Share

Bab 10. Air Mataku

Ciara: "Hahaha, ngurusnya Sayangkuh! Buatnya mah gak ribet asal Om udah mau."

Haidar: "Tau gak, Nduk? Wanitaku ini laksana air mata, kamu lambang dari segala teduh maupun rapuhku. Mau tidak mau, kamu tetap ikut merasakan apa yang menerpaku."

Ciara: "Hahaha, mboten napa-napa, melow banget!"

Haidar: "Ada hakmu yang belum aku penuhi."

Ciara: "Mm, tapi sudah banyak hak lain yang Om berikan. Yang penting kita paham akan hak dan kewajiban, paham itu bisa menempatkan sesuai tempatnya juga. Maaf kalau merengek, tapi sejujurnya Cia mau anak kita lahir juga dengan benih cintamu, Sayang! Bukan sekedar nafsu. Om bahagia kan nikah sama Cia?"

Haidar: "Bahagia, maaf ya … belum bisa utuh membahagiakanmu."

Ciara: "Om Sayang dinginnya udah mulai anget nih, hehe … kangen!"

Haidar: "Apa sih? Kalau beneran kangen, ya kamu makan dong, jangan ditunda lagi!"

Ciara: "Asal VC-nya jangan dimatiin dulu."

Haidar: "Iya."

Ciara: "Om Sayang, Cia tuh ...."

Haidar: "Ditelan dulu, nanti bicara lagi."

***

"A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status