Share

Bab 6 (Sebenarnya Ada Apa?)

"Assalamualaikum," ucap Hanan. Sengaja ia sedikit menghentakkan kakinya, agar tak dicurigai sudah menguping pembicaraan orang lain.

"Wa-waalaikumussalam." Terdengar jawaban dari dalam rumah disertai suara handle pintu yang diputar. "Hanan? Ayo masuk sini!"

Hanan melangkah masuk, menatap Ayana, sang mami mertua, terlihat sedang bersama seorang gadis remaja. Tanpa menunggu disuruh, Hanan menjatuhkan bobot di atas sofa.

"Hanan mau minum apa?" tanya Ayana ramah.

"Emz, gak usah repot-repot, Mi," tolak Hanan.

Ayana menyentuh bahu Hanan, "Jangan sungkan, anggap saja rumah sendiri."

Hanan mengangguk, mengalihkan perhatiannya pada gadis remaja yang duduk di samping Ayana, sedari tadi hanya diam saja.

"Hai?" Sapa Hanan canggung. Hendak bertanya siapakah gadis remaja itu pada Ayana, namun, ia urungkan.

"Ya ampun, Hanan sayang! Maafkan Mami, sampai lupa. Kenalkan ini Mawaz Hazzafa, adik satu-satunya Naufal. Panggil saja Afa, kemarin waktu kalian menikah, Afa masih ujian akhir sekolah. Jadi gak bisa ikut hadir, kebetulan sekolahnya di luar kota. Ayo Afa, salim sama kakakmu." Entah merasa takut tadi pembicaraannya didengar oleh sang menantu, Ayana berusaha mencairkan suasana.

Afa, gadis remaja yang berusia tujuh belas tahun itu mencium punggung tangan kanan Hanan. Terlihat binar bahagia dari kedua matanya, tak seperti tadi saat pertama kali Hanan masuk ke dalam rumah, terlihat terkejut dan seperti menyembunyikan sesuatu.

"Kelas berapa?" tanya Hanan pada Afa.

"Kelas dua belas, Kak," jawab Afa.

"Wah, sebentar lagi lulus. Gimana kalau kuliahnya di kampus yang dekat sama rumah mamanya Kakak? Kamu boleh tinggal serumah juga, gak usah nge-kos. Kalau pulang-pergi kan capek, hampir memakan waktu satu jam." Hanan memberikan tawaran.

Ayana terkejut mendengar ucapan Hanan. Apa-apaan ini? Bisa-bisa Afa yang masih polos itu membocorkan rahasianya, yang akan berakhir dengan perseteruan.

"Tidak, tidak! Mami gak setuju!"

Hanan tersenyum sinis, mencoba menduga-duga. Ada apa sebenarnya?

"Lah, kenapa, Mi?" tanya Afa polos.

"Kamu mbok mikir, Afa. Kakakmu itu pengantin baru, masa mau diganggu. Lagian gak enak sama mamanya Kak Hanan. Oh iya, Bang Naufal kan masih bangun rumah. Bulan depan juga udah selesai, siap ditempati. Barulah kalau mau main sesekali boleh." Ayana berusaha memberikan alasan yang masuk akal.

"Haish, Mami," ucap Afa dengan muka ditekuk.

Ya, jarang rumah mamanya Hanan ke rumah orang tua Naufal lumayan jauh. Memakan waktu hampir satu jam. Kebetulan pula Naufal memang sedang membangun rumah, saat itu dipersiapkan untuk rumah masa depan bersama Yeza. Sayang sekali, kini akan ditempati bersama Hanan.

Siapa sih yang tidak kenal dengan keluarga Ayana dan Adya? Mereka terkenal keluarga yang gigih bekerja, merintis semuanya dari nol saat awal menikah hingga kini sukses. Ayana yang selalu mensupport dan membantu pekerjaan Adya. Begitu pula Naufal, meskipun terlahir dari keluarga yang sudah mapan, ia tak pernah bermalas-malasan. Begitu pula dengan si bungsu, Afa, ia tak serta merta berpangku tangan dari pemberian kedua orang tuanya. Menjalankan bisnis online yang dirintis sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama.

"Ya sudah, Afa boleh tinggal sama Bang Naufal kalau rumahnya udah selesai. Kita bisa masak bareng, Kakak suka kesepian gak ada temen, maklum cuma anak tunggal. Rumah yang dibangun sama Abang kan lumayan dekat kota, jadi mau jalan-jalan juga enak. Kita bisa melakukan banyak hal bersama, sepertinya asyik bukan?" Pancing Hanan.

"Jangan, Mami nanti kesepian." Larang Ayana lagi.

"Kenapa, Mi?"

"Ya, masa Mami cuma berdua doang sama Papi, sih?"

"Lah, selama Afa sekolah juga Mami kan di rumah berdua sama Papi," sanggah Afa.

"Oh iya, tumben datang ke sini sendirian. Mana Naufal?" Ayana mengalihkan topik pembicaraan.

Hanan lupa, ya, memang awalnya hendak melupakan tujuan utama datang ke rumah mertuanya. Namun, malah benar-benar lupa. Sudah terlanjur kesal saat tak sengaja mendengar pembicaraan Ayana dan Afa. Awalnya ingin mengadukan kejadian tadi di rumah sang mama kepada Mami mertuanya itu. Namun, sepertinya situasi dan kondisi tidak memungkinkan.

"Hanan?" Panggil Ayana.

"Eh, maaf, Mi. Mami tadi nanya apa?" tanya Hanan. Dasar Hanan, ditanya malah melamun!

"Kenapa melamun? Apa kamu ada masalah? Mami rasa gak mungkin deh, kalian pengantin baru. Masih anget-angetnya, apalagi baru kemarin. Ya, meskipun Mami sangat paham, jika kalian menikah tak didasari oleh rasa cinta. Tapi percayalah Hanan, buah kesabaran akan indah pada waktunya." Ayana meraih tangan Hanan, seolah-olah memberikan kekuatan.

'Apa, kesabaran? Jadi mertuaku ini secara tidak langsung menyuruh ku agar bersabar hingga mendapatkan cinta dari puteranya itu? Cih, egois sekali engkau wahai Mami. Aku bahkan sama sekali tak pernah bermimpi untuk menikah dengan puteramu itu, laki-laki yang belum selesai dengan masa lalunya.' batin Hanan.

"Apa ada seseorang yang mengusikmu, Hanan?" tanya Ayana.

"Tidak, Mi," jawab Hanan bohong. Tentu saja ia lebih memilih berbohong untuk saat ini, jika situasi seperti ini.

"Katakan apa pun yang menjadi beban pikiranmu, Nak, kamu juga puteri kami."

"Aku baik-baik saja, Mami. Hanya belum bisa menyesuaikan status baru saja," elak Hanan.

Hening, tak ada lagi yang bicara. Tenggelam dalam isi pikiran masing-masing. Hanya terdengar sesekali Ayana berdecak. Entah itu menahan kesal, atau bingung harus bicara apa lagi. Afa, gadis remaja itu masih belum berani untuk mengutarakan pendapatnya. Sedangkan Hanan, kepalanya dipenuhi tanda tanya.

"Apa kamu ingin tahu satu hal, Hanan?" tanya Ayana.

Hanan mengerutkan dahinya, ada rahasia apa lagi? Apakah keluarga Naufal memang penuh misteri? Selalu saja ada rahasia?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status