"Dasar penjilat," batin Virgo
Virgo mengikuti Wira ke kamarnya.
"Vir, kamu santai saja di ruangan itu. Jangan ganggu aku dulu."
"Ya pak," kata Virgo membungkuk.
Ketika Virgo akan kembali ke kamar, dia bertemu Dika, mereka hanya saling menatap dan Dika pergi ke kamar ayahnya.
"Papa."
"Ada apa Dika?"
"Apakah Papa yakin bisa mengatur semua ini?"
"Kamu meragukan papamu ya, sudah sana kembali ke tempatmu."
Dika menghela napas panjang dari kamar Ayahnya.
Di ruangan yang berbeda, tepatnya di mana Virgo berada, dia menghubungi sekretarisnya untuk segera kembali ke kantor.
"Halo kak, cepat kembali ke sini."
"Ada apa, kau merindukanku ya," Kata-kata Mario membuatku bergidik."
"Tch, aku benar-benar tidak punya banyak pekerjaan. Ada masalah perusahaan di sini. Kamu harus selesaikan dengan cepat. Kamu juga perlu tahu bahwa bos favoritmu telah menghilang."
"Apa. apakah kamu sudah melacaknya."
"Memang, tapi itu tidak meninggalkan bekas. Kejahatan yang sangat rapi. Aku mencurigai seseorang. Itu sebabnya kamu sebaiknya segera kembali."
"Oke, aku akan mengatur kembali ke Singapura."
Virgo menutup telepon, dia keluar mencari keberadaan Arkha.
Di desa Lily
Hari sudah sore, Arkha dan Nina bergegas pulang, namun saat hendak kembali ada seseorang yang mendekat.
"Nina,udah mau pulang?" sapa Roni.
"Iya Roni, Ayo, kak Arya!"
"Ayo Ron," ajak Arya ke Roni tetapi ia malah mendapat tatapan tajam dari Roni
"Sialan, pria itu telah berani mencuri kekasihku. Lihat saja nanti. Aku akan memberimu pelajaran," pikir Roni kesal
"Hei Ron," kata Rara, gadis cantik yang menyukai Roni sejak SMP tapi Roni lebih terpesona pada Nina.
"Apa?"
"Jawabannya biasa aja dong. Ada apa?"
"Tidak apa-apa, kamu membawa sepeda motor."
"Bawa. Kenapa?"
"Pinjam bentar."
"Baiklah, tapi kembali lagi".
"Nggak perlu takut. Di mana kuncinya?"
"Di sini," kata Rara memberikan kunci motornya
Roni nyengir penuh arti, dia mengendarai motor Rara. dari kejauhan Roni melihat Arkha dan Nina tampak bercanda di jalan, pikirannya kalut, dia juga punya rencana jahat. Motor Roni dengan sengaja menyerempet tubuh Arya dari belakang
"Aww," Arya mengerang
"Kak Arya, kamu baik-baik saja.hey berhenti," teriak Nina
"Ya, Nin. Aku baik-baik saja."
"Ada yang tergores, Bang. Biar saya bantu." kata Nina membantu Arya sedikit pincang
Roni tersenyum puas bahwa dia bisa menyakiti Arya, dia pikir besok Arya tidak akan bekerja lagi. dia juga mengembalikan sepeda motor Rara keesokan harinya.
Sekarang Arya dan Nina ada di rumah Nina.
"Ayah, Nina sudah pulang."
"Baru pulang, Nin. Ya ampun, kenapa dengan Arya," ucap Ayah Firman melihat putrinya membantu Arya yang berjalan dengan pincang
"Hanya luka kecil, pak."
"Benar, Nak. Nin, ambil kotak P3K."
"Ya Ayah."
Tak lama, Nina keluar dari kamar membawa kotak kesehatannya.
"Ini kak, aku akan membersihkannya dulu." kata Nina dengan susah payah merawat Arya.
Arya benar-benar terpesona oleh bidadari di depan matanya dia seperti pahlawan tanpa sayap. dia benar-benar gugup
Ayah Firman melihat tatapan Arya membuatnya tersenyum dan memilih pergi ke kamarnya.
"Nak, Arya, makan di sini nanti. kami masuk dulu."
"Baik tuan, terima kasih."
"Sudah beres kak, besok kak istirahat aja dulu. Nanti aku izinkan."
"Tapi Nin, aku baru saja kerja."
"Tapi kakak sedang terluka."
"Luka seperti ini untuk seorang pria tidak akan jadi masalah, yang jadi masalah, adalah ketika dikhianati. Itu sangat menyakitkan," Kata Arya sambil meletakkan tangan Nina di dadanya. Nina merasa gugup dan bergegas melepaskan cengkeraman Arya.
"K-kita makan,yuk kak," kata Nina gugup
Arya senang melihat tingkah Nina yang pemalu, tingkah lakunya pada orang lain tidak sama saat sedang bersamanya.
Mereka duduk di meja makan, Nina juga membawakan makanan untuk Arya.
"Ini kakak."
Arya mencoba memasukkan makanan ke dalam mulutnya tetapi dia terlihat kesakitan. Nina tersenyum lalu mencoba membantu
"Biarkan aku, menyuapi kakak."
"Tidak apa-apa, Nin."
"Tidak masalah kak."
Mereka saling menyuap, di balik tembok di ruang makan, Ayah Firman tersenyum, putrinya tampak bahagia. Tidak lama kemudian, Mita dan Ana berkunjung untuk mengajak Nina ke pasar malam
"Kita mau ajak kamu ke pasar malam, kita lama tak jalan bareng. Mau ya?"
Tiba-tiba muncul sosok dari belakang, seorang pria tampan berjalan sedikit tertatih-tatih. Mita dan Ana terkejut ternyata Arya berada dirumah Nina.
"Kak Arya, kamu di sini," kedua cewek itu terkejut
"Nggak, hantu," cibir Nina melirik kedua sahabatnya
"Cih, aku jadi takut sama kamu," kata Ana sambil menahan tawa
"Tenang Nin, kita nggak akan goda. hahahahaha," Mita terkekeh sontak membuat pipi Nina merah merona
"Iya, kalian mau kemana terlihat rapi," ucap Arya dan duduk dikursi dekat Nina
"Kita mau jalan sama Nina, kak. Mau ikut?"
"Nggak bisa Kak Arya, tetap di sini," Nina menimpali
"Loh emang kenapa Nin, kan rame."
"Kalian tak lihat tuh kaki kak Arya."
Keduanya melongo ada perban dibalutkan ke kaki Arya
"Ini kenapa kak?"
"Itu baru saja jatuh."
"Tidak, tapi seseorang menabraknya. Tapi aku tidak asing dengan sepeda motor itu," ucap Nina menjelaskan
"Tidak perlu diperpanjang. Aku pulang dulu Nina, Mita dan Ana."
"Kak, sebaiknya di rumah saja dengan Ayah, kan di rumah nggak ada temannya. Kalau ada apa-apa gimana kak?" ucap Nina nerocos
"Cie.. ada yang diam-diam perhatian," goda Mita
"Ih apaan sih kalian, sesama manusia harus memanusiakan."
Meski dirayu Nina untuk tetap tinggal, Arya tak mau ada fitnah dia lebih memilih pulang. Merka pun akhirnya berpamitan, ketiga gadis itu mengantar Arya terlebih dahulu.
Saat mereka berjalan menuju pasar malam, mereka tak sengaja mendengar ucapan seseorang di gubuk kecil.
"Eh Ron, kalau Nina tahu bagaimana?" tanya salah satu teman
"Maksudmu apa Ron?" tanya Nina tiba-tiba didepan mereka membuat semua terlonjak kaget seketika berdiri
"Nin- Nina," ucap Roni gugup
"Jelaskan Ron, ada apa?"
Keempat pria itu saling pandang bingung menjelaskan, Nina gemas mereka diam tak ada yang menJawab.
"Oke, berarti kita nggak usah berteman lagi Ron, ingat itu!" bentak Nina dan mengajak kedua sahabat pergi tapi Roni mencegahnya
"Nin stop! Aku akan jelasin tapi janji kamu jangan marah."
"Tergantung."
Roni menelan ludah kasar saat gadis dia cintai berubah garang kala minta penjelasannya.
"Nin, aku minta maaf sebelumnya. Aku kemarin yang menabrak Arya," ucapnya lirih dan menunduk
Nina terkejut mendengar penjelasan Roni sungguh dia tak menyangka jika bisa melakukan hal jahat.
"Ron, kau tak bercanda kan."
Roni menggeleng ia tak mampu berkata lagi, dia takut kehilangan gadisnya
"Gila kau ya!" bentak Nina sambil menarik kerah Roni kasar
"Nin, maafin aku." "Nin,anak orang, lepasin!" Mita mencoba melerai "Denger ya, kau sudah buat celaka orang. Sekarang minta maaf sama kak Arya atau aku laporkan ke polisi," ancam Nina "I-iya Nin, aku akan minta maaf." "Ini hanya demi kamu, Nin. Aku takut kehilanganmu," batin Roni tersiksa "Oke, kapan kau menemui kak Arya?" "Besok Nin." Nina mengangguk dan mengajak kedua sahabat pergi dari tempat itu dan menuju pasar malam. Keesokan harinya, Arya terkejut saat dia membuka pintu rumah, ada Roni dihadapannya "Roni, kau kesini. Ada apa?" "Aku minta maaf sama kamu, yang nabrak kemarin itu aku. Maafkan aku." Arya melihat dari sorot mata Roni, jika dia terpaksa. Arya hanya menggeleng kepala melihat tingkah Roni seperti itu. "Kau menyukai Nina." Deg Kata- kata Arya membuat Roni menatap penuh arti "Iya, kau tahu." "Dari tatapanmu pada Nina, sudah terlihat." "Baguslah kalau tahu, jadi aku tak perlu menutupinya lagi. Oh ya soal permintaan maaf ku padamu hanya demi Nina, ingat itu!
Tiga hari kemudian setelah kejadian tempo hari, Arya membuat kejutan kembali dibantu dua sahabat Nina."Mit, An. Kalian tak repot kan?" tanya Arya"Tidak kak, oh ya kita harus segera kerumah gadis bar-bar itu.""Siapa gadis bar-bar?""Siapa lagi kalau bukan kekasihmu, kak Arya," ucap mereka berdua cekikikan"Kalian ada-ada saja.""Udah mending sekarang kita kerumahnya buruan, sebelum gadis itu pergi.""Oke. Ayo!"Di Jalan, Arya dan dua teman Nina bertemu dengan Roni. Roni membocorkan sarkastik ke Arya. Tapi dia mengabaikan hal yang penting untuk tidak menyentuh pikirannya. Arya tahu bah
Mario dan Virgo mengendorkan pelukan mereka saling menatap heran. "Apa yang sebenarnya terjadi?" pikir mereka berdua. Mita dan Ana buru-buru menghampiri mereka berdua agar tenang sejenak."Kak, ini minumlah. Apa kau mengenal kak Arya?" tanya Mita pada Virgo" Makasih, namanya Arya. Tapi ia mirip temenku yang selama ini hilang.""Sebenarnya bukan nama asli kak.""Sungguh," ucap Virgo menegaskan"Iya. Sudahlah kita nikmati saja acara pestanya dulu.""Oke."Acara pernikahan Nina dan Arya lancar tanoa hambatan, semula Roni ingin mengacau karena tak terima merek menikah dengan cepat oara warga menahan manusia itu.Kini Roni bersama temannya tengah mabuk, dan ucapannya ngelantur semua tertawa dengan kekonyolannya "Hey, Ron. Kau tak usah pikirkan Nina, dia istri orang," ucap teman Roni yang sudah teler"Hahhahaha, tak mudah bagiku. Lihatlah akan aku buktikan kalau akan mendapatkannya," ucap Roni cekikikan sambil memegang botol miras oplosan"Dasar
"Berhenti! Nina aku mencintaimu, kenapa hancurkan aku, hah," bentak Roni"Roni, ngapain kamu?" tanya Nina ketakutan tapi Arya mencoba menenangkannya dengan merangkulRoni datang dengan wajah berantakan dan juga keadaan sedang mabuk, ia tertawa menyeringai"Hahahaha. Nina, kau tak pantas dengannya. Lihatlah aku! aku begitu menyayangimu Nin," teriak Roni Tak lama, beberapa warga membawa Roni keluar dari acara tersebut, dan dia berusaha memberontak"Brengsek, lepaskan aku!""Diam kau Ron, atau aku lempar tubuhmu ke sungai," ancam salah satu wargaDari kejauhan, orangtua Roni melihat anaknya di seret para warga, buru-buru menghampiri"Ada apa ini, Pak?""Pak Toni, lebih baik bawa anak anda ke rumah. Dia mencoba mengacau di acara Nina.""Apa! astaga kau memalukan, Roni," ucapnya dan buru-buru membawa putra kesayangannya yang sudah tel
Buru-buru Arya mengangkat telpon"Sorry aku kesiangan, kau tunggu disitu Vir," ujar Arya pada Virgo sahabatnya"Oke, buruan.""Siap."Arya menutup telpon lalu mengecup kening istrinyaCup"Aku mandi dulu sayang."Nina mengangguk dan bergegas mengambil baju ganti untuk suaminya. Sesaat, pria tampan itu sudah selesai mandi lalu mengganti baju."Sayang, aku akan keluar kota sebentar. Kau baik-baik di rumah ya.""Kemana kak, kenapa mendadak.""Aku cari kerja ada panggilan tadi, nanti aku pasti kabari kamu.""Baiklah, mau bawa baju berapa kak.""Tak usah, aku akan beli nanti dari gajiku. Kamu nggak apa kan sayang.""Nggak kak, kakak hati-hati.""Iya, ayo kita keluar."Arya merangkul istri keluar dari kamar, dan pria tampan itu mengajak berpamitan pada mertuanya.TokTok"Ayah," panggil NinaDan pintu pun terbuka"Nina, Arya. Ada apa nak?" tanya lembut Ayah"Ayah, Arya mau pamit. Arya akan ke kota untuk bekerja, doakan lancar ya.""Kau sama siapa, nak.""Sama kenalan kemarin tanya-tanya soa
Nina yang di bekap seseorang, buru-buru di masukkan ke dalam mobil, di dalam mobil sudah ada Ayahnya lebih dulu. Tak lama, mobil yang membawa Nina dan Ayahnya sudah sampai di sebuah villa. Para orang-orang itu membawa tubuh Nina dan Ayahnya dan mengikat mereka berdua di sebuah kamar. Di kamar itu sebelumnya sudah ada seorang wanita paruh baya yang cantik, Wanita itu terkejut ada penghuni baru.Setelah orang-orang itu keluar dari kamar, Wanita paruh baya tersebut mencoba membangunkan Nina dan Ayahnya"Hei, bangunlah."Nina terbangun mengerjab-ngerjab dedangkan Ayahnya masih belum bangun. Nina mencoba membangunkan "Ayah, ayo bangun," Nina membangunkan Ayahnya. Lelaki paruh baya itu akhirnya membuaka mata dan meliat ke samping "Nina, kau tak apa kan," tanya Ayah cemas melihat putri semata wayangnya"Nina baik aja, Ayah.""Syukurlah nak."Nina mengedarkan pandangannya pada wanita paruh baya di dekatnya."Maaf nyonya, anda kenapa bisa di sini?"tanya lembut Nina"Aku sama denganmu, nak.
"Nina."Nina dan Ayahnya menoleh ke arah suara dan ternyata Meisya dan Ayahnya Deni. "Hai Mei, apa kabar, Om.""Kabar ku sama Ayah baik, Nin. Om Firman, baik," tabya Meisya"Alhamdulillah baik Mei. Hai Den apa kabar?""Ya seperti inilah, Fir. Ayo, masuk dulu."Keduanya masuk ke dalam rumah sederhana milik Deni. Di dalam, Firman bercerita tentang semuanya sampai tentang penculikan."Bagaimana bisa itu terjadi, Fir," tanya Deni heran"Kami sama sekali tak tahu maksud wanita itu.""Lalu, Om dan Nina bagaimana bisa kabur.""Kayak kamu nggak hafal Nina, aja Mei," ucap Firman terkekeh"Hee ... lupa Om.""Ya udah kalian tinggal di sini aja, kita kan cuma berdua.""Iya Nin, aku juga nggak ada temennya.""Makasih ya, kalian bersedia menampung kami.""Tak masalah, kita kan saudara.""Om, Nina akan cari pekerjaan agar bisa membeli rumah kembali.""Kau tak usah buru-buru, Nin.""Iya Nin, apalagi kita lama nggak ketemu.""Makasih Mei, Om.""Iya, sama-sama Nin.""Ayo kita makan dulu, Mei siapin ya
"Jadi, kamu uda nikah dan nggak ngomong kita ,Nin.""Aku udah undang kalian tapi pada saat itu kamu dan ayahmu tak ada, dan aku titipkan ke tetangga.""Sungguh.""Iya, tanya Ayah. Mana mungkin aku tak mengundangmu, Mei.""Em, ya sudahlah. Siapa suami mu.""Kak Arya. Ceritanya panjang hingga akhirnya aku menikah dengannya.""Lalu, dimana suami mu, Nin.""Aku tak tahu, makanya aku merindukannya. Aku takut dia mencariku.""Kok bisa tak tahu dimana dia?""Iya itu Mei, tiba-tiba aku dan ayah diculik seseorang lalu di sekap bersama wanita paruh baya kalau nggak salah Julia namanya. Setelah itu entah kena wanita itu dibawa, dan saat itu juga kita kabur.""Kalau suami mu mencrai di ruma gimana Nin?""Nah itu, aku juga bingung."Tiba-tiba, Nina merasakan mual da berari ke kamar mandi. "Eh Nin."Nina masuk ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya.Howek .. howek"Nin."Toktok"Iya bentar," teriak Nina."Dan akhirnya pintu di buka oleh Nina, Meisya mendekat"Kau kenapa Nin, masuk angin.""