Bukan Savannah Geovan namanya jika tak heboh saat datang. Meski usianya bukan usia anak-anak lagi, tapi Savannah akan selalu saja heboh jika datang. Gadis cantik itu datang di pagi hari. Dia sengaja datang pagi hari, agar bisa sarapan bersama dengan Shawn dan Ariel.“Kak Ariel, jadi kau melakukan terapi di rumah? Tidak harus ke rumah sakit?” tanya Savannah sambil menikmati sandwich-nya.Ariel menganggukkan kepalanya. “Iya. Aku sudah jarang sekali ke rumah sakit. Kakakmu meminta perawat khusus yang datang untuk aku melakukan terapi.”“Ah, Kak Shawn memang romantis. Dia sangat mencintaimu, Kak! Semoga di masa depan nanti, aku mendapatkan pria tampan yang mencintaiku, seperti Kak Shawn mencintaimu,” ujar Savannah riang.Ariel tersenyum lembut seraya menatap Savannah. “Kau pasti mendapatkan yang terbaik, di antara yang terbaik, Savannah. Kau cantik, periang, pintar, baik hati. Kau memiliki segala aspek yang diidamkan para pria. Aku yakin kau pasti mendapatkan yang terbaik.”“Savannah belu
Shawn sibuk berkutat dengan MacBook-nya. Pria tampan itu memeriksa dengan penuh teliti pekerjaannya. Dua minggu berada di Moskow memang membuatnya meninggalkan banyak sekali pekerjaan.Stanley dan Steve sudah membantu, tapi ada beberapa akses yang tak bisa dijangkau oleh dua saudara kembarnya itu. Hal tersebut yang membuat Shawn sekarang menjadi sangat sibuk.Suara dering ponsel terdengar. Shawn mengambil ponselnya yang ada di atas meja, menatap ke layar tertera nomor ibunya di sana. Pria tampan itu tersenyum. Tanpa menunda, dia menggeser tombol hijau, untuk menjawab panggilan telepon itu.“Halo, Mom?” ujar Shawn kala panggilan terhubung.“Sayang, apa kau sibuk?” ucap Stella dari seberang sana. “Sedikit, Mom. Tapi tidak masalah. Aku senang kau menghubungiku. Bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja, kan?”“Baik, Sayang. Mommy baik. Oh, ya, Savannah ada di rumahmu, ya?” “Iya, Mom. Tapi sekarang Savannah sedang mengajak Ariel ke luar rumah untuk berkeliling.”“Astaga, anak itu tidak pern
Tubuh Ariel berguling ke tanah bersama dengan Flora—demi menghindar dari truck besar yang nyaris menghantam Flora. Savannah yang tersungkur di tanah langsung bangkit berdiri terkejut melihat Ariel bisa berlari.Shawn yang ada di sana masih bergeming di tempatnya, meyakinkan bahwa apa yang dia lihat ini nyata. Matanya masih berfungsi dengan baik dan benar. Tidak sama sekali salah. Hingga ketika Shawn yakin bahwa yang dia lihat adalah benar—dia langsung berlari menghampiri Ariel—membantu kekasihnya itu berdiri. Pun Savannah ikut menghampiri Ariel dan Flora.“Ariel? K-kau bisa berjalan?” Shawn terus menatap Ariel dengan tatapan khawatir dan panik.Savannah mematung dan menatap Ariel. “K-kak A-Ariel, kau bisa berjalan?”Ariel sendiri terkejut dan bingung melihat kedua kakinya bisa berdiri tegap. Padahal di kala ingin melerai perkelahian antara Savannah dan Flora—dia sama sekali tidak bisa menggerakkan kedua kakinya. Akan tetapi, di kala ada truck yang nyaris menghantam Flora—Ariel seolah
Flora duduk terdiam duduk di sofa, dengan raut wajah muram. Sorot mata memancarkan jelas perasaan campur aduk. Kepingan memorinya teringat akan kejadian tadi. Kejadian yang sama sekali tak dia sangka terjadi.Kenapa Ariel harus menolongnya? Jika sampai terjadi hal buruk padanya, bukankah Ariel akan senang? Jutaan pertanyaan muncul di dalam benaknya. Untuk pertama kalinya Flora dibuat bingung dan tak mengerti.“Sayang? Kau di sini? Grandma pikir, kau akan datang ke perusahaan.” Malvia duduk di samping cucu kesayangannya Kening Malvia mengerut dalam, melihat raut wajah Flora berubah. “Flora, ada apa, Sayang? Apa ada masalah?”Flora mengalihkan pandangannya, menatap Malvia. “Ariel sudah bisa berjalan.” “Ariel sudah bisa berjalan? Kau yakin?” ulang Malvia dengan raut wajah terkejut.Flora mengembuskan napas panjang seraya menyandarkan punggungnya ke sofa. “Tadi aku bertemu dengan Ariel yang sedang bersama Savannah. Aku mengatakan Ariel tidak pantas untuk Shawn. Apalagi dia cacat. Tapi ru
Shawn mengumpulkan keluarganya di penthouse-nya. Ariel dibantu oleh pelayan menghidangkan banyak makanan untuk keluarga Shawn. Tampak jelas raut wajah Ariel menunjukkan jelas kebahagiaannya. Ariel menyukai ini. Dia selalu menyukai setiap kali berkumpul dengan keluarga Shawn.Ariel selalu mendapatkan sambutan hangat dari keluarga Shawn. Bahkan kedua orang tua Shawn sudah menganggap Ariel seperti anak kandung mereka sendiri. Khusus hari ini Shawn sengaja mengundang keluarganya yang ada di New York untuk berkumpul di penthouse-nya.“Ariel, aku sudah bilang padamu, serahkan pada pelayan. Aku tidak ingin kau kelelahan. Kau baru saja pulih.” Shawn menegur Ariel yang sibuk di dapur.“Sayang, aku sudah lama sekali tidak berjalan. Aku ingin sibuk di dapur membuatkan makanan. Kau jangan mencemaskanku. Ada pelayan yang membantuku.” Ariel memeluk lengan Shawn, memberikan kecupan di rahang sang kekasih.Ariel merasa sudah lama sekali tidak berjalan, dan sudah lama tak memasak. Yang biasa Ariel lak
Pelayan menghampiri Shawn, Ariel, dan Savannah. Sang pelayan itu memberi tahu bahwa keluarga Shawn sudah tiba—dan telah menunggu di ruang tengah. Setelah memberi tahu—pelayan itu pamit undur diri dari hadapan Shawn, Ariel, dan Savannah.“Ayo kita temui Grandpa, Grandma, Daddy, dan Mom.” Savannah berseru antusias.Shawn mengangguk setuju. Dia menggenggam tangan Ariel, tapi tiba-tiba saja langkah kaki Ariel terasa berat. Dokter cantik itu seolah memiliki sesuatu hal yang mengusik pikiran dan ketenangan jiwanya.“Kenapa, hm?” Shawn menatap Ariel yang kini kepalanya tertunduk.“Shawn, aku bingung,” ucap Ariel pelan.Shawn membelai pipi Ariel. “Kau bingung kenapa, hm?”Ariel menggigit bibir bawahnya. “Aku senang, tapi aku juga malu. Perasaanku sekarang campur aduk, Shawn.”Shawn membelai bibir ranum Ariel. “Jangan menggigit bibirmu. Nanti kalau tergigit, bibirmu bisa terluka. Aku mengerti perasaanmu. Tapi, keluargaku akan sangat bahagia melihatmu bisa berjalan lagi. Mereka selalu mendoakan
Makan siang telah berakhir. Seluruh keluarga Shawn telah pulang. Pun Savannah ikut pulang, karena ditarik paksa oleh Stanley pulang. Rupanya Stanley ingin memberikan hukuman pada adiknya yang telah membuatnya menjadi tersudut. Waktu malam malam telah tiba. Namun, Ariel dan Shawn masih berbaring di ranjang. Mereka berciuman dan berpelukan mesra. Mereka seakan menunjukkan bahwa dunia hanya milik mereka berdua.“Ini sudah waktunya makan malam. Kau ingin menu makanan apa? Aku akan memasak untukmu.” Ariel melingkarkan tangannya ke leher Shawn, sambil menciumi jambang sang kekasih.“Biarkan pelayan saja yang membuatkan makan malam. Aku masih ingin bersamamu.” Shawn mengecupi leher Ariel, hingga membuat wanita itu merasakan geli akibat terkena jambang.“Sayang, kau bisa memelukku sepanjang malam. Biarkan aku memasak untukmu. Aku sudah lama sekali tidak membuatkan makanan untukmu.” Ariel menatap Shawn dengan tatapan penuh permohonan.Shawn membelai pipi Ariel. “Tadi siang kau sudah memasak.
*Ariel, datang ke butik Mommy bersama Shawn. Kalian harus fitting.* Pesan singkat yang dituliskan oleh Stella, membuat Ariel melukiskan senyuman di wajahnya. Stella telah menganggap Ariel seperti anak sendiri. Kasih sayang ibu dari Shawn, membuat Ariel benar-benar bahagia.“Kenapa kau senyum-senyum sendiri, Sayang?” Shawn melangkah mendekat ke arah Ariel yang duduk di sofa. Kekasihnya itu masih belum praktek. Alasannya, Shawn belum mengizinkan Ariel kembali bekerja.Ariel mengalihkan pandangannya, menatap Shawn yang mendekat. “Mommy Stella, meminta kita fitting. Hari ini, kau tidak sibuk, kan?”Shawn mengetuk-ngetuk jemarinya ke dagunya. “Hari ini, aku sangat sibuk. Ada beberapa dokumen yang aku urus.” Nada bicaranya terdengar begitu serius.“Oh, kau sibuk, ya?” tanya Ariel dengan wajah muram dan sedih. Dia ingin memaksa Shawn, tapi dia tidak tega. Selama ini, Shawn terlalu banyak meluangkan waktu bersama dengannya. Pastinya, banyak pekerjaan Shawn yang tertunda dan menumpuk. Ariel t