Share

5. Presdir Kejam

Masih tertegun dengan keadaan tiba-tiba itu, Cesa melihat Diandra masuk dengan mata merahnya.



"Cesa! Kau?!" kagetnya.



"Tante Di, Cesa—"



Ucapan Cesa terputus karena bingung harus berkata apa.



Terlebih, Diandra tiba-tiba histeris dan meneteskan air mata. "Teganya kamu, Sa! Aku berfikir kamu gadis baik-baik, kenapa kamu justru merebut suamiku?"



Zevin yang sudah tertidur, bahkan terbangun.



Pria itu langsung berdiri dan menghampiri Diandra yang ada di depan Cesa.



"Maafkan aku! Aku tak bisa menolak perintah Mama!"



Namun, Diandra menangis semakin kencang sambil memukuli dada suaminya, "Teganya kamu menyakiti aku, Mas!"



"Cesa hanya akan di sini sampai dia melahirkan anak untukmu, Di!" kata Zevin datar pada Diandra walau hanya berdiri tanpa merengkuh istrinya.



"Tetap saja aku sakit, apa tidak bisa adopsi saja, Mas? Aku tidak rela melihatmu dengan perempuan lain!" manja Diandra.



"Tidak!" lembut Zevin menenangkan Diandra.



Perlakuan Zevin pada Diandra sungguh berbeda dibandingkan pada Cesa!



Gadis itu sampai merasa melihat dua orang yang berbeda.



Bagaimana beruang kutub yang kaku, kejam dan menyeramkan berubah menjadi beruang taman ria?



Cesa hanya bisa melihat drama di depannya dengan terbengong.



Hanya saja, entah mengapa, kesadaran dirinya sebagai istri kedua yang menyusup di antara kedua orang itu—menyesakkan dada.



Terlebih saat Zevin mengatakan tugasnya hanya memberi anak pada tante Diandra.



Meski tak salah, ada sedikit rasa hati tidak terima.



"Jangan sedih, jangan diambil hati, jangan menggunakan hati, dan kamu harus kuat, Cesa!" batin Cesa menyemangati dirinya sendiri.



Sejujurnya, dia ingin sekali keluar dari kamar ini.



Namun, ke mana?



Ruang tamu?



Atau ke kamar tante Vivian?



Cesa menggelengkan kepala cepat.



Bisa-bisa, akan ada keributan di mansion itu.



Cesa menjaga agar masalah rumah tangga mereka bertiga tidak keluar didengar orang lain.



Mencari aman, Cesa lantas memilih memasuki kamar mandi yang baru beberapa jam lalu dia gunakan untuk mandi.



Diambilnya bantal dan tidur bath-up meski dingin dan tidak empuk sama sekali.



Entah apa yang suami dan istri pertamanya itu lakukan setelahnya, Cesa sayup-sayup mendengar suara erangan dari kamar itu.



Hanya saja, Cesa merasa suara desahan Zevin … begitu familiar?



Seperti suara pria yang merenggut mahkotanya?



"Tidak mungkin, Dasar bodoh!" rutuk Cesa pada dirinya.



Bukankah katanya Diandralah yang menghabiskan malam dengan pria itu kemarin? Pikir Cesa



Ceklek!



Cesa membulat sempurna saat pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka.



Dia melihat Diandra masuk ke dalam kamar mandi tanpa sehelai benangpun.



Tak ada bekas merah di tubuhnya, tetapi Diandra berjalan dan berlenggok terlihat elegan, hingga akhirnya duduk di samping bath up.



Diandra tiba-tiba menyeringai menatap Cesa yang masih terkejut.



"Pelacur kecil, kau tidak akan pernah mendapatkan suamiku! Dia sangat mencintai aku!" sombongnya.



"Maksud tante?" tanya Cesa, tak mengerti.



Bugh!



Dengan tiba-tiba Diandra menjambak rambut panjang Cesa yang tergerai.



"Arrkhh, Tan!"



"Apapun rencanamu, kamu tidak akan pernah mendapatkan suamiku! Camkan itu!" ucap Diandra dengan penuh penekanan tepat di depan wajah Cesa.



"Aku tidak punya rencana apapun, Tan," jawab Cesa dengan mata tajamnya, "Lepaskan tangan, Tante!"



Cesa tak ingin siapapun merendahkannya, termasuk Diandra.



Diandra yang melihat keberanian Cesa semakin menyeringai dan melepaskan tangannya sekaligus memberikan satu tamparan keras.



Plak!



"Ups, sorry!" kata Diandra.



Cesa meredam amarahnya sambil memegang pipinya yang terasa panas.



Dicobanya mengerti perasaan Diandra yang sangat sakit.



"Kali ini aku memafkan kelancangan, Tante! Perlu tante ingat, aku juga istri Om Zevin!" tegas Cesa sambil berdiri.



Tanpa memperdulikan apapun, Cesa berdiri dan keluar dari bathup.



Hanya saja, Diandra ternyata tersulut.



Lagi-lagi, istri pertama Zevin itu menarik kembali rambut Cesa.



"Kurang ajar! Kau tidak akan tenang tinggal disini, Jalang!" desis Diandra.



"Auuu, Sakit!" teriak Cesa.



Cesa merasakan sakit di pangkal rambutnya, seakan semua rambutnya akan lepas dari kepalanya.



Mendapat perlakuan yang menyakitkan, Cesa berusaha menarik rambut Diandra juga.



Dan terjadilah tarik menarik rambut di atas bath up.



"Pelacur gatal!" geram Diandra.



"Aku bukan pelacur!"



Cukup lama keduanya bertengkar, hingga pintu kamar mandi terbuka.



Zevin berdiri di depan sana dengan tatapan tajam "Apa yang kalian lakukan?"



Dengan cepat, Diandra berdiri dan berlari memeluk suaminya, "Kepalaku sakit, Sayang! Dia menjambakku karena cemburu melihat pertempuran panas kita di malam pertama kalian!" rengeknya.



Mendengar itu, Cesa hampir tertawa.



Tak dia sangka, istri pertama suaminya itu Ratu Drama!



Hanya saja, Zevin malah merengkuh Diandra dan membawa keluar dari kamar mandi tanpa menjawab sepatah katapun.



Keduanya meninggalkan Cesa seorang diri.



Kali ini gadis itu tertawa–miris.



Dia takjub akan takdir hidupnya luar biasa!



Meski dia tak mencintai Zevin, siapa sangka jadi istri kedua sesakit ini?



Tanpa sadar, air mata Cesa menetes di pipi. "Kenapa harus aku yang mengalami penderitaan seperti ini, Tuhan?" lirihnya, pedih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status