Share

16

Tepat setelah mengantar Bian ke kamar Adrian, Bia menghampiri ruang kerja sang Kepala keluarga. Dia hampir hapal seluk-beluk kediaman Bimantara, jadi tak perlu dituntun lagi untuk tahu di mana ruang khusus milik sang Tuan besar dan dia bisa datang sendiri. Semua orang sudah masuk ke kamar masing-masing sehingga keadaan rumah sangat sepi. Sudah jam tidur. Hanya Bia yang tampak masih berjalan dan berhenti di depan sebuah pintu suatu ruangan.

Si gadis biasa menelan ludah. Dia masih takut. Masih deg-degan. Dia berharap agar pagi cepat datang, agar malam ini cepat berlalu, agar tak terjadi apa pun di dalam ruang itu nantinya. Napas si gadis biasa tersendat. Dia menghirup udara lalu di hembuskan. Melakukannya beberapa kali–meski tidak membantu supaya rileks–Bia mencoba mengetuk pintu.

Satu, dua, tiga.

“Permisi, Tuan.”

“Masuk.” Terdengar suara dari dalam.

Si gadis biasa yang menyandang peran pengasuh ini makin-makin ingin tenggelam rasanya. Menghilang di telan bumi. Dia sama sekali tak beran
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status