"Banyak sedikit itu tidak berpengaruh yang berpengaruh adalah keputusan njenangan yang harus dilakukan dibulatkan ini bukan perkara yang harus dinanti dipilih dan ditimbang lagi. Bukan saatnya yang harus segera menikahi, pandanglah putra kita yang satu ini dia tidak mau tidur pulas, dia akan berhenti menangis setelah disentuhkan dengan bening itu maksudnya apa coba apa, njenengan mboten berpikir sampai situ ya kalau bicara masalah hati kamu tau sendiri bagaimana perasaanku saat kau dekat dengan wanita lain itu saja sudah cukup membuat hati ini sangat cemburu. Akan tetapi sekarang bukan saatnya lagi memikirkan tentang perasaan yang terpenting adalah kesehatan putra kita, njenengan mau melihat putra kita terus-terusan sakit. Nggak kan?" "Sayng, tapi Uda juga nggak meminta nggak meminta Abinya ini menikahi bening sayang dia pasti juga mau hanya kamu yang menjadi ibunya." Membicarakan masalah hati bukan lagi perkara yang harus diulik terus-menerus dan menghabiskan waktu tidak akan ada h
Beberapa detik kemudian. "Oke siap ya. Siapa yang mau punya Adik?" Sontak ketiganya berbicara mereka semua berebut untuk mengatakan mau kepada Haidar dengan mencium perut ibunya karena Haidar sering meminta mereka berdoa untuk kehadiran adiknya. Sembari memberi penjelasan bahwa adanya itu hadir di perut ibunya sama seperti mereka dulu juga berada di situ. Tidak jarang juga Haidar memperlihatkan foto-foto ibunya ketika masih hamil. "Wah ternyata semua tetap mau ya," sahut Haidar. "Coba dong Ibu sama Abi pengen dengar doanya Kakak Uda, Abang Uha sama, dan Adik Uja," pinta Ciara. "Ya Allah, eyi adik. Aamiin." "I eyut Ibu." "Aya ola." "Emen main." "Ce---wek." "Ha? Hahaha. Kak Uda pengen yang cewek." Orang tuanya terkekeh sempurna. "Iya, ake ibab. Itu." "Masyaallah, anak Abi sholeh. Semua pengen cewek, nih? Sama, Abi juga pengen." "Ibu juga dong, Sayang." ***"Awwww, perih," kata Ciara. "Apanya?" "Dua bukit ini. MasyaAllah perih banget digigit Adik Uja karena ngambek minta d
"Sstt, gak mungkinlah. Kamu nggak berani liat?" tanya Haidar. "Mboten. Males serem kayak gitu. Takut ada lampor, huaaaa!" Ciara mendelik ke punggung suaminya. "Cemen banget Ibu Cia, hahaha." "Gak usah banyak ngerendahin, cepet cek!""Harus kamu temenin tapi," sahut Haidar. "Cieeee, Haidar Jenggala penakut! Yang cemen siapa, sih kalau seperti ini?" "Bukan begitu, kalau ada kamu kan tambah semangat." "Oke," Gegas ke ruang depan untuk membuka pintu. Lampor? Mana ada? Justru yang datang ialah lampion bentuk pororo sama jenang mirah. Sudah ketebak, dalam pikiran Haidar dan Ciara, itu pasti Rasa. Kesannya aneh, tetapi mereka tidak terlalu menghiraukan itu dari siapa, yang penting sekarang segera masak karena sudah mengundang Rasa. "Aneh, chat Rasa dulu, nggih?" kata Ciara. "Nggak usah, entar kamu kebablasan ngobrol," jawab Haidar. "Jiwa kepo meronta ini loh, kalau nggak dari Rasa dari siapa lagi?" "Entar juga ketemu kan, taruh ponselnya." Haidar mengambil pelan pasal Ciara dan
"Ohh, paham kok.""Paham kok cemberut kayak sop buntut.""Cemberut ingin memangsa---""Lincah banget keinginannya""Emang apa? Sok tahu, kan masih dijeda.""Udah ketebak kali. Minta yang manis-manis kan? Mangsa aja sekarang, hahaha."Ibarat tumbuhan, mereka sedang di fase subur-suburnya. Subur dalam segala aspeknya dan atas subur tersebut mereka manfaatkan dengan baik. Tidak akan menyia-nyiakan kesempatan dalam keindahan malam.***Ciara: Abinya Mbum, beliin sate ya, yang ada di samping kantor.Haidar: OkeCiara: Sekalian bremHaidar: Iya, mau apalagi?Ciara: Sarung yang motifnya pinkHaidar: Siap
"Wkwk, Abang udah gak sabar nih? Adik barunya mainannya nanti dong."Kabar kehamilan Ciara segera diberitakan juga kepada para mertua dan sahabat. Tidak menyangka, Ciara dan Rasa hamil bersamaan. Sebenarnya, kalau masalah Ciara ingin lahirnya tepat sama di bulan lahirnya kembar tiga, itu hanya prediksi yang semoga saja memang tidak terjadi perkara prematur dan lain sebagainya yang menyebabkan bayi lahir tidak sesuai prediksi.***"Alhamdulillaah, udah bulan rojab, Sayang," kata Haidar."Alhamdulillah. Nanti waktu pengajian di Hamasah Cinta keliatannya rame deh," jawab Ciara."Orang temanya anak muda sekali, hmmm idenya bumil ini emang bikin meledak!" Haidar menatap Ciara yang sekarang posisinya ia tiduran di pangkuan Ciara."Kalau untuk kebaikan suami, pasti dong yang terjernih diberikan."
"Kaka itu, ayah.""Apa Nak?" tanya Haidar."Itu ayah!""Kakak payah?""Aaaaaa, ayah. Ayah!" Uja emosi terlihat sangat khawatir."Oohh, darah ya Sayang. Adik takut Kakak berdarah, hmmm?" Ciara memeluk putra kecilnya."Masyaallah, memang Ibu Cia yang paling ngerti tentang bahasa bayi satu ini!" Haidar menggelitik putranya supaya tertawa."Ahahahahahhaaa, ntop Abi! Abi!"Sembari berjalan ke kamar, Haidar mencoba menenangkan Uja. Apa coba usaha menenangkan Haidar yang tidak menang? Adik Uja berhasil juga untuk tertawa meskipun matanya juga tidak bisa bohong, takut Uda berdarah."Kak Uda ... Innalillaah. Kakinya kena apa itu tadi?" Haidar mengambil kotak P3K untuk mengobati luka Uda yang memang bagi anak kecil itu lumayan sakit tentunya.
"Takut aja, Toya dan Spion kumat lagi," jawab Ciara."Memangnya kamu melihat ada gerak-gerik itu?""Iyaa! Tadi waktu Isbay gendong Barbie, anak mereka ... iiihhh Spion tiba-tiba mau peluk Isbay dari belakang, udah tinggal se cm, untung Barbie nangis, jadi nggak kena. Risih tauuk!""Kamu tidur dulu, Sayang! Tenangin pikirannya, nanti kita bahas lagi, soalnya matanya udah keliatan lelah banget tuh. Yang pasti, Ocyang gak akan membiarkanmu dalam bahaya."Perlahan Ciara memejamkan mata. Bahkan, sampai bertarung di dunia mimpi. Pikirannya terlalu penat yang mengusik kenyamanannya menjadi ketakutan. Sampai-sampai ia memumpikan hiruk pikuk hidupnya ini seakan-akan sebuah novel yang mana mereka adalah tokoh fiksi saja.1. Ciara Basma: TU wanita2. Haidar Jenggala: TU pria
Kak Ciara: Cieee, pasti lagi nerveosTiara: Kak Ci, tolong!Kak Ciara: Tolong apaan? Kamu dalam bahaya?Tiara: Gak suka pura-pura gak tahu! Kalau gak tahu kok bisa bilang nerveosKak Ciara: Yang Kakak tahu kan masalah di grup. Emang bukan itu? Tapi itu gak bahayaTiara: Huaaaa! Itu bahaya, tapi ada yang lebih bahaya! Liat ss ini Kak! (Chatnya dengan Gus Fahim)Ciara: Hahaha, kamu nggak akan digigit Dik. Cepet keluar! Entar Kakak nyusul.Tiara berat sekali untuk melangkah keluar. Akan tetapi, Gus Fahim langsung menelfonnya. Gus Fahim orangnya dingin-dingin tajam, mirip juga dengan Haidar ke wanita sebelumnya. Kalau Haidar bersikap dingin itu karena terlalu memendam masalah, dan sekarang sudah lebih leluasa karena curhatnya bisa lebih terbuka dengan si istri.