Share

49

Belum terlontar sapaan manis nan mesra dari si sulung yang kepalang kesal, suara dari seberang line membuat jidat Adnan berhias empat sudut siku-siku.

[Berisik.]

Uh ... kalau tidak ingat Adrian itu adik kandungnya, Adnan akan mengirim pembunuh bayaran ke tempat di mana adiknya itu berada sekarang untuk menghabisi si bungsu Biman. Heran. Kenapa Adrian selalu saja membuat orang lain kesal, hmph!

Sabar Adnan, sabar. Orang sabar dapat pacar cantik dan bohay, katanya dalam hati. Jangan rusak batin Adnan ya. Karena itu adalah harapan terpendam yang tak terucap dan belum terwujud. Belum. Garis bawahi, belum! Adnan pasti bakal punya doi yang uwu. Hmph.

“Adrian sayang, apa kabar?” Adnan berusaha membuat suaranya terdengar lembut.

Di seberang telepon, si bungsu Biman mengerutkan kening.

[Kalau nggak ada yang penting, aku tutup.]

Panggilan masih tersambung, tetapi layar ponsel Adrian sudah mengarah ke langit-langit yang artinya alat komunikasi pribadi si bungsu di letakkan dan bersiap memutus pa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status