Share

Rahasia Olin

"Jangan pernah katakan hal seperti itu, Dek. Abang ingin kamu cepat sembuh. Melihatmu sakit saja sudah membuat Abang kehilangan separuh semangat. Kamu mau membunuh Abang dengan bercerai saat raga masih menyatu dengan ruh? Bunuh saja Abang sekarang, Dek," sentak Bang Yaqin, meletakkan tanganku di lehernya.

Ia menitikkan air mata di hadapanku gara-gara kalimat yang juga menyakitiku. Aku sama terlukanya karena memang cintaku semakin subur melihat kesabaran Bang Yaqin mengurus keluarga. Rumah tangga kami tidak seoleng yang kukira. Dia tetap bisa berpikir waras di saat keadaanku seperti ini.

Aku sengaja mengatakan akan berpisah karena merasa sudah banyak hutang budi pada Nadia. Perlahan juga binar cinta mulai terlihat di netra suamiku. Jika aku sudah sembuh, berarti bisa beraktivitas tanpa membebani mereka lagi.

Hampir setahun menjadi manusia tak berguna itu rasanya menyakitkan. Angan-angan banyak, tapi raga tak mampu melakukannya. Berbagai cita-cita yang sempat kami rencanakan tinggal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status