Share

3. Penghinaan Suami Kejam

Mendengar petanyaan Cesa, Vivian malah kembali tersenyum. "Kau selalu mengingatkanku pada Ibumu!”



“Panggil aku Mama, Sa! Kau menantuku sekarang!"



Nada suara Vivian sudah kembali otoriter dan menuntut, membuat Cesa hanya bisa mengangguk.



Vivian memang sahabat mendiang ibunya, dan selama ini Cesa berhubungan baik dengan wanita itu.



Setelahnya tak ada percakapan lagi. Tak terasa, mereka pun tiba di Mansion Atmaja.



Mereka semua turun dan masuk kedalam disambut oleh para maid, "Ini istri baru Tuan Zevin, kalian mengerti?" kata Vivian pada para maid.



Semua menunduk. "Mengerti Nyonya Besar. Selamat datang Nyonya kecil!" ucap para maid serempak.



Vivian mengangguk puas. Hanya saja, dia tiba-tiba mengerutkan kening dan bertanya pada kepala maid, "Oh, iya. Di mana Nyonya Muda Diandra?"



Belum sempat salah satu dari mereka menjawab, Zevin tiba-tiba berkata, "Istriku sedang ke Paris."



Nadanya begitu dingin sebelum berlalu melewati Vivian dan Cesa begitu saja, lalu menuju kamar.



Cesa sedikit tersentak. Dia menyadari penekanan Zevin pada kata istri.



Namun berbeda dengan gadis itu, Vivian tampak biasa saja akan sikap sang putra.



Dia justru tersenyum miring menatap para maid. "Siapkan kamar sebelah Tuan Zevin untuk Nyonya Kecil!" titahnya yang segera dilaksanakan para pekerja mereka.



Meski bingung, Cesa hanya bisa mengikuti langkah Vivian menuju kamar di lantai dua.



Hanya saja, begitu masuk ke kamar yang dimaksud mertuanya itu, mata Cesa terbelalak.



Tak disangka, dia akan melihat Zevin telanjang dada.



Jantungnya berdetak dengan kencang, ditambah semua tanda merah di tubuh Zevin.



Dan juga … bekas gigitan di pergelangan tangan pria itu.



"Kenapa Mama gak ketuk pintu dulu!" ucap Zevin dingin sambil memakai kaos.



"Ganas sekali istrimu itu!"



"Yah, dia istri terbaik!"



Lagi- dan lagi, Zevin menekankan kata istri, seolah menyindir Cesa.



Gadis itu menyadarinya. Namun, Vivian masih tampak santai dan justru tertawa.



"Hahhaha! Ya—ya, terserah kamu! Oh, iya. kamar Cesa di sebelah masih disiapkan!" ucap Nyonya Besar Atamaja itu, “hari ini, Cesa tidur di kamar ini, ya.”



Deg!



"Ma, jangan keterlaluan! Ini kamarku dan Diandra!" Zevin menjadi pertama yang memprotes.



"Sementara saja, sampai ruangan sebelah selesai! Toh, Diandra juga sedang bersenang-senang di sana!"



Cesa sendiri hanya bisa membeku di antara perdebatan ibu dan anak itu.



Terlebih, ekspresi seram Zevin yang tak pernah dilihatnya.



Memang, meskipun dekat dengan Vivian, Cesa hanya saling bersisihan saja–tanpa pernah bertegur sapa dengan pria itu.



Seketika dia takut. Bagaimana nasib pernikahannya dengan pria itu?



Dorongan pelan di bahu Cesa menyadarkan dari lamunan.



Disadarinya Vivian sudah keluar kamar dan menutup pintu–meninggalkan dirinya dan Zevin.



Cesa terdiam–tanpa bisa melakukan apapun, bahkan sampai Zevin selesai mandi!



Hanya saja, dia tak sadar bahwa tindakannya itu justru mengganggu Zevin.



Pria itu kin bahkan menatapnya tajam. "Apakah kamu patung?"



"Hah! I—itu ... Enggak, Om!" jawab Cesa kikuk.



Anehnya, Zevin justru menyeringai kala mendengar jawaban Cesa, "Kenapa dengan suaramu? Kau takut?"



Cesa membalas tatapan Zevin dengan tatapan tak mengerti.



"Duduk saja dan jangan mengganggu pemandangan. Toh, aku juga tak akan menyentuh perempuan murahan sepertimu!" sinis Zevin sambil berlalu menuju Walk in closed.



Deg!



Cesa merasa tak terima dengan ucapan tajam Zevin.



Memang siapa Zevin bisa menghinanya?



Entah bagaimana, keberanian gadis itu muncul.



Dia pun berjalan menuju ranjang dan duduk dengan berani.



"Meskipun aku murahan, toh Om juga sudah menikahiku. Lagipula, kenapa juga Om om yang sudah tua mau menikahiku!" ketusnya.



Ketakutannya tadi benar-benar menghilang!



Hanya saja, Cesa tidak menyangka jika Zevin yang sedari tadi menghindarinya seperti kuman–justru akan mendekatinya seperti ini.



Srak!



Pria itu bahkan merobek baju semi kebaya warna putih yang dipakai Cesa.



Zevin bisa melihat dada bulat dan sintal Cesa karena menyembul dari balik kain penutupnya.



Panik, gadis itu berusaha menutup asetnya. Namun, Zevin telah lebih dulu menangkap kedua tangan Cesa dengan tatapan menyeramkan.



Matanya menyusuri dada Cesa yang diakuinya pasti menggoda mata setiap pria normal.



Hanya saja, dia terkejut melihat banyaknya kissmark di dada Cesa.



Dan Zevin tentu tahu, kissmark itu baru dibuat semalam karena warnanya yang masih coklat kemerahan.



Tatapan Zevin menajam, seolah hendak membunuh Cesa.



Ditariknya satu sudut bibirnya. "Rupanya benar kau murahan," ucapnya di telinga Cesa membuat gadis itu gemetar. "Bahkan semalam masih melayani tamumu?"



Deg!

Jantung Cesa mencelos kala mendengar penghinaan yang keluar dari mulut pria yang kini berstatus suaminya itu.

Tapi, Cesa tak bisa berkata apapun untuk membela diri.

Dirinya memang sudah kotor.

Apapun alasan dibalik hilangnya keperawanannya, tidak akan dibenarkan.

"Terus, apa peduli, Om? Bukankah aku dinikahi hanya untuk menjadi mesin pembuat anak?" ucapnya mencoba tegar.

"Harusnya Anda hanya perlu melempariku surat perjanjian dan tak perlu menghinaku!" lanjut Cesa.

Diyakini dirinya jika dia tak boleh lemah.

Hanya saja, ucapan Cesa membuat Zevin malah tertawa!

“Menarik,” ucapnya, "sayangnya, aku tidak sudi anakku lahir dari perempuan murahan."

“Jadi, aku tak akan menyentuhmu.”

Pedas, kejam, dan menyakitkan.

Cesa seketika menatap nanar Zevin, "Kalau begitu, ceraikan aku.”

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Roro Halus
Nah, author juga curiga sama Zevin kak. wkkw
goodnovel comment avatar
Desi Solo
ko aq mikirnya mlah jgan2 zevin ini laki2 yg ngambil kesucian cesa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status