Nina membawa Arya kerumah kosong di sebelah rumahnya, rumah itu juga milik Ayah Nina, hanya saja tidak lagi ditempati.
Nina membuka pintu, seketika ia langsung mengerutkan keningnya, melihat rumah yang sudah lama tidak digunakan itu tampak bersih.
"Ada apa, Nina?" tanya Arya
"Eh, tidak apa-apa, masuklah kak. Maaf, rumahnya kecil. Ini juga rumah kami, hanya saja sudah lama tidak ditempati. Tapi sudah dibersihkan."
"Tidak apa-apa Nin, terima kasih sudah bersedia menampungku."
Nina mengangguk dan meletakkan ponsel di ruangan yang akan digunakan Arya.
"Kak, aku tinggal dulu yah, aku ada urusan. Jika terjadi apa-apa, telepon aku. Ini nomorku dan gunakan ponsel ini," kata Nina sambil menyerahkan ponsel yang hanya bisa melakukan panggilan dan mengirim pesan.
"Terima kasih, Nin," Arya tersenyum tampan membuat Nina shock, ia baru lihat wajah tampan Arya tersenyum manis. Dia sungguh gugup ditatap oleh Arya. Nina pun menetralkan perasaan dan pergi meninggalkan Arya
Setelah Nina pergi, Arya duduk melihat sekeliling. Dia mencoba mengingat tapi kepalanya terasa sangat pusing.
"Suatu hari aku akan membalas kebaikanmu," pikirnya
Di tempat lain, pria dan wanita paruh baya bergegas kembali untuk melihat keberhasilan menyingkirkan pewaris Jason group.
"Ayo bersulang lagi. untuk kesuksesan kita!" Seruan Wira
"Terima kasih sayang, kamu selalu mendukung rencana jahatku," bisik Wira kepada istrinya
Dika, putra Wira mendengar semua yang Ayahnya katakan. Dika mengepalkan tangan mengingat kejahatan Papanya.
"Pasti hilangnya Arkha berhubungan dengan Ayah, aku sangat yakin," batin Dika.
"Aku harus mencari paman William dan kak Arkha. Di mana dua orang penting di perusahaan itu sekarang?" batinnya mulai tak tenang
Dika meluncur ke tempat asisten Virgo untuk merencanakan sesuatu. Tak lama, dia sudah berada di depan pintu apartemen Virgo.
Tingtong
Tingtong
"Dika, kenapa kamu di sini?" tanya Virgo sambil celingukan melihat situasi
"Tanya nanti, bolehkah aku masuk, kak?"
"Eh iya masuk. Mau minum apa?"
"Apa saja."
"Tunggu."
Virgo berjalan menuju dapur untuk mengambilkan minuman di dapurnya untuk Dika.
"Minumlah! Ada apa Dika?"
"Begini Kak, kamu tahu dimana Paman William dan Kak Arkha?"
"Bukannya Ayahmu mengatakan, bahwa mereka Sedang keluar negeri, dan tidak diketahui kapan akan kembalinya?"
"Apa! kapan ayahku mengatakannya? Sial. Aku pikir pasti ada yang salah, Kak, dengarkan rekaman ini," ucap Dika meletakkan sebuah rekaman yang sengaja Dika ingin ungkap kesemua orang.
Mendengar ucapan Dika, dan rekaman itu, Virgo mengepalkan tangannya. Ia merasa sangat marah.
"Kita harus menemukan Arkha, Dika."
"Tapi di mana Kak? aku sudah melacak ponsel yang dia pakai dan tidak juga menemukannya."
"Nanti kakak bantu. Tenang saja, ayo ikuti permainan Ayahmu, kamu mengerti kan."
Dika mengangguk mengerti dan melanjutkan merencanakan sesuatu dengan Virgo.
Di sisi lain, ada seorang pria paruh baya yang meringis kesakitan karena penjaga lupa untuk memberinya makan.
"Di mana mereka semua? perutku terasa kram. Ya Tuhan, kapan aku akan kembali ke rumah, Arkha maafkan Ayah, nak."
Di tempat yang berbeda, seorang wanita paruh baya sedang makan di sebuah ruangan sempit yang dijaga oleh beberapa orang berbadan tegap. Wajahnya tidak bisa dipungkiri jika ia merindukan keluarganya, sesekali ia menyeka air matanya.
"Mama merindukan, Papa dan Arkha," batinnya tersiksa
Di tempat lain, kini Arya memulai hidup barunya, dia siap mencari pekerjaan dengan Nina. ia sengaja bangun pagi agar tidak ketinggalan. Ia sudah berada didepan pintu rumah Nina.
Tok
Tok
"Eh nak Arya. Ayo masuk."
"Pagi pak, Nina ada," sapa pria tampan berkulit putih pda pak Firman
"Pagi, nak. Ada."
Dari belakang, Nina tiba-tiba muncul mengenakan daster untuk menyambut Arya.
"Pagi Kak, pagi sekali," sapa Nina
"I-iya Nina, aku ingin mencari pekerjaan denganmu," Kata Arya gugup karena melihat penampilan Nina
Ayah Nina ikut terkejut dengan kemunculan Nina berpenampilan aneh, Ayahnya memberikan kode namun putrinya tidak mengerti.
"Nina, kamu harus cepat mandi. Lihat pakaianmu yang tidak sopan," kata Ayahnya tertawa geli
Nina mengerutkan alisnya dan dia melingkarkan lengannya di bajunya, dia menampar dahinya dan bergegas ke kamar.
"Maafkan gadis kecil Bapak, ya nak Arya."
"Ya Pak, tidak apa-apa," kata Arya sambil menggaruk-garuk kepala agar tidak gatal.
Beberapa menit kemudian Nina, telah siap untuk pergi bekerja sebagai pemetik teh.
"Ayo, kita sarapan dulu," ajak Nina
"Apakah itu tidak mengganggumu, Nin."
"Tidak, ayolah," menunjukkan senyum termanisnya
Mereka bertiga akhirnya sarapan bersama, setelah selesai, mereka berdua berangkat menuju tempat kerja. Dalam perjalanan, mereka kembali bertemu teman Nina.
"Hai Nin," Sapa salam dari Mita dan Ana sahabat kecilnya.
"Hai Mita, Ana."
"Siapa dia Nin?" Tunjuk Mita penasaran
"Oh, perkenalkan ini kak Arya, nanti aku jelaskan."
"Oke, kamu berutang penjelasan padaku. oh iya kak, saya Mita," ujar Mita sambil mengulurkan tangannya
"Saya Arya."
"Dan aku Ana."
"Arya."
"Ayo cepetan, nanti kita telat, oh ya, ada bos Fera atau tidak?" ucap Nina clingukan mencari keberadaan bossnya. " Kak Arya mau ikut juga."
"Hah, tidak salah Nin," Mita melongo karena ucapan sahabatnya
"Ya tentu, aku ingin datang bekerja," ucap Arya menimpalinya
Mita dan Ana melihat sosok dari atas sampai bawah, Arya terlihat seperti orang kaya apalagi ia sangat tampan, entah kenapa pikirannya seperti itu.
Akhirnya mereka sampai di perkebunan. Nina meminta Arya untuk bertemu dengan boss Fera dan meminta izin kerja.
Kemudian tanpa menunggu lama, Nina mendatangi kediaman Bossnya Fera.
"Permisi," teriak Nina agar si boss segera keluar dan benar saja boss nya masih memakai kutek kuku berlari menghampiri Nina
"Eh Nin, kenapa kamu berteriak."
"Jika tidak berteriak, gimana kamu bisa mendengarku?" Ucap Nina terkekeh melihat penampilan
Fera kaget saat menyadari melihat pria tampan di hadapannya, benar-benar perfect.
"Ehem." Deheman Nina membuyarkan lamunan Fera
"Hemm, ada apa Nin kau mencariku. Kau tahu gajian masih lama," ujar Fera sambil melanjutkan mengecat kukunya
“Iya mbak, maaf mengganggu. Ini teman saya, mau kerja disini.”
Fera melihat penampilan Arya dari atas ke bawah, Arya merasa tidak nyaman dengan ondel-ondel wanita di depannya.
"Um, oke. Tapi jadilah sopirku."
"Apa! ke-kenapa jadi sopir," Nina gelagapan
"Tapi maaf, saya ingin bekerja pemetik teh bukan sopir, nona boss."
"Dia tak nyaman jadi sopir, boss."
"Ya sudah baiklah, pergi sana."
"Buat mood ku tak enak," pikir Fera, dan berlalu meninggalkan mereka
Arya dan Nina memasuki perkebunan, Nina mengajari Arya semampunya. Arya dan Nina terlihat sesekali bercanda dan tertawa terbahak-bahak. Saat mereka sedang istirahat sejenak, seorang pria tampan yang juga bekerja disana mendekat.
"Hei Nin. ini untukmu," kata Roni memberikan nasi bungkus
"Maaf Roni, aku sudah membawanya sendiri."
Tiba-tiba sekelompok gadis berdatangan menghampiri Arya.
"Hei, ini untukmu," memberikan minuman
"Ini juga kak," memberikan bunga
Nina dan kedua temannya terutama Roni ternganga melihat tingkah gadis-gadis itu. Hati Nina kesal
"Apa-apaan kalian semua gadis. Kalian menggodanya."
"Idih, situ bukan pacarnya kenapa sewot."
"Emang aku bukan apanya, tapi dia temanku."
"Kata siapa?" tiba-tiba Seseorang menimpali.
"Dasar penjilat," batin VirgoVirgo mengikuti Wira ke kamarnya."Vir, kamu santai saja di ruangan itu. Jangan ganggu aku dulu.""Ya pak," kata Virgo membungkuk.Ketika Virgo akan kembali ke kamar, dia bertemu Dika, mereka hanya saling menatap dan Dika pergi ke kamar ayahnya."Papa.""Ada apa Dika?""Apakah Papa yakin bisa mengatur semua ini?""Kamu meragukan papamu ya, sudah sana kembali ke tempatmu."Dika menghela napas panjang dari kamar Ayahnya.Di ruangan yang berbeda, tepatnya di mana Virgo berada
"Nin, maafin aku." "Nin,anak orang, lepasin!" Mita mencoba melerai "Denger ya, kau sudah buat celaka orang. Sekarang minta maaf sama kak Arya atau aku laporkan ke polisi," ancam Nina "I-iya Nin, aku akan minta maaf." "Ini hanya demi kamu, Nin. Aku takut kehilanganmu," batin Roni tersiksa "Oke, kapan kau menemui kak Arya?" "Besok Nin." Nina mengangguk dan mengajak kedua sahabat pergi dari tempat itu dan menuju pasar malam. Keesokan harinya, Arya terkejut saat dia membuka pintu rumah, ada Roni dihadapannya "Roni, kau kesini. Ada apa?" "Aku minta maaf sama kamu, yang nabrak kemarin itu aku. Maafkan aku." Arya melihat dari sorot mata Roni, jika dia terpaksa. Arya hanya menggeleng kepala melihat tingkah Roni seperti itu. "Kau menyukai Nina." Deg Kata- kata Arya membuat Roni menatap penuh arti "Iya, kau tahu." "Dari tatapanmu pada Nina, sudah terlihat." "Baguslah kalau tahu, jadi aku tak perlu menutupinya lagi. Oh ya soal permintaan maaf ku padamu hanya demi Nina, ingat itu!
Tiga hari kemudian setelah kejadian tempo hari, Arya membuat kejutan kembali dibantu dua sahabat Nina."Mit, An. Kalian tak repot kan?" tanya Arya"Tidak kak, oh ya kita harus segera kerumah gadis bar-bar itu.""Siapa gadis bar-bar?""Siapa lagi kalau bukan kekasihmu, kak Arya," ucap mereka berdua cekikikan"Kalian ada-ada saja.""Udah mending sekarang kita kerumahnya buruan, sebelum gadis itu pergi.""Oke. Ayo!"Di Jalan, Arya dan dua teman Nina bertemu dengan Roni. Roni membocorkan sarkastik ke Arya. Tapi dia mengabaikan hal yang penting untuk tidak menyentuh pikirannya. Arya tahu bah
Mario dan Virgo mengendorkan pelukan mereka saling menatap heran. "Apa yang sebenarnya terjadi?" pikir mereka berdua. Mita dan Ana buru-buru menghampiri mereka berdua agar tenang sejenak."Kak, ini minumlah. Apa kau mengenal kak Arya?" tanya Mita pada Virgo" Makasih, namanya Arya. Tapi ia mirip temenku yang selama ini hilang.""Sebenarnya bukan nama asli kak.""Sungguh," ucap Virgo menegaskan"Iya. Sudahlah kita nikmati saja acara pestanya dulu.""Oke."Acara pernikahan Nina dan Arya lancar tanoa hambatan, semula Roni ingin mengacau karena tak terima merek menikah dengan cepat oara warga menahan manusia itu.Kini Roni bersama temannya tengah mabuk, dan ucapannya ngelantur semua tertawa dengan kekonyolannya "Hey, Ron. Kau tak usah pikirkan Nina, dia istri orang," ucap teman Roni yang sudah teler"Hahhahaha, tak mudah bagiku. Lihatlah akan aku buktikan kalau akan mendapatkannya," ucap Roni cekikikan sambil memegang botol miras oplosan"Dasar
"Berhenti! Nina aku mencintaimu, kenapa hancurkan aku, hah," bentak Roni"Roni, ngapain kamu?" tanya Nina ketakutan tapi Arya mencoba menenangkannya dengan merangkulRoni datang dengan wajah berantakan dan juga keadaan sedang mabuk, ia tertawa menyeringai"Hahahaha. Nina, kau tak pantas dengannya. Lihatlah aku! aku begitu menyayangimu Nin," teriak Roni Tak lama, beberapa warga membawa Roni keluar dari acara tersebut, dan dia berusaha memberontak"Brengsek, lepaskan aku!""Diam kau Ron, atau aku lempar tubuhmu ke sungai," ancam salah satu wargaDari kejauhan, orangtua Roni melihat anaknya di seret para warga, buru-buru menghampiri"Ada apa ini, Pak?""Pak Toni, lebih baik bawa anak anda ke rumah. Dia mencoba mengacau di acara Nina.""Apa! astaga kau memalukan, Roni," ucapnya dan buru-buru membawa putra kesayangannya yang sudah tel
Buru-buru Arya mengangkat telpon"Sorry aku kesiangan, kau tunggu disitu Vir," ujar Arya pada Virgo sahabatnya"Oke, buruan.""Siap."Arya menutup telpon lalu mengecup kening istrinyaCup"Aku mandi dulu sayang."Nina mengangguk dan bergegas mengambil baju ganti untuk suaminya. Sesaat, pria tampan itu sudah selesai mandi lalu mengganti baju."Sayang, aku akan keluar kota sebentar. Kau baik-baik di rumah ya.""Kemana kak, kenapa mendadak.""Aku cari kerja ada panggilan tadi, nanti aku pasti kabari kamu.""Baiklah, mau bawa baju berapa kak.""Tak usah, aku akan beli nanti dari gajiku. Kamu nggak apa kan sayang.""Nggak kak, kakak hati-hati.""Iya, ayo kita keluar."Arya merangkul istri keluar dari kamar, dan pria tampan itu mengajak berpamitan pada mertuanya.TokTok"Ayah," panggil NinaDan pintu pun terbuka"Nina, Arya. Ada apa nak?" tanya lembut Ayah"Ayah, Arya mau pamit. Arya akan ke kota untuk bekerja, doakan lancar ya.""Kau sama siapa, nak.""Sama kenalan kemarin tanya-tanya soa
Nina yang di bekap seseorang, buru-buru di masukkan ke dalam mobil, di dalam mobil sudah ada Ayahnya lebih dulu. Tak lama, mobil yang membawa Nina dan Ayahnya sudah sampai di sebuah villa. Para orang-orang itu membawa tubuh Nina dan Ayahnya dan mengikat mereka berdua di sebuah kamar. Di kamar itu sebelumnya sudah ada seorang wanita paruh baya yang cantik, Wanita itu terkejut ada penghuni baru.Setelah orang-orang itu keluar dari kamar, Wanita paruh baya tersebut mencoba membangunkan Nina dan Ayahnya"Hei, bangunlah."Nina terbangun mengerjab-ngerjab dedangkan Ayahnya masih belum bangun. Nina mencoba membangunkan "Ayah, ayo bangun," Nina membangunkan Ayahnya. Lelaki paruh baya itu akhirnya membuaka mata dan meliat ke samping "Nina, kau tak apa kan," tanya Ayah cemas melihat putri semata wayangnya"Nina baik aja, Ayah.""Syukurlah nak."Nina mengedarkan pandangannya pada wanita paruh baya di dekatnya."Maaf nyonya, anda kenapa bisa di sini?"tanya lembut Nina"Aku sama denganmu, nak.
"Nina."Nina dan Ayahnya menoleh ke arah suara dan ternyata Meisya dan Ayahnya Deni. "Hai Mei, apa kabar, Om.""Kabar ku sama Ayah baik, Nin. Om Firman, baik," tabya Meisya"Alhamdulillah baik Mei. Hai Den apa kabar?""Ya seperti inilah, Fir. Ayo, masuk dulu."Keduanya masuk ke dalam rumah sederhana milik Deni. Di dalam, Firman bercerita tentang semuanya sampai tentang penculikan."Bagaimana bisa itu terjadi, Fir," tanya Deni heran"Kami sama sekali tak tahu maksud wanita itu.""Lalu, Om dan Nina bagaimana bisa kabur.""Kayak kamu nggak hafal Nina, aja Mei," ucap Firman terkekeh"Hee ... lupa Om.""Ya udah kalian tinggal di sini aja, kita kan cuma berdua.""Iya Nin, aku juga nggak ada temennya.""Makasih ya, kalian bersedia menampung kami.""Tak masalah, kita kan saudara.""Om, Nina akan cari pekerjaan agar bisa membeli rumah kembali.""Kau tak usah buru-buru, Nin.""Iya Nin, apalagi kita lama nggak ketemu.""Makasih Mei, Om.""Iya, sama-sama Nin.""Ayo kita makan dulu, Mei siapin ya