Share

Istri Kecil Presdir Dingin
Istri Kecil Presdir Dingin
Penulis: Roro Halus

1. Malam panas dengan Pria Asing

"T—tidak! Jangan sentuh aku!"

Cesa mencoba mendorong pria di atasnya—dengan sisa tenaganya yang tak seberapa.

Namun entah mengapa, tubuhnya sulit digerakkan setelah meminum mocktail yang dicekokan oleh adik sepupunya saat reuni SMA mereka tadi.

Di mana juga adiknya itu?

Bukankah katanya dia hanya akan meninggalkan Cesa sebentar di ruangan ini?

Sayangnya, rintihan Cesa tadi tak dihiraukan.

Bibirnya justru dibungkam dengan cepat oleh bibir pria yang wajahnya tak bisa dilihatnya itu.

Aroma mint dan musk seketika memenuhi indra penciuman Cesa.

Di dalam ruang yang cahayanya terbatas itu, tubuh Cesa sudah dikungkung oleh pria tak dikenalnya itu.

Gerakannya pun begitu menuntut untuk melakukan hal yang lebih jauh di atas tubuh Cesa.

“Arrgggh!”

Gadis 21 tahun itu seketika merasakan panas, perih dan sesak memenuhi bagian intinya.

Air mata Cesa meleleh.

Digigitnya pergelangan pria itu mencari pelampiasan rasa mengerikan itu.

Harta yang dijaganya selama ini untuk sang suami, hilang begitu saja oleh lelaki yang bahkan rupanya tak Cesa ketahui.

"Kau masih perawan?" Suara berat yang anehnya terdengar familier itu terdengar di dekat telinga Cesa.

Gadis itu pun mengangguk dalam kegelapan meski tak tahu apakah pria itu dapat melihatnya.

Dia berharap dilepaskan.

Sayangnya, itu hanya harapan semata karena pria asing itu masih memacu tubuhnya meski gerakannya tak secepat sebelumnya.

Perih tadi mulai menghilang.

Hanya saja, itu tak berlangsung lama karena pada satu titik, pria asing itu memacu cepat kembali.

Desahan dan pekikan kembali memenuhi kamar itu.

Ketika gelombang kenikmatan dirasakan, pria itu pun ambruk dan langsung tertidur ke samping kanan.

Cesa sendiri hanya bisa tergugu.

Dia tak ingin mengetahui wajah pria brengsek itu dan akan terus terbayang kejadian mengerikan ini!

Jadi dalam kegelapan, gadis itu berusaha bangkit dan kabur dari kamar yang menyesakkan itu.

Sambil berdoa, Cesa berharap agar tidak pernah bertemu lagi dengan laki-laki berpundak lebar yang kini tidur itu.

Bahkan, dia mengabaikan sakit di pangkal pahanya yang terasa perih luar biasa untuk mencari taksi menuju rumah.

Hanya saja, begitu tiba di rumah, Cesa gelagapan karena disambut dengan guyuran air.

“A–ada apa ini?”

“Harusnya kami yang tanya, Cesa! Dari mana kamu? Pakaian apa yang kamu kenakan ini?!" marah ibu angkatnya.

Deg!

Cesa sontak terkejut. Seketika dia menyadari pakaiannya yang berantakan dan tatapan kecewa dari Danu–ayah angkatnya.

Adik mendiang ayahnya itu adalah satu-satunya yang menyayangi Cesa dengan tulus.

Sejak Cesa berusia 10 tahun, Danu bahkan merawatnya dan tidak pernah membedakan perlakuan pada Cesa dan Evelyn–anak kandungnya.

Pria itu bahkan mau mengurus perusahaan Ayah kandung Cesa, untuk nantinya akan diserahkan pada Cesa saat dia menikah nanti.

“I–tu–”

Cesa mencoba mencari alasan, tetapi ibu angkatnya sudah kembali berbicara, "Kau mencoreng muka keluarga, Jalang cilik!"

"Betulkan Pah, kata Eve? Kak Cesa emang tidur dengan laki-laki!" kata Evelyn yang tiba-tiba datang, “pergaulan anak yang papa banggakan ini, sangat bebas!”

Mendengar itu, wajah Danu semakin memerah. "DIAM!" bentaknya.

Dipegangnya dada kirinya yang mendadak kesakitan.

Namun, istrinya itu malah kembali berbicara, "Mas, turuti saja saranku! Cesa sudah terlanjur kotor! Lebih baik, nikahkan dia dengan Zevin supaya Nyonya Atmaja melunasi utang perusahaan kita.”

“Betul, Pa! Lagipula, siapa yang mau menikahi wanita yang sudah tidak perawan?" timpal adik sepupu Cesa tiba-tiba, “Justru, dengan status janda, Kak Cesa bisa menikah nanti, Pah!"

Mendengar itu, tubuh Cesa gemetar.

Apakah dia tak salah mendengar?

Perusahaan mendiang ayahnya berutang?

Tapi, itu bukan masalah utamanya.

Cesa baru saja kehilangan keperawanannya dengan laki-laki yang tak dikenal, dan kini akan dipaksa menikahi pria beristri oleh keluarga angkatnya ini?

"Pa … ini bohong, kan? Om Zevin sudah punya istri, Pah! Bagaimana dengan tante Diandra?" kata Cesa, tak percaya.

Ditatapnya ayah angkatnya itu menuntut penjelasan.

Bagaimanapun, Cesa juga masih kuliah meski sudah semester akhir.

Dia masih ingin mengejar mimpinya dan mengembangkan perusahaan mendiang ayahnya

Bugh!

Pikiran Cesa itu harus terhenti kala Danu mendadak jatuh ke lantai sembari memegang dadanya.

"Papa!”

Ibu angkat Cesa segera berteriak dan memanggil asisten rumah tangga yang ada di sana untuk ke rumah sakit.

Keadaan rumah seketika mencekam saat beberapa orang menggotong tubuh Danu ke mobil.

Hanya saja, sebelum benar-benar pergi, ibu angkat Cesa sempat berhenti di depannya.

Ditatapnya tajam gadis itu–memberi peringatan. “Semua salahmu! Jika sampai suamiku kenapa-kenapa, lihat saja apa yang akan kuperbuat,” ancamnya.

Lutut Cesa seketika lemas.

Rasa bersalah menyelimutinya. Pasalnya, Danu hampir tidak pernah sakit.

Tanpa memedulikan sakit di bagian pangkal pahanya, Cesa memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi–menyusul keluarga angkatnya itu yang menuju Rumah Sakit terdekat.

Gadis itu berdoa dalam ratusan kata permohonan untuk keselamatan paman yang sudah menjadi papanya selama ini….

Hanya saja, begitu di depan IGD, Eve dan ibunya malah menghadangnya dan menatap tajam.

"Ini semua karena kamu!" pekiknya, "Kalau saja kamu langsung setuju, Papa pasti tidak terkena serangan jantung!”

Deg!

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Roro Halus
memang si eve jelong kak, jahat bener.........
goodnovel comment avatar
Desi Solo
siapa y laki2 yg mengambil kesucian cesa,,ko aq curiga ini perbuatan eve
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status