Share

Terpaksa Menerima

Aku masih saja tertawa jika mngingat kejadian sebelum Subuh tadi. Ibu yang kupikir akan marah karena dapurnya sangat berantakan, ternyata malah membuatku menjadi bahan bully-an yang empuk. Beliau menyuruh Zainab mencuci tangan, lalu mengajaknya ke ruang tengah sambil membawa semua cilok yang baru saja matang. Sementara aku harus membereskan dapur sendirian.

Nasib ... nasib!

Inilah akibat dari sikap sok pahlawan yang telanjur kuucapkan.

"Nanti, Za beresin, Bu," ucap Zainab saat melihat mata Ibu yang diedarkan di seluruh penjuru dapur.

Seketika, ucapan Zainab kusangkal karena tidak mungkin membiarkannya melakukan hal berat saat perutnya sudah membesar dan masih dalam masa pemulihan. Aku tidak ingin hal buruk kembali terjadi padanya dan kandungannya. Namun, aku harus menjadi bulan-bulanan oleh keluarga besar yang masih menginap.

"Ini, nih! Kenapa kita bisa kenal sama dosen kayak dia. Bucin akut!" seloroh Handoko.

Aku melirik sekilas ke arahnya. Mejanya hanya berjarak satu meter di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status