Share

2. Pernikahan menyedihkan

Cesa seketika mematung kala melihat raut wajah sepupu Cesa yang begitu menyeramkan.

Wanita itu bahkan hendak menampar wajah Cesa jika saja Dokter paruh baya yang menangani Danu tidak keluar!

"Mohon maaf, keluarga pasien. Saya ingin memberitahukan bahwa Bapak Danu baru saja melewati masa kritisnya," ucap pria itu memecah keheningan.

“Dokter! Apakah Papa saya bisa dijenguk, Dok?” tanya Eve cepat.

Dokter itu mengangguk. “Hanya saja, saya harap keluarga Bapak Danu bisa tenang dan tidak membuatnya banyak pikiran.”

Setelah dokter itu menyelesaikan penjelasannya, dokter itu pamit dan ketiga wanita itu bergegas masuk.

Mereka menemukan Danu sudah membuka mata meski masih terlihat sedikit lemah.

"Pa!" ucap mereka bersamaan.

"Papah gak apa-apa! Duduklah!" jawab pria itu mencoba menenangkan.

"Ini semua karena kamu, Sa! Suami saya sangat mempertahankan kamu!" ketus Mama Berli tiba-tiba.

Melihat itu, Danu menghela napas. “Sudahlah, Ma.”

“Tapi, Mama benar! Padahal, perusahaan kolaps, tapi kenapa Kak Cesa masih egois?” timpal Eve.

Cesa sendiri hanya diam–menahan air mata.

"Maaf," ucap gadis itu pada akhirnya.

Suasana ruangan itu seketika hening.

Menahan lemas, dia memberikan kode pada istri dan putrinya untuk keluar–meninggalkannya dan Cesa di sana.

"Tender besar tahun lalu ternyata fiktif, Nak. Sehingga, perusahaan menanggung kerugian yang sangat besar ... Maaf Papa tak bisa menjaga amanah Ayahmu!" lirih Danu memecah keheningan.

Cesa menggeleng. "Papa sudah mengembangkan sampai seperti ini, Papa gak salah!" jawabnya.

Danu memaksakan senyum mendengar pembelaan keponakan yang sudah dianggapnya anak itu. "Mungkin kamu bisa menebaknya, Nyonya Atmaja datang menawarkan solusi dengan syarat menikahkan kamu dengan Zevin!

"Tapi, Papa tidak rela," lanjutnya, “kamu seharusnya mengejar mimpimu sebelum menikah.”

Cesa mengangguk.

Kekecewaannya pada Danu berakhir sudah. Ternyata pria itu itu tak ingin menjual dirinya.

Hanya saja, Cesa justru menjadi kecewa pada dirinya. Gadis itu bimbang dengan keputusan apa yang akan dia ambil.

Jujur, dia tak ingin semakin membuat Papanya menderita dan banyak tekanan. Tapi, di sisi lain, Cesa juga tidak mau menjadi mesin pencetak anak.

Di sisi lain, ucapan Eve menghantuinya.

Apakah akan ada laki-laki baik yang akan menerima dirinya yang tak bisa menjaga keperawanannya?

"Cesa, papa minta izinmu agar kita relakan saja perusahaan Ayahmu. Meski kita tidak hidup senyaman sebelumnya, Papa akan mencari kerja pada teman-teman Papa nanti!" ucap Danu–menyadarkan Cesa dari lamunan.

“Meski miskin, kita berempat akan bahagia. Kamu juga bisa–”

"Tidak!" pekik ibu angkat Cesa yang tiba-tiba masuk, "Mama dan Eve gak mau miskin, Kamu harusnya tau balas budi sama Papamu yang merawatmu, Cesa!"

Wanita paruh baya itu seketika menatap tajam Cesa. "Apa sih susahnya hamil? Toh, kamu sudah tak suci, kan?"

"Berlina, aku bilang stop! Ini urusanku dan anakku!"

Suara Papa Danu tak kalah tinggi pada istrinya.

Cesa tampak menutup matanya di antara perdebatan itu. Hatinya tersayat. Tapi, dia tak mau melihat Danu memusingkan semuanya seorang diri.

Sepertinya, keputusan yang sangat berat perlu Cesa ambil.

Ditariknya napas panjang sebelum berkata, "Baiklah ... Aku mau menikah dengan Om Zevin!"

Ketiga orang di dekatnya bahkan tampak terkejut.

"Nak! Papa tak akan menumbalkanmu! Kamu–”

Cesa tersenyum. "Aku tahu, Pa. Tapi, Cesa juga ingin mengabdikan diri Cesa. Jadi, jangan khawatir, ya" lirihnya.

Papa Danu menggeleng penuh kesedihan.

Namun, Cesa tak mau menatapnya.

Dia langsung berkata cepat pada sang ibu angkat, "Hubungi tante Vivi, sebelum Cesa berubah pikiran, Ma!"

Mama Berli sendiri hanya tersenyum senang dan berbalik untuk menghubungi Nyonya Atmaja.

Perusahaan sudah ada di ujung tanduk. Dan Cesa berhasil ditumbalkan–sesuai rencananya dan Eve.

Di sisi lain, Vivian sangat bahagia.

Nyonya besar Atmaja itu bahkan ingin menikahkan Zevin dengan Cesa sore itu juga.

Dibawanya penghulu ke rumah sakit dan dua wali pernikahan agar anaknya dan Cesa segera menikah.

Dengan baju seadanya, Cesa duduk di samping sang Papa sambil menunduk.

Dia tak berani hanya untuk sekedar menatap Zevin.

"Zevin, saya nikahkan dan kawinkan engkau, dengan keponakan saya, Zevalethea Cesa Valentino binti valentino irwanda dengan mas kawin logam mulia seberat 300 gram dan satu set perhiasan dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya, Zevalethea Cesa Valentino dengan mas kawin tersebut, Tunai!" ucap pria itu lancar.

Hanya saja, Cesa dapat melihat Zevin menatapnya dingin.

"Bagaimana saksi?" tanya Pak penghulu.

"Sah!"

Kata sah seketika menggema di rumah sakit itu.

Menyadarkan Cesa atas pernikahan menyedihkannya yang sudah berlangsung.

Namun, Vivian tiba-tiba mendekati Cesa dan memeluknya, "Terima kasih, Sa! Sudah mau menjadi menantu, Mama!"

Cesa mengangguk.

Hanya saja, ada satu hal yang membuat dirinya begitu penasaran. "Kalau boleh tahu, kenapa tante Vivi ingin Cesa jadi menantu tante?"

Vivian mengurai pelukan itu dan menatap Cesa dengan senyuman. “Nanti, kamu akan tahu.”

Tak menunggu lama, Cesa pun diboyong keluarga Atmaja.

Tak ada sedikitpun percakapan di dalam mobil.

Zevin bahkan hanya menatap jendela terus-menerus.

Pria itu bagaikan patung setelah akad pernikahan.

Setahu Cesa, Zevin memang sangat mencintai tante Diandra. Tapi, kenapa pria itu menerima pernikahan ini?

"Sa, Mama sangat sayang denganmu!"

Ucapan Nyonya Atmaja memecah keheningan dan membuyarkan lamunan gadis itu.

"Cesa juga sangat menyayangi tante Vivi sebagai pengganti Ibu …” balas Cesa, “tapi, tante belum menjawab pertanyaanku sebelumnya. Kenapa Cesa harus jadi menantu Tante?"

"Bagaimana dengan tante Diandra?" lanjutnya, lagi--menyinggung istri Zevin  yang kini menjadi kakak madunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status