Share

Bab London

Asma masih terdiam. Terlihat masih mencerna, permen pil? Setelah beberapa detik pun Asma mengiyakan. Fariz melambaikan tanga, kemudian pedagangnya, berjalan ke arah Salma, Fariz dan Asma.

Melihat permen itu, mengingat kan masa kecil Salma dan Fariz. Orang tua mereka sering juga mengajak mereka ke acara pengajian dan dibelikan permen pil tersebut.

"Belum lama kamu ingatin masa selewengan aku, Cam. Sekarang, jadi teringat masa bocil makan permen ini, Cama juga mau?" tanya Fariz.

"Hahaha … Cama juga keinget, mau dong tapi dimakan entar aja di rumah," tawa Salma.

***

'Dalam udara, aku seperti tetap bisa memandangmu di awan itu. Pertama kali meninggalkanmu dalam jarak jauh, mana ada kata rindu tidak menghampiri? Seluruh jiwaku bergetar, batinku menjerit, ragaku meraung, ingin ada kehadiranmu duduk di sampingku. Bertahan dan menahan! Ya … itulah kalimat tajam yang harus terpaku untuk pejuang rindu.'

Sangat lesu rasanya. Fariz terus memandang awan luar dari jendela pesawat. Ia berangkat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status