Perlombaan berakhir dengan sukses. Pemenang dari kelompok remaja dan dewasa juga sengaja mengajak Ingga berfoto bersama.“Kamu Jingga, pemenang dari kelompok anak-anak, kan? Boleh foto untuk kenang-kenangan?” tanya mereka. Ingga mengerjap dan menoleh untuk menatap Juanita seperti sedang meminta izin.Tentu saja dia tidak akan melarangnya. Mereka adalah orang-orang yang berada lingkup yang sama dengan Ingga. Tidak ada salahnya jika mereka saling mengenal. Setelah ketiganya selesai mengambil foto, mereka mulai sibuk membicarakan permainan hari ini.“Anak kecil, aku nggak nyangka usiamu begitu muda tapi permainanmu bagus sekali,” kata Yoes pada Ingga.“Aku juga merasa kamu hebat. Tapi terkadang kamu terlihat buru-buru. Meski hasilnya luar biasa, langkah itu juga bisa membahayakan diri sendiri,” ujar Ingga.Yoes terdiam sesaat, dia terbahak dan tidak merasa tersinggung ketika mendapat saran yang terkesan mengajar dari anak kecil.“Nggak disangka ternyata kamu begitu hebat. Pelatihku juga b
Yoes dan Ryan memang sudah ditebak oleh semua orang. Namun saat mendengar Julio menyebut nama terakhir, pembawa acara yang berdiri di samping lelaki itu tampak terkejut. Bahkan Ingga juga sedikit tidak menyangka. Di waktu yang bersamaan dia juga merasa sedih.Kenapa bisa begini? Jelas-jelas Ingga adalah juaranya, kenapa Julio melewatinya dan memilih juara dua?Semua orang yang ada di sana tampak bingung dengan pilihan Julio. Mereka merasa Ingga merupakan pemenang dalam permainan ini, kenapa Julio tidak memilih Ingga dan memilih yang menjadi juara dua?Ketika Ingga terdiam di tempatnya, Fandy berjalan mendekat dan berkata, “Maaf, sebenarnya aku mau kasih tahu kamu. Sesungguhnya hal ini sudah disampaikan Pak Julio pada kami.”Kening Tommy berkerut ketika melihat ucapan bocah itu. Dengan raut keruh dia bertanya, “Kenapa?”Fandy memiringkan kepala dan berpikir sejenak. Kemudian dia menjawab dengan jujur, “Mungkin … mungkin karena kami ada uang.”Uang? mendengar akta itu membuat Tommy nyari
Mendengar ucapan pembawa acara membuat seluruh tempat pertandingan menjadi heboh. Mereka tidak menyangka setelah Julio akan ada tamu misterius yang datang lagi. Meski team ini akan dibentuk dari nol, tetapi sudah ada banyak aset dan modal. Perkembangan selanjutnya dipastikan nggak ada masalah!Mereka yang awalnya sudah antusias tidak menyangka bahwa pembawa acara akan lanjut berkata, “Ada satu lagi. JS yang merupakan team baru, setiap anggotanya akan mendapatkan uang sebesar miliaran sebagai sebuah bentuk dukungan.”Dia mengalihkan tatapannya ke arah Yoes dan Ryan sambil tersenyum dan mengundang mereka, “Saya mewakili Pak X untuk mengajak kalian bergabung dalam Team JS.”Meski kedua peserta itu sangat menghormati dan menghargai Julio, melihat sikap tidak adil lelaki itu pada Julio dan juga syarat yang begitu banyak membuat mereka ragu untuk menyetujuinya.“Aku bersedia bergabung dalam JS Team,” jawab Yoes terlebih dulu.Melihat itu Ryan tidak ragu lagi dan langsung mengangguk sambil be
Tommy dan Ingga berdiskusi untuk memilih beberapa orang yang dirasa lumayan bagus untuk bergabung dan langsung menandatangani kontrak. Meski tidak ada yang tahu siapa Pak X ini, siapa yang tidak tergiur dengan fasilitas yang begitu bagus?Apalagi hari ini mereka sudah melihat sendiri kemampuan Ingga. Mereka juga terkejut karena Julio tidak memilih Ingga dan merasa tidak terima. Sekarang tentu saja mereka lebih senang karena ada kelompok yang jauh lebih baik.Meski Julio dan Team AY sangat terkenal dan banyak prestasi bagus, dari sikap Julio yang tidak memilih Ingga membuat semua orang bisa menilai lelaki itu bukan pelatih yang bagus. Memang dalam melatih orang lain, Julio sangat baik, tetapi dia rela melepaskan peserta berbakat untuk bergabung dalam teamnya. Jika diteruskan, maka Team AY pasti akan semakin merosot.“Jingga, kita akan menjadi teman satu team! Harus banyak mengajari kami,” kata anggota baru yang menyapa Ingga. Mereka datang menghampiri bocah itu untuk sekedar berbincang.
Jerry datang? Jantung Juanita berdegup dengan cepat ketika mendengar ucapan ibunya. Kenapa kebetulan sekali? Begitu lelaki itu datang, keadaan Marlin langsung menurun. Jangan-jangan ….Juanita memikirkan sesuatu yang sangat sulit diterima.“Ma, apa yang Papa lakukan pada Mama?!” tanya Juanita dengan panik.Marlin mengerjapkan matanya yang terlihat ngantuk. Dia terlihat tidak ada tenaga untuk menjawab pertanyaan Juanita. Melihat kondisi ibunya yang lemah membuat Juanita merasa luar biasa iba. Dia menutup tubuh rapuh itu dengan selimut sambil berkata,“Ma, aku nggak tanya lagi. Mama jangan pikirkan hal lain dan istirahat saja.”Marlin menutup matanya dengan perlahan. Juanita hanya menatap ibunya yang terlelap dengan sorot panik. Dia tidak tahu untuk apa ayahnya datang hingga membuat keadaan ibunya menjadi berbahaya seperti tadi.Seorang dokter masuk dan wajahnya menggelap ketika melihat Juanita. Dengan wajah memerah dia memarahi perempuan itu, “Apa yang sedang kamu pikirkan?! Sebagai kel
Sesungguhnya Tommy sedikit marah dengan Juanita yang meninggalkan Ingga seorang diri. Bocah itu masih seorang anak kecil. Sudah larut tetapi Juanita masih tidak pulang. Apakah keadaan di rumah sakit cukup parah?Tommy tahu dengan sifat yang dimiliki Juanita, dia tidak akan meninggalkan Ingga begitu saja. Berarti keadaan ibunya pasti jauh lebih parah dari yang dibayangkan. Emosi Tommy reda seketika ketika memikirkan hal itu.Di sisi lain, Juanita sudah tiba di kediamannya Jerry. Dia mengetuk pintu dengan kuat dan tanpa sopan santun.“Siapa?” seru Santi dari ruang tamu. “Malam-malam begini kenapa kencang sekali mengetuk pintu? Mau mengganggu tetangga sekitar?!”Emosi Juanita semakin memuncak ketika mendengar suara perempuan itu. Ketukannya menjadi semakin kuat. Tidak butuh waktu lama sudah ada orang yang membuka pintu. Pelayan tersebut selalu bekerja di kediamannya keluarga Sandoro. Dia tahu status Juanita dan terlihat terkejut.“Non,” panggil perempuan itu.“Jerry! Keluar!” teriak Juani
Jerry mendadak terduduk di lantai. Ekspresinya terlihat sedikit linglung.“Sesuatu terjadi dengan Marlin? Semua karena sup abalon yang aku kasih?” gumam Jerry dengan bibir bergetar.Juanita menatapnya dalam diam. Dalam hatinya tidak ada emosi apa pun dan hanya merasa konyol. Sampai detik ini lelaki itu masih mencoba bersandiwara bahwa dia sangat menyesal. Sungguh sulit di percaya.Dia malas untuk mencari tahu apakah Jerry jujur atau hanya bohong belaka. Yang pasti, apa pun itu Jerry tidak akan mendapatkan maaf dari dirinya. Sebelum Juanita menunjukkan respons apa pun, terlihat Santi yang mendadak menggila.Melihat Jerry yang tampak sedih, dia merasa marah dan tidak terima. Perempuan itu bangkit berdiri dan menunjuk lelaki itu sambil berseru, “Jerry, sudah kuduga kamu nggak bisa melupakan perempuan licik itu! Meski dia penyakitan dan sudah akan mati, kamu tetap tidak bisa melupakan dia!”“Santi! Jaga ucapanmu!” kata Jerry dengan kening berkerut. Ucapan Santi membuatnya sangat tidak nyam
Begitu Tommy masuk, semua orang yang berada di dalam ruangan tercengang seketika. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka bahwa Tommy akan datang saat itu.Tatapan mata Tommy yang tajam, langsung tertuju ke belakang badan Juanita. Pisau dapur yang sedang dipegang Nanda berkilat memantulkan cahaya lampu ruangan, sebaliknya wajah Tommy langsung berubah gelap. Pria itu maju beberapa langkah hingga tepat di depan Nanda, lalu merebut pisau dapur tersebut hanya dalam beberapa Gerakan.Nanda sangat terkejut oleh serangan Tommy yang mendadak ini, melihat pisau dapurnya telah direbut oleh Tommy dengan begitu cepat, perempuan itu pun mulai merasa takut dan melangkah mundur.”A … apa yang mau kamu lakukan? Aku peringatkan kamu, kalau kamu berani menyentuhku sehelai rambut pun, keluarga Sandoro nggak akan melepaskan kamu begitu saja!”Walaupun ucapan perempuan itu terdengar begitu berani dan mengancam, raut wajahnya yang ketakutan telah menunjukkan suasana hati Nanda yang sebenarnya saat itu