"Daddy tidak bohong, Mom! Mommy sangat cantik!" lanjut Zevin. "Cantik tapi tak pernah disentuh, untuk apa!" kesalnyaJleb!Dada Zevin tampak mencelos mendengar jawaban Cesa, namun Zevin tak ingin membahas hal privasi di tempat umum seperti ini. Tak ingin memupuk kesalah pahaman dengan istri tercintanya lagi, Zevin hanya meletakkan tangannya di pinggang sang istri. Menunjukkan pada dunia jika Cesa miliknya seorang. Seorang! Hingga lelang jatuh di tangan pengusaha kaya dari negri jiran dengan angka tertinggi sebesar 987.000.000.Cesa sangat senang dengan hasil lelang hari ini, dan lelang ditutup dengan dinner mewah. Semua penonton dan tamu undangan tampak puas dengan jamuan yang Cesa berikan. Dan hampir semua perempuan keluar dengan menenteng dress incarannya, karena diskon besar-besaran saat di pelelangan. Hingga semua koleksi yang dibawa Davisain ludes, habis tak tersisa. "Yuk pulang, Mom!" ajak Zevin. "Ayuk, mana anak-ana, Dad?" tanya Cesa karena tak melihat kedua anaknya.
Pada akhirnya Zevin benar-benar paham posisi Desa dan mengangguk menyetujui kemauan Cesa, "Semua sesuai maumu, Mommy!" Cesa mengangguk terharu dengan keputusan itu. Dengan cepat Zevin mengungkung tubuh Cesa di atas ranjang yang mereka duduki. "Arkhh, Daddy!" pekik Cesa terkejut dengan gerakan dadakan suaminya. Zevin tampak tersenyum dan memajukan wajahnya mendekati Cesa, tanpa banyak kata dan langsung memberikan ciuman penuh sayangnya.Zevin benar-benar menikmati ciuman penuh sayang itu, tanpa ada gairah dan nafsu. Ada! Namun Zevin tahan karena lebih mementingkan kebahagiaan Cesa malam ini. Zevin benar-benar ingin mengganti Kesakitan-kesakitan Cesa selama ini. Hingga ciuman itu lepas karena Zevin ingin memberikan jeda untuk istrinya bernafas, "Nafas, Sayang!" lirihnya. Cesa menjadi tersipu karena ucapan suaminya itu! "Dad!" peliknya sambil menutupi pipinya yang mulai merona, namun dengan cepat Zevin menarik tangan itu dan menyambar bibir Cesa lagi. Melumat dengan sedikit me
Malam itu berakhir dengan Cesa yang akhirnya mendiamkan Zevin! Cesa merasa Zevin tidak benar-benar mengerti dirinya, padahal sudah jelas jika dirinya memang belum berniat untuk hamil lagi, kenapa tidak bisa menahan diri. Cesa takut jika kejadian malam ini akan berakhir memiliki adik untuk Dares dan Vista. Sedangkan Zevin hanya bisa menatap punggung Cesa yang kini membelakanginya. Malam hangat penuh cinta itu, nyatanya selesai dengan tragedi dirinya sendiri yang tidak bisa menahan diri. 'Maaf, Sayang' batin Zevin sengaja tidak merayu istrinya, agar istrinya lebih tenang terlebih dahulu. Walau susah memejamkan mata, Zevin memaksakan diri karena melihat nafas Cesa sudah mulai teratur. Hingga keesokan harinya, Cesa bangun saat matahari sudah mulai meninggi. Deg! Cesa terkejut saat bangun dan mendapati matahari sudah meninggi dan Zevin sudah tidak ada di sebelahnya. 'Apa Daddy sudah pergi? Teganya tidak membangunkan aku!' batin Cesa menutup matanya kembali. Kesal! Dia merasa se
"Ummh ... Sttttth, Dad!" desah Cesa saat dirinya mulai memimpin permainan. Zevin yang duduk di sofa dengan gagah hanya bisa membiarkan istrinya bergerak sambil terus mendesah, "Arghh, Mom!"Membuat Cesa semakin bergerak liar dengan cucuran keringat yang sudah mulai turun membuat tubuh mulus itu semakin terlihat menawan di mata Zevin. Dengan gerakan yang erotis dan kembar bergerak kesana kemari mengikuti gerakan Cesa. Bulat, besar dan menggantung indah! Sempurna! Sampai Zevin tak bisa membiarkan tangannya menganggur, tangan itu terparkir di kedua kembar itu agar aman. Sesekali meremas memberikan sengatan-sengatan tak kasat mata menuju ke inti tubuh mereka. "Ahhh, Dad!" peliknya dengan nafas yang tak karuan. Membuat Zevin mulai mengerti dan mengarahkan kedua tangannya di pinggang kecil sang istri. Membantu sang istri bergerak lebih cepat karena hampir sampai di puncak gairah. "Arhhh, Mom! Oh ... Sempit! Nikmat !" racau Zevin sambil terus menggerakkan pinggang Cesa naik turun.
Bruk! "Aaaau, M—maaf!" ucap Cesa sambil memutus tatapannya pada sang suami dan menatap orang di depannya, "Diandra!"Deg! Tidak pernah Cesa bayangkan akan bertemu Diandra di hari indahnya. "Waw, bertemu dengan mantan suami dan mantan madu ku dulu!" pekik Diandra sambil membetulkan candigan rajutnya yang super nerawang dan menampilkan bikini dengan warna yang kontras. Merah menyala! Membuat si kembar yang saling menghimpit itu terlihat jelas di mata Cesa, sontak Cesa melirik suaminya yang juga menatap Diandra. Membuat Cesa geram! Ada rasa tidak suka saat suaminya melihat sang mantan yang sedang berpakaian tidak senonoh itu. Namun Cesa sekuat tenaga menyunggingkan senyum manisnya, "Bagaimana kabar tante Diandra?" tanya Cesa... Jelas melihat ketenangan di dalam diri Cesa membuat Diandra bergejolak, marah dalam hatinya, "Baik, tetap cantik walau di usia yang masuk kepala empat!" sombongnya. Cesa akui untuk ukuran kembar dirinya memang kalah jauh dari Diandra, namun untuk wajah j
"SANA! Pergi sana!" teriak Cesa marah. Candaan Zevin tidak bisa Cesa terima dalam keadaan seperti ini, mata Cesa merah tak kuat menahan bulir air mata yang akan turun. "Sayang, aku bercanda!" panik Zevin saat melihat mata Cesa sudah mulai menegang, "Sumpah!" lanjutnya. Dengan kasar Cesa mengusap satu cairan yang baru saja turun, "Tidak bercanda juga tidak apa! Pergi dan rajut kembali mimpi kalian berdua!" ketus Cesa mengambil ponselnya dan berjalan menuju balkon. "Kenapa bicara begitu, Sayang! Aku hanya bercanda!" kejar Zevin. "Itu bukan hal yang bisa menjadi bahan bercandaan, Dad! Kembalilah dan tenggelam di dada mantan istrimu itu!" sindirnya lagi. Sedih! Walau hanya bercanda, Cesa merasa sangat sedih mendengar jawaban ucapan suaminya itu. Pasalnya, Cesa menang benar-benar kesal dengan Diandra yang terus memprovokasi dirinya.. "Tidak! Aku hanya ingin tenggelam di dadamu!" pekik Zevin menarik tangan cesa hingga berhadapan, tatapan mata intens itu penuh kejuj
"T—tidak! Jangan sentuh aku!" Cesa mencoba mendorong pria di atasnya—dengan sisa tenaganya yang tak seberapa. Namun entah mengapa, tubuhnya sulit digerakkan setelah meminum mocktail yang dicekokan oleh adik sepupunya saat reuni SMA mereka tadi. Di mana juga adiknya itu? Bukankah katanya dia hanya akan meninggalkan Cesa sebentar di ruangan ini? Sayangnya, rintihan Cesa tadi tak dihiraukan. Bibirnya justru dibungkam dengan cepat oleh bibir pria yang wajahnya tak bisa dilihatnya itu. Aroma mint dan musk seketika memenuhi indra penciuman Cesa. Di dalam ruang yang cahayanya terbatas itu, tubuh Cesa sudah dikungkung oleh pria tak dikenalnya itu. Gerakannya pun begitu menuntut untuk melakukan hal yang lebih jauh di atas tubuh Cesa. “Arrgggh!” Gadis 21 tahun itu seketika merasakan panas, perih dan sesak memenuhi bagian intinya. Air mata Cesa meleleh. Digigitnya pergelangan pria itu mencari pelampiasan rasa mengerikan itu. Harta yang dijaganya selama ini untuk sang suami,
Cesa seketika mematung kala melihat raut wajah sepupu Cesa yang begitu menyeramkan.Wanita itu bahkan hendak menampar wajah Cesa jika saja Dokter paruh baya yang menangani Danu tidak keluar! "Mohon maaf, keluarga pasien. Saya ingin memberitahukan bahwa Bapak Danu baru saja melewati masa kritisnya," ucap pria itu memecah keheningan.“Dokter! Apakah Papa saya bisa dijenguk, Dok?” tanya Eve cepat.Dokter itu mengangguk. “Hanya saja, saya harap keluarga Bapak Danu bisa tenang dan tidak membuatnya banyak pikiran.”Setelah dokter itu menyelesaikan penjelasannya, dokter itu pamit dan ketiga wanita itu bergegas masuk.Mereka menemukan Danu sudah membuka mata meski masih terlihat sedikit lemah."Pa!" ucap mereka bersamaan."Papah gak apa-apa! Duduklah!" jawab pria itu mencoba menenangkan."Ini semua karena kamu, Sa! Suami saya sangat mempertahankan kamu!" ketus Mama Berli tiba-tiba.Melihat itu, Danu menghela napas. “Sudahlah, Ma.”“Tapi, Mama benar! Padahal, perusahaan kolaps, tapi kenapa Ka