“B-bagaimana mungkin kau menyuruhku untuk membunuh bayi yang darah dagingmu sendiri?! Kau keterlaluan!” sungut Danila sedikit emosional. Hugo tampak menyeringai tipis menatapnya, seraya berjalan mendekat pada Danila. SET Hugo menyentuh dagu Danila, mencengkeramnya dengan kuat. “Kau berpikir aku akan mengakui bayi itu? Ck! Kau tidak lain dari wanita murahan, Danila. Mana mungkin aku mengakui anak haram dari hubungan gelapmu dengan orang itu?! Benar-benar hebat, akting yang hebat!” cerca Hugo sambil menghempaskan wajah Danila. Lalu bertepuk tangan didepan wajah Danila yang sudah berkaca-kaca karena mendengar perkataannya yang menyakitkan. Seorang anak yang tidak diakui oleh ayahnya sendiri, lalu menuduh pria lain yang telah menghamili istrinya. Danila tak menyangka, Hugo akan sejahat itu. Bahkan dia lebih kejam daripada iblis. Plak! Dengan berani, Danila menampar wajah pria itu. Ini adalah yang kedua, Danila melakukan hal yang dibenci oleh Hugo. Hatinya bergetar dan bergemuruh heba
"T-tentu saja ... boleh," ujar Danila sambil mengulum senyum kecilnya. GREP!Tiba-tiba Haga kecil mendekap tubuhnya dengan sangat erat. Danila membalas sentuhan tangannya yang kecil. Perasaan hangat dan nyaman, membuat anak itu tampaknya merasa terlindungi. Sesuatu hal yang belum pernah Haga lakukan bersama mendiang ibu kandungnya. Sebab Sania meninggal setelah melahirkan dirinya ke dunia ini."Teman-temanku sering melakukan hal seperti ini dengan Ibunya. Sekarang aku juga bisa melakukannya bersamamu," tutur Haga terdengar sedu. Danila terenyuh seketika."Haga juga bisa memelukku seperti ini kapan pun Haga mau," balas Danila sambil mengelus lembut pucuk kepala kecilnya. Anak itu memagutkan kepalanya pelan.Hanya orang yang hatinya penuh cinta dapat memilih untuk mencintai anak orang lain seperti anaknya sendiri. Kedekatan antara anak tiri dan ibu tiri memang bisa dibilang sulit. Dan ibu tiri yang baik benar-benar dapat mengubah kehidupan seorang anak, menjadi lebih baik dan bisa mene
Satu minggu berlalu, Danila masih menjalani kehidupan didalam rumah utama bak seperti orang asing. Bahkan Adriana, wanita itu masih berada di sana. Entah apa alasannya, Hugo mempertahankan dia tetap tinggal bersamanya. Danila terus merasa terancam akan keberadaan wanita itu disisinya. Karena dia, Hugo semakin membenci dan memperlakukannya tidak adil.Suasana sarapan pagi bersama di kediaman utama. Danila menyiapkan menu sarapannya. Hanya dia sendiri yang melakukannya. Hugo melarang semua pelayan di kediaman utama untuk membantu Danila. Rajanya iblis yang benar-benar tega. Dia sengaja melakukan itu agar mempercepat Danila mengalami keguguran. Mempercayai apa yang dia lihat dengan sebelah matanya. Bukan dari apa yang benar-benar dia ketahui sebenarnya. Bahwa bayi yang didalam kandungan Danila, ialah darah dagingnya sendiri.Hugo, jangan sampai kau menyesal dikemudian hari."Bunda, ayo kita sarapan bersama." Haga tiba-tiba memanggil Danila saat wanita itu masih melayani mereka untuk sara
Bagas tak pernah tahu kabar mengenai Danila yang begitu menderita tinggal bersama dengan Hugo di kediaman rumah utama. Lelaki itu pun tampaknya juga menderita setelah membatalkan pernikahannya dengan Kania. Ya, Bagas tidak jadi menikah. Melainkan ia kabur dan pergi di hari pernikahannya.Hal itu tentu saja membuat banyaknya para tamu kebingungan. Bahkan keluarga Kania menuntut pada Bagas dan keluarganya. Sebab Kania mengalami depresi berat setelah mengalami kegagalan pada pernikahannya. Lalu Bagas, lelaki itu pergi entah kemana. Tak ada yang mengetahui keberadaannya sekarang. Tapi sepertinya, Hugo mengetahuinya.“Apa kau yakin orang itu adalah dia?” ujar Hugo bertanya pada sekretaris Jo ketika dalam perjalanan menuju ke perusahaan.“Dari segi wajahnya masih belum akurat bahwa orang itu adalah dia. Tapi bentuk tubuhnya sama persis seperti dia, Tuan muda. Kamu sudah melakukan pengecekan data terhadapnya,” tutur sekretaris Jo menjelaskan.“Lalu apa hasilnya?” “Terindikasi 50% bahwa
Hugo membawa putranya pergi ke rumah sakit. Setelah menggila pada orang tua dan anak-anak yang terlibat dalam kasus kenakalan pada putranya, Haga. Sungguh diluar dari perkiraannya. Awalnya Hugo berpikir bahwa putranya yang bersalah. Tapi anak-anak itu memang pantas menerima perlakuan yang Haga berikan pada mereka. “Kau sudah melakukan hal yang tepat, Ayah bangga padamu.” Hugo berkata seraya mengelus pucuk kepala kecil Haga yang saat ini terbaring di rumah sakit. Hei, hei, hei! Putramu itu hanya tertidur, tahu. Kenapa malah dilarikan ke rumah sakit? Memang dasar tuan muda yang berlebihan. Haga terdiam sambil memasang raut wajah polosnya. Kedua matanya tampak berbinar tipis. Menatap wajah ayahnya yang ada didekatnya sekarang. “Apa Ayah tidak marah padaku?” tanya Haga hati-hati. “Untuk apa Ayah marah padamu? Kau tidak bersalah di sini. Anak-anak itulah bersalah,” tutur Hugo dingin. “L-lalu bagaimana dengan Bunda?” sambung Haga ragu-ragu bertanya. Pertanyaannya merujuk pada ibu sambu
Danila beranjak bangun lalu berjalan gontai memasuki kamarnya. Ia merasa bersalah pada Bagas. Atas kematiannya yang disebabkan oleh dirinya sendiri. "Semua karena kesalahanku, seharusnya aku yang dihukum mati. Kenapa bukan aku saja yang menggantikan posisinya? Dia ingin bayi ini meninggal, kan? Kalah begitu bunuh saja aku sekaligus bersama dengan bayiku," tutur Danila sedu. Termenung akan kisah tragis yang dialami oleh Bagas. Merasa berputus asa dengan semua kejadian yang telah melibatkan Bagas ke dalam permasalahannya. Danila terduduk lesuh diatas sofa itu. Dengan raut wajah yang berantakan, dan air mata yang sudah mengering. Tak ada lagi yang terasa sama. Sudah terlambat untuk ragu. Kenapa aku tak bisa lari dan lepas dari diriku sendiri. Dan hidup lagi. (Bullet For My Valentine - NoWay Out) Seperti dalam kutipan kata-kata diatas. Danila merasa terlambat untuk menyadari semuanya. Sebab tidak bisa lepas dari jeratan Hugo. Tapi justru memilih untuk menyerah dan tak mampu berlari men
Danila berhasil keluar dari dalam kediaman rumah utama. Peluh berkeringat bercucuran sekujur tubuhnya. Wajah Danila tampak sudah berubah pucat sekarang. Namun langkah kakinya terus berjalan tanpa henti menyusuri jalan setapak demi setapak agar segera sampai ke tepi jalan raya besar. Hanya bermodal nekat dan pakaian yang ia bawa. Bahkan uang yang dia punya pun tidak banyak. Danila sudah begitu muak menghadapi semua penghuni rumah utama. Terutama pada Hugo, ia benar-benar membencinya. "Kalau Baga memang tidak mati, lalu siapa orang yang ada didalam video itu? Aku tidak bisa mempercayai mereka. Bagaimana kalau aku yang akan jadi korban selanjutnya? B-bagaimana kalau anak ini akan menjadi taruhannya? Hiks!" tutur Danila sedu seraya menyeka air matanya. Langkah kakinya semakin sakit karena sudah berjalan begitu jauh, namun tak ada tanda-tanda bahwa ia menemukan setitik lampu penerangan yang biasanya terlihat ditepi jalan itu. Suasananya begitu gelap dan mencekam. Hanya ada pohon rimbun
Kericuhan terjadi didalam mansion milik dokter Yoshua. Hugo tampak brutal membalas para pasukan khusus itu dengan peluru emasnya. Hingga terjadilah pertumpahan darah antar kedua dari kelompok tersebut. Sampai tidak menyadari, bahwa Danila telah diculik dan dibawa pergi oleh para pasukan itu. Ingatan Hugo mulai sadar, Danila masih berada didalam ruang pembedahan yang terletak di lantai dua. Kedua kakinya berlarian menggila menaiki tangga di sana. Sampai tibalah dia didepan ruang operasi yang akan dilakukan oleh Danila.BRAK!Hugo mendobrak pintu ruangan itu dengan paksa. Kedua bola matanya membelalak lebar, disertai wajah geram penuh kemarahan. Dokter Yoshua sudah tergeletak tidur diatas ranjang sana. Dia menggantikan posisi Danila yang justru tiba-tiba menghilang."Jo!!!" teriak Hugo dengan suara menggelegar memanggil sekretarisnya.Sekretaris Jo dan beberapa orang bawahannya bergerak cepat dan datang dengan raut wajah panik mereka. Hugo tampak sudah terdiam mematung dengan ekspresi s