Share

Bab 7 (Kejujuran Ayana)

"Berapa banyak rahasia yang Mami sembunyikan dari Hanan?" tanya Hanan kecewa.

Ayana memeluk tubuh Hanan, "Jangan salah paham dulu, sayang. Kamu mau dengerin Mami ngomong dulu kan?"

Hanan mengangguk, toh tidak mungkin menggeleng.

"Mami sudah mengenalmu sejak lama, makanya Mami keukeh menjodohkan kamu dengan Naufal. Firasat seorang ibu gak pernah salah, dalam hati Mami, kamu yang pantas menjadi isteri Naufal. Mampu sama-sama berjuang dan membimbing putera Mami," terang Ayana.

"Maksud Mami?" Hanan benar-benar tidak paham.

Enam bulan yang lalu di sebuah Choffee shop bernama "Choffee Corral".

Hanan bekerja sebagai seorang waiters di Choffe Corral, ia sedang berjalan santai membawa nampan usai mengantarkan pesanan ke meja nomor lima belas. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara rintihan wanita dari meja nomor tiga belas.

"Ibu kenapa?" tanya Hanan panik. Melihat wanita paruh baya yang sedang memegang dadanya, napasnya sedikit tersengal dan meringis menahan sakit.

Dengan tangan gemetar Hanan merogoh saku celana, meraih ponsel untuk memesan taksi. Beruntung cepat datang, dibantu sopir taksi membawa wanita paruh baya tersebut ke dalam mobil menuju rumah sakit.

Ya, wanita tersebut adalah Ayana, ia memang secara tiba-tiba ingin sekedar nongkrong di Choffee Corral, suasana dan tempat yang strategis. Ia tergoda dengan menu capuccino panas, saat hendak menghabiskan tiba-tiba saja ulu hatinya terasa sakit. Ayana lupa, memiliki riwayat asam lambung yang cukup parah.

Kini ia terbaring lemah, disampingnya terlihat Hanan yang masih setia menunggu. Bahkan bersedia menyuapinya bubur yang sengaja dibeli repot-repot dari luar.

"Siapa namamu, Nak?" tanya Ayana ramah.

"Hanan, Ibu," jawab Hanan.

"Anak baik, semoga bahagia selalu menyertaimu ya?"

Hanan mengangguk. "Apa ada nomor keluarga Ibu yang bisa dihubungi?"

"Sudah Ibu hubungi, sekarang kamu kembali ke tempat kerja saja. Terima kasih banyak ya?" ucap Ayana.

Hanan mengangguk, mencium punggung tangan kanan Ayana. Ia memang tadi pergi tanpa meminta izin terlebih dahulu. Dengan terburu-buru bergegas mencari angkutan umum agar segera sampai di Choffee Corral.

Ya, pertemuan yang sangat singkat. Namun, sangat membekas di hati Ayana. Gadis santun dan baik hati. Ia bahkan rela sering berkunjung ke Choffee Corral, memesan segelas kopi meskipun tak dicicipi, hanya untuk melihat dan memantau Hanan diam-diam.

"Ternyata dia putri satu-satunya Syahreza dan Manda. Hm, keberuntungan berpihak padaku. Gadis sebaik itu tak boleh aku lepaskan, dia sangat cocok jadi menantuku," gumam Ayana.

Manda, Mama kandung Hanan, kebetulan teman satu arisan Ayana. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Manda yang selalu silau dengan materi ketika diajak menjadi besan oleh Ayana tentu saja langsung setuju. Sebuah keberuntungan bukan? Menjadi besan orang terpandang seperti keluarga Ayana. Apalagi terkenal dermawan. Meskipun kehidupan Manda juga sudah berkecukupan bahkan berlebih.

"Jika menolak bagaimana?" tanya Ayana saat itu sempat ragu. Dilihat dari keseharian Hanan dalam bekerja, sangat telaten dan pekerja keras. Pastinya gadis keras kepala dan teguh pendirian.

"Tenang saja, Hanan bukan gadis pembangkang. Meskipun sifatnya keras kepala, sebenarnya ia anak yang sangat patuh pada orang tua. Hanya saja, Aku gak bisa terus bersama dengan papanya," jawab Manda mantap.

"Memangnya putrimu gak punya pacar?" Selidik Ayana.

"Pacar? Hahaha," Manda tertawa terbahak-bahak.

Ayana heran, memangnya ada yang lucu?

"Puteriku gak seperti gadis seusianya. Ia hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Lebih memilih tidur dan membaca novel, ketimbang nongkrong dengan teman-temannya atau pergi bersama pacar. Setelah bekerja dia akan tidur di dalam kamar. Teman dekatnya hanya satu orang. Aku memang gak ingin Hanan salah pergaulan. Hanya dia yang kumiliki. Namun, sayang sekali, semenjak perceraian kedua orang tuanya, Hanan tak lagi seceria dulu ketika di rumah. Ia semakin gila bekerja. Bicara hanya seperlunya saja. Aku juga tau, dia gak pernah akur sama ibu tirinya."

"Puterimu benar-benar gadis yang unik dan menarik. Sangat jarang seperti itu. Ayo kita tentukan pertemuan dua keluarga untuk menentukan hari bahagia anak kita." Ajak Ayana bersemangat.

Manda mengangguk setuju, sudah membayangkan jika Hanan bersanding dengan Naufal.

"Lalu bagaimana dengan puteramu?" tanya Manda.

"Sebenarnya puteraku sudah bertunangan dengan seorang gadis. Namun, Aku kurang suka dengan sifat gadis itu. Kurang sopan santun dan terkesan liar untuk gadis seusianya. Selalu bermuka dua, seolah-olah paling baik jika ada Naufal. Untuk masalah puteraku, kamu tenang saja. Lambat laun kedok tunangan puteraku pasti akan terbuka."

Itu pula menjadi alasan Manda saat itu begitu keukeh agar Hanan menerima perjodohan tersebut. Manda sama sekali tak menerima penolakan dari Hanan.

Kembali ke saat ini...

"Ja-jadi Mami seorang ibu yang waktu itu Hanan tolong?" tanya Hanan terkejut. Ia memang tak begitu ingat dengan wajah Ayana saat itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status