Savannah menikmati dua ice cream di tangannya. Gadis cantik itu sudah dewasa, tapi memang sifatnya selalu seperti anak kecil. Savannah sudah belajar mengurus perusahaan, sayangnya dia tidak suka mengurus perusahaan. Gadis cantik itu lebih menyukai ikut ke butik ibunya.Ya, Stella Geovan merupakan perancang busana ternama. Savannah lebih menyukai membantu pekerjaan ibunya daripada terlibat dalam perusahaan keluarga milik ayah dan ibunya.Savannah memiliki tiga kakak laki-laki yang bisa diandalkan dalam segala hal. Untuk urusan perusahaan keluarga, Savannah selalu mengandalkan ketiga kakak laki-lakinya. Gadis itu memang tak menyukai bergelut di perusahaan keluarganya. “Kalian menjauhlah dariku. Jangan dekat-dekat. Aku ingin menikmati ice cream-ku. Kalau kalian terlalu dekat, membuatku tidak nyaman.” Savannah mengusir dua pengawalnya agar tidak terlalu dekat dengannya.Saat ini Savannah sedang pergi ke mall berjalan-jalan sekaligus berbelanja. Besok dia akan bertemu dengan Ariel dan ka
Mobil Stanley tiba di titik GPS ponsel adiknya. Pria itu masih berada di dalam mobil—menatap mobil sang adik terpakir, namun tak ada dua pengawal adiknya yang selalu setia berada di sisi adiknya itu. Pria itu mengerutkan keningnya merasa ada yang janggal, karena nampak sangat sepi.Stanley keluar dari mobil, dan menghampiri mobil adiknya itu, langsung memeriksa ke dalam mobil, tapi tidak ada siapa pun di dalam mobil. Bahkan dia melihat ponsel adiknya tergeletak di kursi mobil.Napas Stanley mulai memberat, akibat rasa panik yang menyerang. Dia mulai mengendarkann pandangannya—mencari adik sekaligus dua pengawal adiknya. Lalu tatapan Stanley teralih pada dua pengawal adiknya yang tergeletak di tanah.Stanley melebarkan matanya terkejut. Dia memeriksa denyut nadi dua pengawal adiknya itu—dan ternyata denyut nadi dari dua pengawal adiknya itu masih ada. Itu menandakan bahwa dua pengawal adiknya telah dijebak hingga pingsan.“Berengsek!” umpat Stanley kasar penuh emosi. Benaknya memikirka
Suara bentakan Ariel keras, membuat Yuval, Malvia, dan Flora mengalihkan pandangan mereka pada sumber suara itu. Tampak senyuman di wajah Yuval terlukis melihat putrinya yang selalu membakang akhirnya sudah pulang.“Welcome home.” Yuval bangkit berdiri, dan hendak memeluk Ariel, namun dengan sigap Ariel menjauh dari ayahnya. Dokter cantik itu seolah tak sudi jika dipeluk oleh ayahnya.“Di mana Savannah!” sentak Ariel menatap tajam ayahnya. Kebencian dalam dirinya akan ayahnya semakin menumpuk. Ayahnya itu benar-benar iblis licik dan kejam.Yuval tersenyum sambil menyentuh tangan Ariel. “Tenanglah. Kau sudah datang ke sini. Aku tidak akan menjual adik Shawn itu.”Ariel menyentak kasar tangan ayahnya, dan melayangkan tatapan penuh kebencian pada ayahnya itu. “Lepaskan Savannah!”Yuval mengangkat bahunya tak acuh dan menyeringai sinis. “Maaf aku tidak bisa melepaskan Savannah sekarang. Aku akan melepaskan Savannah, jika kau dan Abel Black sudah menikah.”Tangan Ariel mengepal kuat. Matan
Keheningan membentang akibat keterkejutan yang timbul. Ariel yang duduk di samping Shawn membeku tak berkutik. Ya, wanita itu sama sekali tidak tahu tentang semua rencana ini. Tidak dia sangka kalau ternyata Shawn memiliki rencana segila ini.Flora dan Malvia begitu terkejut akan kalimat yang Shawn katakan. Flora sampai memegang tangan neneknya, akibat neneknya itu hampir jatuh pingsan. Tampak jelas Flora menahan diri untuk tidak meledakan amarahnya. Dia ingin sekali menjambak rambut Ariel, namun sayang ada Shawn di sana. Flora tidak bisa berkutik sama sekali. Yuval duduk di kursi dengan sorot mata tajam menatap Shawn. Saham yang dimilikinya di perusahaannya memang hanya tiga puluh persen. Dia sudah menjual sahamnya lima puluh persen pada Abel Black. Rencananya dia akan menguasai saham Abel Black setelah Ariel menikah dengan Abel. Akan tetapi, rencana Yuval DiLaurentis gagal total. Saham lima puluh persen telah dibeli secara paksa oleh Shawn Geovan. Sialnya saham itu ternyata dibel
Ariel memeriksa Savannah yang tak sadarkan diri. Dia menyuntikan obat ke tubuh Savannah, demi bisa membuat adik dari kekasihnya itu pulih. Savannah pingsan cukup lama akibat diberikan obat bius dengan dosis tinggi.Selama memeriksa keadaan Savannah, hati Ariel merasa sangatlah bersalah. Bagaimanapun, Savannah tidak bisa seperti ini, karena dirinya. Jika saja ayahnya tidak berbuat gila, maka Savannah tidak akan menjadi korban.“Bagaimana keadaan Savannah? Kapan Savannah bisa siuman?” Stanley yang pertama kali mencerca di kala Ariel baru saja selesai memeriksa Savannah.“Dalam waktu kurang dari tiga jam, Savannah akan siuman.” Ariel menjawab pelan, dan tersirat merasa bersalah.Shawn mendekat. “Tenanglah, Stanley. Savannah pasti akan segera siuman.”Stanley memejamkan mata singkat. “Jangan memintaku untuk tenang. Aku tidak akan pernah tenang, jika Savannah belum membuka matanya!”Shawn menepuk bahu Stanley. “Bukan hanya kau yang mencemaskan Savannah, aku juga mencemaskan Savannah. Mom d
Mata Savannah bergerak-gerak, menandakan sebentar lagi matanya akan siap terbuka. Pun jemarinya ikut bergerak. Dalam hitungan detik, mata Savannah mulai terbuka secara perlahan. Sontak, Stanley yang sejak tadi menunggu gadis cantik itu, nampak sangatlah terkejut.“Savannah? Kau sudah siuman? Savannah? Kau mendengarku, kan?” seru Stanley, seraya menangkup kedua pipi adiknya. Kecemasan menyelimuti. Dia khawatir terjadi sesuatu hal buruk pada adiknya itu.Tatapan Savannah menatap Stanley yang ada di depannya. “Kak?” panggilnya pelan, dan lemah.Mendengar suara Savannah, membuat Stanley berseru, “Ariel … Ariel!”Ariel dan Shawn masuk ke dalam kamar di kala mendengar suara teriakan Stanley. Tampak Ariel begitu sigap memeriksa Savannah di kala dia melihat Savannah sudah siuman. Shawn dan Stanley menatap serius Ariel yang sekarang memeriksa kondisi adik perempuan mereka.“Detak jantung normal. Denyut nadi normal.” Ariel menatap Savannah di kala wanita itu sudah selesai memeriksa Savannah. “A
Malam semakin larut. Shawn terlelap di samping Ariel sambil memeluknya. Hanya Shawn yang masih tertidur pulas. Tidak dengan dokter cantik itu. Ariel masih membuka mata, menatap hangat Shawn. Entah, dia merasa ada sesuatu yang aneh, hanya saja dia tak tahu apa yang membuatnya merasa ada yang tak beres. Ariel membawa tangannya menelusuri wajah Shawn dengan penuh kelembutan. Dalam keadaan apa pun, kekasihnya itu memiliki paras yang luar biasa tampan. Tidak memiliki celah kekurangan sedikit pun. Wajah tampan, rahang tegas, hidung mancung, bibir ranum—semua tentang Shawn memang sempurna.Ariel bersyukur memiliki Shawn. Bahkan sangat bersyukur. Dia selalu yakin bahwa Shawn tak mungkin menyembunyikan sesuatu darinya. Namun kali ini terasa sangat berbeda. Dia tidak bisa bertanya, karena Shawn selalu mengelak pertanyaan darinya.Ariel menghela napas dalam, berusaha untuk menenangkan pikiran yang mengusik dirinya. Dia memutuskan untuk membenamkan wajahnya di dada bidang Shawn—menyusul Shawn t
Sarapan berlangsung dengan penuh kehangatan. Savannah begitu riang memberi tahu Stella merindukan dua kakak laki-lakinya. Gadis itu sangat energic. Bahkan bisa dikatakan Savannah seolah memiliki banyak sekali energy, jika menceritakan sesuatu hal. Shawn dan Stanley nampak senang melihat adik mereka begitu bersemangat. Itu menandakan kejadian yang menimpa Savannah mampu dilupakan dalam sekejap.Penculikan tempo hari, tidak membuat Savannah menjadi lemah dan trauma. Gadis itu malah riang, gembira berkumpul dengan dua kakaknya. Kurang Steve—karena satu saudara kembar Shawn itu—tengah berada di luar negeri.“Kak Shawn, Kak Stanley, kalian jangan lupa telepon Mommy, okay? Mommy bilang dia sangat merindukan kalian. Kak Steve sedang berada di luar negeri. Mom bilang belakangan ini Kak Steve sangat sibuk. Jadi, kalian yang berada di sini, wajib untuk menghubungi Mom. Jika kalian lupa, Mommy akan sangat marah.” Savannah mengingatkan dua kakak laki-lakinya.Shawn mengangguk. “Setelah kita sarap