Setelah perempuan itu pergi, tak lama berselang guru memanggil Lazia. Lazia meletakan pulpennya dan berjalan ke arah meja guru.
"Iya, bu," sahut Lazia.
"Kamu pergi ke kelas IPS1, ada guru yang mau nanya sesuatu sama kamu disana," ucap Guru.
"Iya bu." balas Lazia dan berjalan pergi.
. . .
Tok, tok!
"Permisi." kata Lazia dan berjalan masuk ke dalam kelas IPS1.
Di sana Lazia melihat Fabio sedang berdiri di depan meja guru. Fabio membalas tatapan Lazia dengan senyuman, yang sempat membuat Lazia sedikit jijik.
"Kamu yang namanya Lazia?" tanya Guru.
"Iya ibu," jawab Zia.
"Jadi, apa kamu juga yang udah buang buku Fabio?" tanya Guru itu lagi.
Lazia kaget mendengar ucapan guru itu. Lazia melihat ke arah Fabio yang sedang senyum-senyum sendiri.
"Loh, kamu kenapa diem," ujar Guru nampak emosi.
"Iya, bu! Saya yang udah buang buku Fabio," sahut Zia tersenyum.
"Alasannya kenapa," lanjut Guru.
"Alasannya ...
"Aaa!"Itu suara teriakan dari Fabio, setelah Lazia menggigit tangannya."Lo kenapa gigit tangan gue?" tanya Fabio dengan nada tinggi sembari mengkibas-kibaskan tangannya yang tadi di gigit Zia."Habisnya tangan lo bau.""Lagian lo kenapa jadi deket banget sama gue, si?!" balas Zia."Kenapa emangnya? Kan gue enggak ngelewatin batas yang lo bilang.""Gue enggak ngelewatin sedotan itu, lihat aja," ujar Fabio. Lazia melihat kebawah."Emang lo enggak ngelewatin sedotan itu, tapi gue kan udah kasih jarak dua meter dari lo dan batasnya Itu ... ""Aaa! Susah ngomong sama cowo yang kapasitas otaknya sedikit," rengek Zia."Lo marah sama gue?" tanya Fabio."Fabio lebih baik lo berdiri di situ." menunjuk kearah belakang Fabio."Gue Nggak kuat lihat muka lo sedeket ini. Gue mau muntah," jawab Zia dengan melototi Fabio."Emangnya seganteng itu 'kah gue? Sampai Nggak kuat!" balas Fabio tersenyum lalu mencubit pipi
"Ayah tau mana yang terbaik buat Zia," balas Sopandi sembari membaca koran."Tapi Zia nggak suka sama cowo Itu ayah," sambung Zia."Mending ayah batalin tunangan ini, sebelum terlambat," ujar Reina."Ini bukan lagi urusan kamu Reina!" suara wanita yang datang membawakan secangkir kopi lalu meletakannya di meja.Dia adalah Rachel Azhakhira. Kaka pertama Lazia, sekaligus putri kebanggaan Sopandi. Rachel memiliki sifat berbeda dengan Reina dan Lazia. Rachel cenderung pendiam dengan orang yang baru ia kenal, tidak suka bergaul dan lebih dewasa di bandingkan adik-adiknya. Rachel Azhakhira telah menikah dengan pengusaha kaya bernama Austin Yudho Harisman yang masih memiliki darah jawa asli. Sudah enam tahun menikah dan mereka di karunia seorang anak laki-laki yang tampan bernama Brian Putra Harisman, yang sekarang umurnya menginjak empat tahun."Kak Rachel ada di sini juga," batin Zia kaget."Nggak bisa gitu dong kak, kasihan Zia. Seharusnya ayah nggak
"Kak, Reina kenapa senyum-senyum?" tanya Zia setelah menutup pintu. Melihat Reina yang sedang berjalan mundar-mandir."Colon tunangan kamu udah dateng," jawab Reina tersenyum. Lalu duduk di kasur."Terus ... " ucap Zia bingngung."Dia ganteng banget tau, calon tunangan kamu itu benar-benar perfect.""Kalau kaka jadi kamu, kaka lebih baik langsung menikah. Dari pada harus tunangan," ujar Reina tersenyum."Jadi dia udah datang, kak?" tanya Zia."Iya." mengagukan kepala."Tunggu dulu. Kok kamu belum ganti baju?" tanya Reina."Emangnya harus ya, kak," ujar Zia."Kamu ada-ada aja. Sekarang cepet ganti baju kamu, biar calon suami kamu terpukau melihat kamu.""Apa perlu kaka bantu kamu dandan," sahut Reina."Nggak perlu, kak! Zia bisa sendiri," lanjut Zia tersenyum."Oh ya udah kaka tunggu di luar, ya!" ucap Reina dan membuka pintu."Tunggu, kak!" Reina menoleh kearahnya."Acara tunangannya selesai makan ma
"Gue yang lihat duluan!" teriak Zia sembari berdiri."Oh, ya udah," kata Fabio tersenyum lalu memberikan gelas yang tadi ia minum kepada Zia, dengan keadaan kosong.Plak!"Maksud lo apa!" bentak Zia, setelah memukul kuat meja makan.Semua orang yang berada di meja makan melihat kearah Lazia, sejak Lazia bertingkai dengan Fabio. Luna, ibunda Fabio. Benar-benar ilfil di buat Lazia, tapi tidak dengan Yuda ayah Fabio, dia hanya tersenyum dan tertawa melihat tingkah laku dari Lazia."Zia," ucap Sopandi."Lo itu emang cowo aneh!""Gue benar-benar benci sama lo.""Zia," ucap Sopandi menaikan intonasi suaranya. Tapi Zia pura-pura tidak mendengar."Kenapa cowo kaya lo harus ada di dunia ini," caci Lazia kepada Fabio. Fabio hanya bisa tersenyum membalas semua cacian Lazia."Cukup!" sahut Luna emosi dengan cepat sembari berdiri."Fabio ayo kita pulang! Bunda udah nggak tahan." Lazia kembali duduk dengan senyum miring di wajahnya
"Tapi, kenapa tadi Zia bilang kalau kamu itu pacarnya?" tanya Reina."Gue juga nggak tau. Yang pasti kedatangan gue ke sini itu, cuma mau ngajarin Lazia buat belajar kimia," jawab Dicky."Gawat ... ketahuan deh," batin Zia sembari menggigit bibir bagian bawah."Jadi kamu bukan pacarnya Zia," kata Reina pelan."Iya." ucap Dicky dengan nada datar lalu berjalan ke mobilnya.Setelah Lazia melihat Dicky telah pergi dari jendela. Lazia langsung berlari menuju kamarnya dan menutup rapat pintu kamarnya."Gapapa deh ketahuan, yang penting gue nggak jadi tunangan sama cowo aneh itu," gumam Lazia senang lalu duduk di kasirnya."Tapi, waktu gue bilang Dicky itu pacar gue. Fabio kaya sedih gitu. Kenapa gue jadi mikirin dia? Hah, mending gue tidur, mimpi indah."Besok paginya, Lazia merasakan hal aneh dengan Sopandi ayahnya. Lazia sudah 10 kali memanggil ayahnya yang sedang duduk di kursi teras rumah. Namun Sopandi tetap saja diam, Lazia menghampiri
Setelah Dewi berkata seperti itu. Tiba-tiba handphonenya berdering. Dewi mengakatnya, dan ternyata itu dari ibunya. Yang bilang, kalau ayah Dewi lagi sakit parah. Dewi langsung memutuskan untuk meminta izin pulang ke ruang guru."Jadi lo mau pulang?" tanya Zia."Iya, ni! Bokap gue lagi sakit. Lo nggak apa-apa 'kan pulang sendiri," jawan Dewi. Dan Zia membalasnya dengan anggukan kepala."Ya udah gue pergi dulu, ya! Dah." ujar Dewi dan berlari pergi.Kini Lazia hanya sendiri. Lazia melihat sekitarnya, yang di mana semua murid makan bersama dan bahagia. Lazia hanya bisa diam, sampai ia memutuskan untuk pergi ke kelas.Pulang sekolah tiba. Lazia berhenti di depan gerbang sekolahnya, menunggu taxi lewat. Sampai Lazia melihat Fabio keluar dari sekolah menggunakan motor besarnya di sertai teriakan siswi padanya."I love you Fabio!" teriak beberapa siswi sembari melambaikan tangan ke arah Fabio."Dasar nora." gumam Zia kesal.Awan mulai gelap,
"Kayanya kaki lo keseleo. Lo tunggu bentar di sini," ujar Fabio."Ingat! Tunggu. Lo jangan kemana-mana." dan berjalan pergi.Lazia duduk menunggu Fabio datang. Sampai tak berapa lama, Lazia mendengar suara motor. Dan ternyata itu adala Fabio."Motor lo. Lo letangin di mana? Apa jangan-jangan dari tadi itu lo ngamatin gue, ya," ucap Lazia.Fabio turun dari motor dan berkata. "Tadi motor gue kempes, terus gue bawa ke bengkel.""Lagian siapa juga yang mau ngamatin lo.""Kayanya dia nggak bohong," batin Zia. Dan Fabio memngulurkan tanganya ke arah Lazia."Pegang tangan gue, bukannya di lihatin kaya gitu," ujar Fabio."Iya." sahut Zia dengan nada datar.Lazia memegang uluran tangan Fabio. Fabio pun langsung menuntunnya perlahan menuju motornya. Langkah demi langkah Lazia, Fabio amati mana tau Lazia mulai merasakan kesakitan."Pelan-pelan." kata Fabio.Dan Lazia tiba di motor itu. Fabio juga perlahan menuntun Lazia untuk na
"Oh ... waktu lo tunangan sama Fabio," ucap Dicky."Iya," kata Zia tersenyum."Jadi lo mau, gue maafin lo?" tanya Dicky tersenyum."Iya. Maafin gue," jawab Zia."Ok gue maafin lo. Tapi dengan satu syrat," ujar Dicky."Apa," sahut Zia tersenyum."Lo. Harus jadi pacar gue," ucap Dicky sembari melihat Zia."Pacar?" tanya Zia kebingungan."Maksud gue itu, pacar bohongan," jawab Dicky malu lalu melihat kembali ke depan."Oh ... ok." kata Zia.Akhirnya Lazia tiba di rumah Dicky. Rumah yang besar, serta tanaman bunga di sekelilingnya. Berjalan masuk ke dalam bersama Dicky. Dicky membawa Lazia menuju meja makan yang di sana sudah ada kedua orang tua Dicky."Katanya ulang tahun. Tapi, kok nggak rame," batin Zia. Lalu duduk di kursi tak jauh dari kedua orang tua Dicky."Lo tunggu di sini, ya! Gue mau ganti baju." ujar Dicky lalu berjalan pergi."Nama kamu siapa cantik?"Tanya wanita paruh baya. W