gemas berhubung pipinya makin gendut.“Apa kabar, Tante?” tanyanya memulai basa-basi. Sudah jelas wanita di hadapannya ini tampak lebih kurus dari terakhir kali Sayna mengingatnya, wajah Melia juga agak kuyu. Maklum saja masalah yang menimpa anak-anaknya belakangan pasti membuat beliau kepikiran.“Tante sehat, kamu gimana? Tante kangen banget! Tante nunggu kamu datang lagi ke sini tapi nggak pernah terjadi. Kamu tahu gimana gencarnya tante minta ibu biar kamu ikut pas ada kunjungan ke sini? Coba cek deh surelnya, tante nyepam banget di sana.”Sayna tertawa sungkan, tidak enak harus memutus hubungan dengan wanita canti
“Nish...”Sayna memanggilnya dan dengan begitu Danish langsung melepas pegangan tangan mereka berdua. Dia benar-benar gugup setengah mati, walau sudah puluhan kali latihan di kamar mandi demi menyambut kedatangan Sayna hari ini, Danish tetap susah mengontrol diri. Dia bahkan bilang pada ibunya untuk menyiapkan buah nangka sebab Twisko dan Teh Kotak terlalu biasa. Danish sudah sering membelikannya, hanya nangka yang belum pernah.Mereka sampai di halaman belakang rumah, Danish sendiri lupa kapan terakhir kali dia berkunjung ke sini. Rasanya sudah lama sekali. Tahu-tahu tanaman dan bunga-bunga milik ibunya sudah bermekaran dan tumbuh tinggi. Di antaranya ada bunga lily yang mekar dan mencolok karena ukurannya yang besar-besar. Cantik, seperti seseorang di sebelahnya saat ini.“Maaf ya, Nish... kedatangan gue hari in—”“Gu...gue dulu,” potongnya buru-buru. Danish menghadap gadis itu. “Gue dulu yang ngomong.&rdq
Rencananya Danish akan tidur nyenyak malam ini setelah hari-hari yang berat kemarin boleh dikatakan akan segera berakhir. Tapi semua niat itu ia urungkan melihat seseorang datang tengah malam buta dengan menyeret kopernya yang berwarna merah menyala dan bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Tidak akan melakukan apa-apa, tidak habis kabur dari ibu dan adiknya selama berhari-hari setelah memutuskan untuk menikahi orang asing bulan depan.Dinara tergolek di sofa ruang tengah dengan kaki terangkat satu ke sandarannya.“Mbak, aku mau ngomong.” Dia tidak menahan diri lagi. Danish berdiri di sebelah kakaknya yang terbaring, tepat di atas kepalanya.“Apa?”“Soal pernikahan Mbak Dinar bulan depan itu.”“Nish...” panggil ibu mereka. “Besok lagi, kasihan mbaknya capek.”Danish membuang napas kasar. “Kalau dia capek dan nggak mau diajak ngomong sama siapa-siapa, Mbak Dinar harusnya lan
Seperti ada kupu-kupu beterbangan di sekitar dadanya, Sayna merasakan efek melayang hingga dia tidak ingin makan dan susah sekali tidur. Matanya menolak untuk dipejamkan. Dia terus merasa segar meski tidak tidur semalaman dan perutnya kenyang terus menerus padahal dia belum makan. Itu sebabnya orang kadang tidak berpikir panjang, nyatanya seperti ini memang, makan cinta saja sudah cukup, Sayna kenyang.Mungkin di sekolah Danish masih bertingkah malu-malu, tapi sisi baiknya dia tidak menghindari Sayna lagi. Danish tersenyum saat mereka tak sengaja berkontak mata, meski dia belum berani dekat-dekat dengan mejanya. Pasti Danish masih pikir-pikir untuk itu, karena lambe-lambe di sekitar mereka akan membuat berita, opini, bahan gosip hingga ledekan yang menghebohkan. Jadi, ada baiknya memang sama-sama menahan diri dulu.Pada kenyataannya, mereka berbaikan saja sudah cukup.“Hai, Danish!” panggil Sayna begitu dia sampai ke parkiran dan melihat Danish bersa
“Lo udah nggak mau ngurus Bolu lagi?” tanya Danish mulai tak enak hati.“Bukan gitu.” Sayna bergumam pelan. “Gue... sori, Nish.” Gadis itu tidak meneruskan, dia jusru menggulingkan tubuhnya dan meringkuk di tempat tidur dengan wajah menghadap Danish.“Bilang,” desak Danish merasa gadis itu tidak selesai dengan kalimatnya.“Gue mau lo ke sini tanpa alasan apa-apa.” Sayna mengatakannya sambil memicingkan mata. “Ke sini aja, jangan karena mau antar makanan Bolu atau apa. Kita kan temenan. Emang gue nggak bisa jadi alasan lo buat main ke sini?”“Gue nggak pernah setuju kalau kita cuma teman, Sayna.” Danish berujar tidak senang.“Ya, apalah itu pokoknya.” Gadis itu merengek frustrasi. “Kalau mau ke sini, ya ke sini aja, jangan nunggu pakan Bolu habis. Itu sih bisa gue beli sendiri.”Danish terkekeh pelan melihat tingkahnya.“Ma
Setelah kejadian Danish yang terkurung dalam kamarnya itu terbongkar karena Ikrar pulang dengan gusar lalu menyelamatkan Danish yang sempat-sempatnya tidur di tempat persembunyian, hubungan keluarga Danish dan Sayna semakin dekat. Sore itu Danish dibawa turun oleh Ikrar dan seluruh kesalahan dilimpahkan pada Sayna. Mereka berdua benar-benar digrebek oleh pak RT seperti pasangan mesum di berita-berita yang banyak beredar.Untung saja, ketua RT di sana adalah ayahnya Sayna.“Nggak, Teh... kamu dapat ide dari mana nyembunyiin Danish di kamar kayak gitu?”“Ya, nggak tahu. Tiba-tiba kepikiran aja, Bu. Kan kalau aku turun bareng dia dari atas berdua buat ketemu sama Ibu, yang ada Ibu malah mikir macem-macem sama aku.”“Ih, nggak gitu. Kalau nggak ngapa-ngapain kenapa harus disembunyiin, kan? Justru nyembunyiin Danish di kamar itu ide paling buruk yang pernah ibu tahu. Pas ketahuan gini ibu sama ayah makin nggak bisa berpikir jernih
“Yuk, masuk dulu! Mama nyiapin gaun buat lo pakai di nikahan Mbak Dinar nanti, biar seragaman sama punya kita semua.”Sayna mengangguk dan mengikuti ajakan Danish untuk masuk ke rumahnya. Dan dia sangat terkejut mendapati rumah Danish yang biasanya rapi, bersih, sepi, saat ini justru berantakan sekali. Ruang tengahnya penuh dengan berbagai kotak, paper bag, dust bag serta gaun-gaun yang menggantung di rak beroda.Salah satu penghuni rumah ini memang akan benar-benar menikah, sehingga kehebohan jenis ini terjadi, sama seperti di keluarga lainnya. Sayna diam-diam mengulum senyum, merasa senang karena ada gelenyar hangat menjalar di dadanya.“Nih, mama suruh coba yang ini dulu.”Danish memberinya sebuah kebaya berwarna pastel lalu meminta Sayna mencobanya di kamar pas yang sudah mereka siapkan mendadak demi semua persiapan ini.“Nish, Mbak Dinar-nya mana? Gue kan belum ketemu.” Sayna celingukan men
Hari pernikahan Dinara tiba, mereka semua sudah berkumpul sejak semalam di Hotel Singosari yang kabarnya adalah hotel milik calon suami wanita itu. Bukan hotel terbaik di Jakarta, tapi cukup mewah untuk pernikahan mendadak sepasang orang yang bahkan belum genap dua bulan saling kenal. Danish sudah siap dengan setelan terbaiknya hari ini, tadi Sayna bilang kalau dia tampan sekali memakai beskap seperti sekarang. Sebab Danish adalah wali nikah Dinara, maka dia juga diperhatikan tak kalah penting dengan pengantinnya sendiri. Danish begitu berdebar karena akan menikahkan seseorang hari ini. “Pake yang itu, iya. Yang warna pastel.” Dia menolehkan kepala saat mendengar kakak kandungnya itu terus-terusan membuat Sayna serba salah karena apa pun yang dikenakan Sayna akan diprotes olehnya. Danish tidak menyangka jika Dinara akan memusuhi Sayna terang-terangan seperti itu. Meskipun setelahnya mereka berdua justru tampak lucu, saling serang tapi juga saling memperhatika