Reyna menggenggam tangan Andreas yang berada di bawah sana. “Di luar ada orang,” ujar Reyna dengan wajah yang nampak sudah sangat memerah karena perbuatan Andreas. Melihat wajah merah bercampur khawatir dari Reyna, Andreas akhirnya mau melepaskan tangannya dari miss v Reyna. “Kali ini saya ampuni,” ujar Andreas membuat Reyna semakin tidak mengerti sebetulnya ada salah apa dirinya dengan Andreas hari ini. Andreas merapihkan kembali pakaian Reyna yang sempat berantakan karenanya, lalu dilanjut dengan pakaiannya yang tidak terlalu berantakan. “Ayo keluar,” ucap Andreas pada Reyna yang menganggukan kepalanya. Sampai Reyna berhasil pas pasan dengan dua orang di depan pintu darurat, saat melihat keduanya masuk ke dalam membuat Reyna jadi merinding karena kembali membayangkan bagaimana jika dirinya masih berada di dalam sana bersama Pak Amdreas yang tengah melakukan hal mesum. “Kenapa wajahmu panik sekali?” tanya Andreas ketika mereka baru saja keluar dari lobi rumah sakit. “Memangnya
“Jangan berusaha untuk menggodaku,” ucap Andreas membuat Reyna menatap pria itu dengan pandangan yang nampaknya kebingungan.Reyna menggelengkan kepalanya. “Saya tidak sedang menggoda Bapak,” ujar Reyna dengan bibir yang sedikit celemotan karena ice cream. “Memang seharusnya begitu, jangan lakukan hal aneh seperti tadi,” ucap Andreas membuat Reyna yang tidak mengerti hanya menganggukan kepalanya saja. Reyna tidak mau ribut dengam bosnya yang kalau kesal terlihat sangat menyebalkan. “Cepat habiskan ice creamnya,” ucap Andreas membuat Reyna mengangguk untuk kedua kalinya. “Terimakasih karena telah meneraktir saya ice cream, saya sangat senang,” ucap Reyna membuat Andreas hanya terlihat menghela napas dengan berat. “Ada lagi yang kamu inginkan?” tanya Andreas pada Reyna yang nampaknya sedang berpikir tentang keinginannya yang selanjutnya, mumpung bosnya mau menemani dan membayarkannya. “Piknik malam hari, di tepi danau,” ujar Reyna. Andreas menoleh pada Reyna yang terlihat tersenyu
Kini Reyna sudah duduk di hadapan Andreas yang masih mencoba untuk menenangkan dirinya. “Ramen yang tidak pedas untuk Bapak satu dan yang pedas untuk saya satu, chicki lalu bir. Semuanya sudah lengkap untuk dimakan saat piknik di malam hari,” ujar Reyna. “Saya melihat ini sebelumnya dari beberapa film yang sudah saya tonton,” ujar Reyna lagi sendirian. Andreas nampak mengerutkan keningnya seraya menatap ramen di hadapannya. “Kamu dengan sengaja membelikan saya ramen yang tidak pedas?” tanya Andreas dengan wajah yang terlihat serius di mata Reyna yang nampak menelan salivanya dengan susah payah. “Kamu meremehkan saya yang tidak bisa makan makanan pedas?” tanya Andreas untuk kedua kalinya pada Reyna langsung menggeleng. Jelas ia tahu Andreas kuat pedas tapi tidak sepedas seperti ramen yang tengah dibeli Reyna. Karena itu Reyna memilihkan ramen yang tidak pedas dari pada membut resiko Andreas nantinya bisa kepedesan. “Tukar,” ujar Andreas membuat Reyna menatap bosnya. “Saya bilang t
Sudah dua hari Andreas terus bersikap dingin pada Reyna, sedangkan Reyna yang menyadari hal tersebut hanya bisa memperhatikan bosnya dari tempat duduknya saja. "Ugh!" kesal Reyna ketika melihat lewat jendela yang terhubung ke ruangan bosnya. Andreas nampak tengah membaca beberapa laporan yang baru saja Reyna berikan beberapa menit lalu, biasanya Reyna menunggu di dalam sampai Andreas selesai me-review tapi baru saja menyerahkan tumpukan map di atas meja Reyna sudah diusir oleh lelaki tersebut. "Benar-benar menyebalkan," gumam Reyna. Reyna mulai berpikiran apa mungkin ini tentang dirinya yang malam itu mengatakan bahwa telah menghawatirkan Andreas. Lalu, Andreas sebetulnya tak menyukai hal tersebut dan berujung dirinya dibenci sampai saat ini. "Apa ini semacam peringatan dari Pak Andreas?" pikir Reyna kala itu. Suara interkom berbunyi berhasil menyadarkan Reyna dari lamunannya. "Ambilkan air putih hangat sekarang," ujar seorang lewat sana yang tak lain adalah Andreas. Reyna menat
Reyna berjalan di belakang Andreas yang kini tengah bermain di ponselnya, sedangkan dirinya yang seorang wanita membawa dua koper di tangannya. “Bulan madu macam apa ini?” kesal Reyna dalam hatinya meruntuki Andreas saat itu. Hingga keduanya berhasil masuk ke dalam pesawat dan hanya membawa barang-barang penting saja. Tempat duduk keduanya bersebelahan karena mereka menggunakan kelas bisnis. Reyna menyalakan televisi di depan sedangkan Andreas terlihat membaca majalahnya ketika pesawat mulai lepas landas dan akan turun di negara Jepang. Reyna sedikit mencuri-curi pandang pada Andreas yang masih terlihat membaca majalah bisnis tepat di sampingnya, sampai seorang pramugari menawarkan cemilan khas jepang kepada wanita itu. Reyna dengan senang hati menerimanya, wanita itu terlihat memakan kue bolu berbentuk hati dengan hiasan coklat berbentuk bunga sembari menonton film. “Wah, pria seperti itu memang tidak bisa dipercaya,” ujar Reyna membuat Andreas nampak sedikit melirik film yang s
Tangan Andreas juga terasa aktif meremas salah satu buah dada Reyna yang masih tertutupi kaos putih yang tengah digunakan wanita itu. "Putar tubuhmu membelakangi saya," perintah Andrras pada Reyna yang kini tengah membelakangi pria yang sedang membuka resleting celana pendeknya. “Ah!” lenguh Reyna saat Andreas nampak keenakan karena pria itu kini terlihat sedang menggesekan miliknya pada pangkal paha Reyna yang kini tengah memakai celana pendek. Saat junior Andreas berhasil menyentuh kulit paha Reyna, wanita seperti sudah tidak sanggup berkata-kata lagi dan hanya pasrah dengan apa yang dilakukan bosnya kepadanya. “Ah! Reynamngh…yeaashhffbnguhk!” lenguh Andreas seraya memeluk Reyna dari belakang tanpa menghentikan gerakan pinggulnya yang keluar masuk ke selangkang istri kontraknya. Andreas menggigit bibirnya sendiri saat merasa tak kuat ketika juniornya terus maju mundur ke arah pangkal paha Reyna. “Kamu mau saya masuki,” bisik Andreas pada Reyna yang terlihat gelagapan dibuatnya.
“masuklah, jika kamu mau melihatnya dengan jelas,” ujar Andreas tanpa menoleh ke belakang.Reyna dengan gugup memundurkan langkahnya dengan perasan berdebar. “saya hanya ingin memberikan pakaian ganti untuk Pak Andreas,” ucap Reyna dengan nada suara yang bergetar.Andreas nampak tersenyum dari tempatnya berada, sepertinya menjahili Reyna sudah menjadi kebiasaan baru yang mulai ia sukai tanpa pria itu sadari. Andreas memasang kembali handuk di pinggangnya, lalu berjalan mendekati Reyna yang nampak tertunduk sedari tadi menunggu balasannya. “Eh,” lenguh Reyna ketika baju yang dipegangnya ditarik paksa oleh Andreas yang kini tersenyum padanya. Reyna memberanikan diri menatap wajah Andreas yang kini masih terlihat memperhatikannya. Lalu, tanpa isyarat melepaskan handuk putih pinggangnya sendiri dan membuat Reyna reflek menutup mata dengan kedua tangannya. Andreas melirik Reyna yang nampaknya tidak sepenuhnya menutup kedua matanya. “dia bahkan memberikan celah di sekitar jarinya untuk
"Reyna tunggu, bahkan saya belum selesai bicara!" teriak Andreas seraya menggunakan pelindung kaki sebelah kanan.Andreas menyusul Reyna dan mulai ski bersama, keduanya kerap saling berpapasan di tengah-tengah. "Dari mana kamu mempelajarinya, semasa bekerja bersama saya tidak sepertinya kamu tidak pernah ikut bermain?" tanya Andreas pada Reyna yang tersenyum. "Dulu saat orang tua ssya masih ada, saya sering bermain ski bersama. Walau ingatan itu sudah sangat kabur," ujar Reyna pada Andreas yang menganggukan kepala seakan telah mengerti alasan tersebut. Sekitar satu jam mereka akhirnya mengakhiri permainan dan keluar area. "Lapar?" tanya Andreas sembari melihat ponselnya.Tring! Tring! Tring! Sebuah notifikasi terus bermunculan dari ponsel milik Andreas yang ditinggalnya di tempat penitipan. Di dalam pesan yang terkirim, terlihat banyak sebuah kiriman artikel tentang dirinya yang mungkin tak pernah Andreas sangka akan terjadi sampai saat ini.'Konglomerat Andreas Hilton terciduk me