Hari yang telah dinantikan telah tiba. Dimana Fien Clark berupaya untuk menegakkan keadilan atas saudara tirinya. Begitu juga Alice yang mulai bisa membaca kisah hidup mereka selama ini meskinya hanya melalui kisah yang diceritakan Fien Clark kepadanya. Ia tak menyesali, meskipun tak bisa teringat sepenuhnya tentang hidup yang dialaminya dahulu. Ia harus merelakan semua itu hilang dalam ingatannya. Setidaknya ada sebagian kisah, penggalan penggalan kisah yang tidak berlalu di dalam hidupnya.Ya, kisah dengan Fien Clark ternyata masih tersisa di dalam memori ingatannya.Kali ini, ia hanya mendengar dan mengikuti jalannya persidangan tanpa bisa banyak membantu. Syukurlah, Fien Clark dan Antonio berusaha keras untuk buktikan kejadian kejadian dengan bukti dan saksi yang sangat mencukupi untuk menjatuhkan hukuman hukuman kepada siapapun yang bersalah dalam kasus pembunuhan Erick Davis, saudara tiri Fien Clark dan juga bukti kejahatan Grace yang berusaha keras mencelakainya sehingga menim
Fien Clark membawa Alice ke rumah pantai bersama Alex putra mereka. Tiupan angin laut pagi itu terasa lembut dan menyegarkan. Tak hentinya Fien Clark membelai rambut Alice dengan cinta."Apa yang membuatmu mencintaiku?" tanya Alice pada Fien."Karena kau adalah Alice Greyson," jawab Fien Clark singkat."Sangat banyak nama Alice Greyson, haruskah kau menyukai semuanya?""Kalaupun sama, mereka tak lupa ingatan sepertimu."Alice makin cemberut."Pasti sangat buruk kejadian masa lalu bersamamu sehingga kau bahagia aku lupakan.""Ayolah, bukan begitu. Aku tak butuh alasan pasti untuk mencintaimu, bagiku kau wanita yang menyebalkan.""Menyebalkan? Benar, aku sangat menyebalkan karena lupa ingatan, jadi kenapa kau harus sejauh ini?"Alice makin cemberut dan kesal."Tahukah kau, Alice. Kau membuat kepalaku pusing karena tak bisa memikirkan hal lain, kau melumpuhkan sendi sendiku saat menghilang begitu saja, terlalu sakit dan menyebalkan karena sangat sulit mencarimu. Sekarang, haruskah wajahmu
"Ya, kau sangat pemarah sebenarnya," celetuk Alice dan meninggalkan Fien Clark menuju rumah pantai. Ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi pada putranya.Di dalam rumah, Alex duduk menghadap begitu banyak mainan yang disiapkan Fien Clark untuknya."Sayang, wajahmu...kenapa jadi ada lipatan lipatan seperti itu? Sepertinya itu tidak baik...," sindir Alice. ia baru saja membilas tubuhnya dengan air hangat dan membalut tubuhnya dengan piyama handuk berwarna putih bersih.Mendengar itu, Alex segera menyentuh wajahnya. Alex ternyata sangat perduli dengan penampilan dirinya. Bahkan ia sangat perduli dengan tatanan rambutnya yang selalu disisir rapi.Alice menatap Alex yang bertingkah seolah memang terjadi sesuatu yang menakutkan di wajahnya."Dimana lipatannya, Mommy. Aku tidak merasakannya?"Alice tersenyum lebar. "Nah, setelah kau berbicara, lipatan itu sepertinya sudah mulai menghilang. Jangan cemberut lagi sehingga membuat wajahmu berkerut permanen," terangnya.Tak lama kemudian Fien
"Sejak kapan?" sekarang Alice yang keheranan dengan apa yang ia ucapkan. "Aku sungguh mengingat rumah kebun itu milikmu.""Ya, kau mengingat tentang rumah kebun dan itu adalah cerita yang selalu aku katakan ketika dahulu, kau belum menjadi wanita yang kehilangan memori. Tapi sekarang seolah kau mengingat dengan jelas.""Tapi..., aku sungguh mengingat itu... bagaimana bisa...,""Mungkinkah kau juga mengingat yang lainnya?"Alice memijit pelipisnya. Ini cukup aneh, seolah ia mengingat dengan jelas cerita tentang rumah kebun dimana Fien pernah menunjukkannya sekali waktu itu. Rumah tersebut dikelilingi kebun strawberry dan juga kebun apel. Masyarakat di sekitarnya juga ramah dan tidak terlalu berjauhan. Seolah ia tak melupakan tempat tersebut. Sepertinya sebagai memori Alice berangsur pulih."Tapi aku belum mengingat lainnya, atau bisa jadi aku teringat ketika berbicara sesuatu yang berkaitan ya....""Baiklah, tak perlu dipikirkan, dan ide itu cukup bagus.'###Antonio mengangkat Carruse
Antonio menyetir mobilnya dalam diam. Ia terlihat murung dan sesekali saja tersenyum membalas candaan Sherly.Sebenarnya Sherly sangat kecewa dengan sikap Antonio yang terlihat jelas memikirkan pertemuannya dengan Cindy.Apalagi, Antonio tak ingin bercerita dan berterus terang tentang pertemuan tersebut. Sherly justru merasa, Antonio memang masih mencintai Cindy."Antonio, tiba tiba saja kau terlihat kehilangan semangat. Adalah sesuatu yang mengganggumu?""Hmm, apa maksudmu? Kurang apalagi sekarang? Aku sudah meluangkan waktu menemanimu berbelanja, dan sekarang apa lagi salahku?"Antonio menjadi sangat sensitif, dan Sherly seolah tak mengenali suaminya ini."Tidak, tidak ada yang salah dalam hidupmu, semua ini memang salahku, Antonio. Maafkan aku," Sherly menitikkan air matanya. Ia mengatakan dengan suara bergetar sehingga membuat Antonio melihatnya. Antonio jadi bingung, kenapa Sherly malah menangis?"Hei, kenapa kau menangis? Hentikan sayang, Carrusel melihatmu, nanti dia mengira a
"Apakah kau memikirkan sesuatu? Apa yang sebenarnya kau pikirkan saat ini, hmm...."ujar Sherly. Tentu saja ia berusaha tegar sekaligus ingin tahu apakah Antonio akan bercerita tentang sesuatu."Tidak ada, Sherly. Aku hanya merasa letih saat ini."Sherly menggigit bibir bawahnya, ia merasa Antonio benar benar ingin menyembunyikan segalanya tentang pertemuannya dengan Cindy."Baiklah, kalau begitu beristirahatlah dengan baik. Aku akan membuatkan menu makan siang untukmu."Sherly membalikkan badannya untuk keluar kamar tidurnya. Biarlah semua itu tidak disinggung olehnya sementara ini, ia kan melupakan apa yang ia lihat.Sherly menuju ruangan dimana Alex dan juga Carrusel berada. Sementara itu Alice dan Fien Clark sudah beranjak bersiap untuk pergi."Jika kau mengijinkan, kami akan membawa Carrusel bersama kami," Alice memohon kepada Sherly."Tapi, bukankah kalian sedang dalam kesibukan, aku khawatir akan merepotkan kalian.""Tidak, kami hanya sebentar, hanya makan siang di sebuah rest
Sherly menatap wajah mungil yang tertidur pulas di tempat tidurnya. Baginya, Carrusel adalah karunia terindah yang ia miliki saat ini. Tak perduli bagaimana Antonio telah memberikan cinta yang tak sempurna selama ini, ia telah menyadari hal itu sejak lama."Tentu saja aku adalah pemenangnya, Carrusel. Mencintai kalian berdua bukanlah kesalahan. Aku selalu bertahan untukmu, Carrusel," lirihnya kemudian.Setelah puas memandangi gadis kecilnya, Sherly beranjak keluar dan menuju ruang kerja Antonio. Pria itu sedang sibuk membersihkan ruangan tersebut dan Sherly bisa melihat tumpukan kertas tak terpakai dan juga beberapa barang berserakan di lantai.Sherly memungut sebuah lukisan kecil dan membersihkan debunya."Kenapa kau membuangnya Antonio, lukisan ini sangat cantik dan aku menyukainya.""Hmm, ganti saja dengan yang baru, Sherly. Masih banyak lukisan yang lebih bagus dari lukisan itu.""Benarkah? Tapi, kenapa banyak sekali barang barang yang kau buang? Kau juga tak minta bantuanku?" pro
Cukup lama Alice memperhatikan wanita tersebut. Ada pintasan pintasan yang berlalu di ingatannya. Ia mulai merasakan mual saat berusaha keras mengingat senyuman dari wajah yang di hadapannya.Adapun wanita yang dilihat Alice juga sangat terkejut. Ia tak menyangka akan bertemu Alice dalam keadaan menyedihkan pada akhirnya.Melihat Alice yang hanya memandanginya, iapun merasa bingung dan salah tingkah. Untuk itu ia berdiri, hendak meninggalkan tempat tersebut."Hei, mau kemana?" sapa Alice.Violet tak menoleh. Langkah kakinya terhenti, menunggu respon selanjutnya.""Aku merasa, kita saling mengenal bukan?"Violet berbalik, menunjukkan ekspresi tidak bersahabat."Tidak, aku tidak mengenalimu. Maaf, aku harus pergi."Wanita tersebut pergi, membuat Alice heran dan justru semakin penasaran."Tapi kenapa aku sangat mengenali senyuman itu?" gumamnya.Sementara itu, Fien hanya melihat mereka dalam diam di mobilnya.Ia sangat mengetahui wanita tersebut setelah proses pengadilan kasus pembunuhan