Share

02. Angkasa Nova

Starla mengipasi wajahnya yang panas dan menghapus peluh di keningnya. Untung saja proses MPLS di sekolahnya tidak berlangsung meriah. Cukup dengan mengikuti upacara senin pagi lalu mendengarkan peraturan sekolah. Pembagian kelas dan kemudian selepas istirahat jam pertama akan ada demo extrakurikuler.

Starla cukup senang dengan hal itu. Berarti dia tak harus bersusah payah mencari barang atau menyiapkan hal-hal aneh. Selintas perasaan bangga menyusup ke dalam dirinya.

Ada enaknya juga gak dapat sekolah favorit hhe.

"Starla Keina Fazwa 10 Ips 3."

"Yes!" Tangan Starla mengepal senang sambil meninju udara.

Masuk IPS adalah cita-citanya sejak SMP. Starla senang dengan pelajaran Geografi dan segala macam hal yang tida terlalu berkaitan dengan matematika. Walaupun akhirnya ia akan bertemu ekonomi tapi Starla itu lebih baik daripada ia muntah karena kimia, fisika dan matematika.

Dengan langkah riang Starla berjalan mencari letak kelasnya dan langsung mencari posisi duduk yang strategis. Starla memilih bangku tengah bagian kedua. Menurutnya duduk di situ adalah yang terbaik.

Tidak terlalu depan, tidak terlalu belakang. Perfect!

Dengan perasaan senang dan senyum yang tak pudar, Starla megeluarkan kotak pensil, buku dan segala perangkat yang akan ia gunakan berperang. Satu persatu anak kelasnya mulai memasuki kelas dan duduk sesuai keinginan mereka. Bagi Starla, hal seperti ini pun membuatnya senang. Berbeda saat Smp dulu dimana tempat duduk sudah di atur berdasarkan peringkat nilai dan catatan prestasi. Sekarang Starla lebih bebas memilih tempat.

Smpnya dulu adalah sekolah swasta terkenal dan mahal yang di pilihkan oleh ayah. Sistem belajarnya yang ketat dan ujian berat membuat Starla frustasi bahkan untuk mengingatnya lagi. Kepala Starla berputar memandangi kelas sambil menunggu seorang yang mau duduk dengannya. Starla melemparkan senyum riangnya ketika bertatapan dengan mata lain. Anehnya tak ada yang balas tersenyum.

Sepertinya beberapa di antara mereka sudah saling mengenal satu sama lain. Mereka duduk dengan teman akrab. Bangku di sebelah Starla di tarik lalu seorang lelaki dengan bau rokok yang menyengat dan hoodie hitam lusuh yang tertutup topi duduk di samping Starla.

"Hai!" sapa Starla berusaha ramah.

Sapaan Starla kembali di acuhkan untuk kesekian kali oleh orang yang berbeda. Suasana hati Starla berubah mendung karena tak ada satupun orang yang mau berbicara dengannya. Starla mencoba mencium aroma tubuh dan mulutnya. Siapa tahu orang-orang tak ingin berbicara karena ia bau badan dan mulutkan?

"Hah." Starla mencium aroma mulutnya sendiri, namun tak merasakan apa-apa. "Gak bau kok."

Lelaki di sebelah Starla melirik dengan ujung matanya. Starla yang tak sadar di perhatikan malah sibuk dengan dunuanya sendiri.

"Cewek aneh," gumam lelaki itu sebelum menguap lebar.

Kegiatan Starla terhenti saat seorang guru tua berambut pelontos masuk dengan sebuah penggaris kayu besar yang tak pernah Starla lihat.

"Woahhh ..." kagum Starla seorang diri entah pada kepala guru itu atau penggaris di tangannya.

Guru tersebut memperkenalkan diri sebagai wali kelas dan menjelaskan beberapa peraturan kembali. Tak lama beliau meminta beberapa siswa untuk mengajukan diri sebagai perangkat kelas. Starla mengamati sepanjang kelas berlangsung. Suasana semakin berisik seiring waktu berjalan semakin siang.

"Itu kamu yang pakai topi di tengah. Lepas topi kamu!" Pak Banu menunjuk lelaki di samping Starla dengan tatapan garang.

Semua mata tertuju ke tengah. Starla yang merasa tatapan menusuk datang padahal bukan untuknya malah bergerak gelisah. Bisa-bisanya lelaki ini tidur di hari pertama masuk sekolah!

"Astaga tidur dia? Kamu yang di sebelahnya cepat bangunkan dia!" Suara Pak Banu semakin naik satu oktaf.

"Eh bangun. Woi!" Starla berusaha membangunkan cowok itu dengan kakinya meski gagal. "Oi."

Mata Starla membulat ketika Pak Banu datang dengan penggaris besar di tangannya mendekat ke bangkunya.

PRAKKK!!!

Penggaris itu di pukul ke meja dengan sekuat tenaga hingga menciptakan suara keras. Starla tersentak hingga punggungnya menabrak kursi, matanya menatap takjub guru botaknya itu.

Seisi kelas di buat melongo saat target yang menjadi kemarahann Pak Banu malah dengan santai menaikkan kepala dan berdecak kesal.

Gila! Mentalnya.

"Berani kamu tidur di jam pelajaran saya?!! Siapa nama kamu hah!" Pak Banu mencubit telinga cowok itu.

"Asa," jwabnya singkat dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Nama lengkap! Ini lagi ngapain pake topi mau bergaya kamu di sekolah!"

Cowok yang katanya bernama Asa itu berdecak dan menghela napas membuka topi birunya dan menjawab. "Angkasa Nova."

Pak Banu menurunkan kaca matanya seperti orang yang tak percaya. "Masa nama bagus tapi kelakuan minus. Saya tunggu kamu di ruang guru setelah jam istirahat kedua."

Starla bersorak dalam hati, memberikan tatapan iba kepada Angkasa merasa kasihan karena hari pertama sekolah cowok itu sudah memiliki catatan hitam. Mata Starla menyayu mencoba menyalurkan rasa simpatinya setulus mungkin.

"Apa liat-liat!" damprat Angkasa dengan nada rendah.

Starla gelagapan dan segera mengalihkan tatapannya. Menarik kembali rasa kasihan yang sempat ia berikan.

* * *

Next Part ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status