"Katakan lagi nama orang itu! Katakan sekali lagi!" gertak Hugo dengan suara lantang membentak Danila seraya menggigit lekukan tubuhnya. "Awh! Hiks ... hiks! S-sakit ... sudah cukup," tutur Danila sedu meringis kesakitan.Hugo tidak menggubris perkataannya. Pria itu semakin brutal menyentuhnya. Hal yang membuat Danila bertambah membencinya. "Bagian termanis dari menjadi pasangan adalah berbagi hidupmu dengan orang lain. Tapi hidupku ternyata, tidak cukup baik untuk dibagikan," gumam Danila dalam hati sedu."Apa kau tahu? Semakin kau membelanya, semakin berkeinginan untuk melenyapkan orang itu dari dunia ini," bisik Hugo tiba-tiba ditelinga Danila.DEG!Kedua bola mata Danila membulat lebar. Degupan jantungnya berdebar kencang tak beraturan. Danila spontan mendongak menatap Hugo dengan tatapan tajam. Tangannya bergetar kuat, detik kemudian....Plak!Sebuah tamparan mendarat pada wajah Hugo. Ya, Danila dengan berani menamparnya tanpa ragu. Entah sudah kemasukan setan apa Danila bisa me
“Bagas, sadarlah. Dia sudah jadi Istri orang lain. Kenapa kau belum sadar pula? Aku ini tunanganmu! Kita akan menikah beberapa hari lagi. Tapi kamu malah membicarakan ini padaku?” Kania tiba-tiba mengumpatnya dengan raut wajah kesalnya. Seraya beranjak bangun dari sana dan bersiap untuk pergi keluar dari rumah itu. “Aku sebaiknya kembali saja. Kau ... istirahatlah sampai lukamu sembuh,” lanjutnya berkata. Tidak ada penahanan dari Bagas terhadap Kania. Lelaki itu hanya terdiam mematung sambil mencerna ucapan Kania barusan. Bahkan sampai Kania menghilang dari balik pintu itu, Bagas tak kunjung mengejarnya. “Kau benar, aku harusnya sadar. Tapi sayangnya, rasa cintaku untuk Danila tetap tidak berubah, Kania.” Bagas bergumam seraya tertunduk sedu. "Dia mengajariku cara mencintai, tapi bukan cara untuk berhenti," lanjutnya lagi berkata sambil menekan keningnya.Hal yang dilakukan Bagas, begitu nekat untuk merebut kembali seseorang yang dia cintai. Tanpa sadar, kapasitas dirinya tidak bisa
“Tapi aku tidak menganggapmu temanku,” cerca Hugo dengan raut datarnya. Dokter Alex sontak menyipitkan kedua matanya, dengan lubang hidungnya yang tampak kembang kempis sekarang.“Baiklah, baiklah. Walaupun kau tidak menganggapku, tapi aku akan mencoba berbaur dan akrab dengan Kakak ipar ini. Siapa namamu, Nona cantik? Hei, dia masih kecil sekali, Hugo. Apa kau menikahi seorang gadis SMA?” celoteh dokter Alex kini beralih pada Danila. Kedua matanya berbinar menatapnya. Namun....“Berhenti berceloteh tidak penting atau kau akan kukirimkan ke bagian Kutub Utara?!” gertak Hugo tidak suka. “Kau pun juga tidak boleh asal memanggil Danila. Ingatlah dengan batasan-batasanmu,” lanjutnya lagi berkata.Glek!Dokter Alex seketika meneguk salivanya ketika mendengar kata-kata tajamnya Hugo. Pria dewasa itu memagutkan kepalanya dengan ekspresi wajah piasnya. Tapi Danila, sedari tadi hanya diam dan memperhatikan orang-orang didepannya ini. Memandang aneh pada hubungan Hugo dan dokter Alex.Pria
“B-bagaimana mungkin kau menyuruhku untuk membunuh bayi yang darah dagingmu sendiri?! Kau keterlaluan!” sungut Danila sedikit emosional. Hugo tampak menyeringai tipis menatapnya, seraya berjalan mendekat pada Danila. SET Hugo menyentuh dagu Danila, mencengkeramnya dengan kuat. “Kau berpikir aku akan mengakui bayi itu? Ck! Kau tidak lain dari wanita murahan, Danila. Mana mungkin aku mengakui anak haram dari hubungan gelapmu dengan orang itu?! Benar-benar hebat, akting yang hebat!” cerca Hugo sambil menghempaskan wajah Danila. Lalu bertepuk tangan didepan wajah Danila yang sudah berkaca-kaca karena mendengar perkataannya yang menyakitkan. Seorang anak yang tidak diakui oleh ayahnya sendiri, lalu menuduh pria lain yang telah menghamili istrinya. Danila tak menyangka, Hugo akan sejahat itu. Bahkan dia lebih kejam daripada iblis. Plak! Dengan berani, Danila menampar wajah pria itu. Ini adalah yang kedua, Danila melakukan hal yang dibenci oleh Hugo. Hatinya bergetar dan bergemuruh heba
"T-tentu saja ... boleh," ujar Danila sambil mengulum senyum kecilnya. GREP!Tiba-tiba Haga kecil mendekap tubuhnya dengan sangat erat. Danila membalas sentuhan tangannya yang kecil. Perasaan hangat dan nyaman, membuat anak itu tampaknya merasa terlindungi. Sesuatu hal yang belum pernah Haga lakukan bersama mendiang ibu kandungnya. Sebab Sania meninggal setelah melahirkan dirinya ke dunia ini."Teman-temanku sering melakukan hal seperti ini dengan Ibunya. Sekarang aku juga bisa melakukannya bersamamu," tutur Haga terdengar sedu. Danila terenyuh seketika."Haga juga bisa memelukku seperti ini kapan pun Haga mau," balas Danila sambil mengelus lembut pucuk kepala kecilnya. Anak itu memagutkan kepalanya pelan.Hanya orang yang hatinya penuh cinta dapat memilih untuk mencintai anak orang lain seperti anaknya sendiri. Kedekatan antara anak tiri dan ibu tiri memang bisa dibilang sulit. Dan ibu tiri yang baik benar-benar dapat mengubah kehidupan seorang anak, menjadi lebih baik dan bisa mene
Satu minggu berlalu, Danila masih menjalani kehidupan didalam rumah utama bak seperti orang asing. Bahkan Adriana, wanita itu masih berada di sana. Entah apa alasannya, Hugo mempertahankan dia tetap tinggal bersamanya. Danila terus merasa terancam akan keberadaan wanita itu disisinya. Karena dia, Hugo semakin membenci dan memperlakukannya tidak adil.Suasana sarapan pagi bersama di kediaman utama. Danila menyiapkan menu sarapannya. Hanya dia sendiri yang melakukannya. Hugo melarang semua pelayan di kediaman utama untuk membantu Danila. Rajanya iblis yang benar-benar tega. Dia sengaja melakukan itu agar mempercepat Danila mengalami keguguran. Mempercayai apa yang dia lihat dengan sebelah matanya. Bukan dari apa yang benar-benar dia ketahui sebenarnya. Bahwa bayi yang didalam kandungan Danila, ialah darah dagingnya sendiri.Hugo, jangan sampai kau menyesal dikemudian hari."Bunda, ayo kita sarapan bersama." Haga tiba-tiba memanggil Danila saat wanita itu masih melayani mereka untuk sara
Bagas tak pernah tahu kabar mengenai Danila yang begitu menderita tinggal bersama dengan Hugo di kediaman rumah utama. Lelaki itu pun tampaknya juga menderita setelah membatalkan pernikahannya dengan Kania. Ya, Bagas tidak jadi menikah. Melainkan ia kabur dan pergi di hari pernikahannya.Hal itu tentu saja membuat banyaknya para tamu kebingungan. Bahkan keluarga Kania menuntut pada Bagas dan keluarganya. Sebab Kania mengalami depresi berat setelah mengalami kegagalan pada pernikahannya. Lalu Bagas, lelaki itu pergi entah kemana. Tak ada yang mengetahui keberadaannya sekarang. Tapi sepertinya, Hugo mengetahuinya.“Apa kau yakin orang itu adalah dia?” ujar Hugo bertanya pada sekretaris Jo ketika dalam perjalanan menuju ke perusahaan.“Dari segi wajahnya masih belum akurat bahwa orang itu adalah dia. Tapi bentuk tubuhnya sama persis seperti dia, Tuan muda. Kamu sudah melakukan pengecekan data terhadapnya,” tutur sekretaris Jo menjelaskan.“Lalu apa hasilnya?” “Terindikasi 50% bahwa
Hugo membawa putranya pergi ke rumah sakit. Setelah menggila pada orang tua dan anak-anak yang terlibat dalam kasus kenakalan pada putranya, Haga. Sungguh diluar dari perkiraannya. Awalnya Hugo berpikir bahwa putranya yang bersalah. Tapi anak-anak itu memang pantas menerima perlakuan yang Haga berikan pada mereka. “Kau sudah melakukan hal yang tepat, Ayah bangga padamu.” Hugo berkata seraya mengelus pucuk kepala kecil Haga yang saat ini terbaring di rumah sakit. Hei, hei, hei! Putramu itu hanya tertidur, tahu. Kenapa malah dilarikan ke rumah sakit? Memang dasar tuan muda yang berlebihan. Haga terdiam sambil memasang raut wajah polosnya. Kedua matanya tampak berbinar tipis. Menatap wajah ayahnya yang ada didekatnya sekarang. “Apa Ayah tidak marah padaku?” tanya Haga hati-hati. “Untuk apa Ayah marah padamu? Kau tidak bersalah di sini. Anak-anak itulah bersalah,” tutur Hugo dingin. “L-lalu bagaimana dengan Bunda?” sambung Haga ragu-ragu bertanya. Pertanyaannya merujuk pada ibu sambu