Di toko Honey Cake hari ini terlihat sepi. Soraya, Dewi, Gia, Intan dan Indah duduk santai di salah satu meja sambil berbincang menggosipkan suatu hal. Kadang mereka tertawa dan berdebat seperti biasanya.
"Eh, Sor. Tapi, bukannya mama kamu lagi sakit, ya?" tanya Gia si gadis feminim yang setiap harinya mengenakan make up yang tebal."Iya. Mamaku masuk ke rumah," jawab Soraya si gadis seksi bermata sipit."Terus kamu ada rencana balik ke Bandung, nggak?" tanya Indah si gadis tomboi.“Aku mau pulang, tapi 'kan kita lagi kerja. Mana mungkin aku pulang begitu saja, kalau bos belum memberikan aku tanggal libur," kata Soraya juga mempertimbangkan tanggung jawabnya sebagai bawahan.“Bos akan mengizinkan kamu cuti kalau untuk menjenguk ibumu sakit. Bos tidak sekejam itu lah Soraya,” sahut Dewi si gadis profesional dan berkacamata.“Iya, Sor. Apa lagi setelah bos menikah, dia sering suruh kita tutup lebih awal,” tambah Intan si gadis manis berkulit sawo matang, sedang mengupas kulit jeruk.“Dari pada kemarin-kemarin, bos sangat ketat dan tegas. Iya ‘kan? Percayalah, bos pasti izinkan,” tambah lagi Gia.Soraya terdiam sejenak dan bertambah yakin akan niatnya yang kembali ke Bandung untuk melihat ibunya yang sedang sakit. Apalagi ia di sudah merantau ke Aceh selama tiga tahun dan belum pernah kembali menjenguk ibunya.Larissa dan Ulfa sedang mampir ke super market untuk membeli beberapa barang belanjaan kue. Larissa tengah memilih beberapa tepung kualitas terbaik juga mengambil dua coklat batang di sisi kanannya. Sedangkan Ulfa hanya berdiri mematung di samping Larissa sambil menatap ponselnya.“Jeremi?” gumam Ulfa berusaha mengingatnya.Larissa melirik ke arah Ulfa. "Upa, kenapa kamu?""Ris, suamimu ada teman yang bernama Jeremi, nggak?” tanya Ulfa.“Oh, Jeremi? Iya, dia sahabatnya Darish," jawab Larissa. Ia menaruh tepung ke dalam troli. " Masak kamu lupa sih. Dia juga jadi bridemaid waktu pernikahan kami kemarin," lanjut Larissa.“Oh, dia? Euumm,” kata Ulfa tidak merespon apa pun dan mematikan ponselnya.Larissa menatap Ulfa dengan tatapan curiga. “Hmm. Pasti ada sesuatu ‘kan?” tanya Larissa dengan suara yang bikin Ulfa salah tingkah.Ulfa tersenyum." Tidak ada. Tidak ada," jawab Ulfa tanpa jawaban.Saat semua orang hampir menyelesaikan kesibukan masing-masing dan sudah menunjukkan pukul 15:40, Darish masih memiliki kesibukan memeriksa data pasien pada sebuah dokumen yang sedang diperhatikannya. Saat memerhatikannya dengan benar, adanya keganjilan di riwayat pasien tersebut. Tak tunggu lama, ia langsung menekan tombol pemanggil pada telepon genggam di atas mejanya. “Halo, Megan. Keruangan saya sebentar,” ucap Darish singkat melepaskan tombolnya kembali.***Lain halnya dengan Larissa yang bergegas kembali ke rumah dan sedang bersiap-siap memaikai pakaian untuk Azka yang bagus dan rapi. Larissa juga terlihat cantik mengenakan baju gamis berwarna maroon dan jilbab segi empat bermotif.Larissa memakaikan Azka topi. "Sudah selesai. Ayo kita temui papa di klinik," ajak Larissa."Hore!" teriak Azka dan tersenyum lebar.***‘Tok tok tok!’ Mega mengetuk pintu ruangan Darish.“Masuk!” suruh Darish.Megan membuka pintu dan memasuki ruangan Dokter Darish dengan raut wajah kurang ceria. Ia masih menyimpan rasa kesal terhadap Darish yang tak mengundangnya ke pernikahan.“Iya Dok, ada apa?” tanya Megan bersikap dingin sambil berdiri menghadap Darish.“Coba lihat riwayat penyakit pasien ini," tunjuk Darish menggerakkan dokumen itu ke arah Megan. “Apa ada yang salah, Dok?” tanya Megan mengambil dokumen itu.Megan mulai membaca satu persatu biodata hingga riwayat penyakit pasien tersebut. Di sana tertulis nama pasien bernama Anita, yang mengalami infeksi cukup parah pada giginya atau disebut ‘Periodontitis’. Dan, pasien ini harus segera dirujuk ke rumah sakit untuk melakukan operasi.“Kenapa kamu tidak bilang kalau ada pasien yang harus dioperasi? ‘Kan saya sudah pernah bilang, kalau ada pasien yang penyakitnya parah, segera hubungi saya. Beberapa hari ini kamu terlihat tidak fokus. Apa kamu ada masalah?” tanya Darish menegurnya.“Sa-saya hanya tidak berani menelpon Dokter,” jawab Megan gagap.“Kenapa? Dulu-dulu kamu sangat berani menelpon saya, tak kira saya sedang istirahat,” kata Darish mengungkit perilaku Megan yang kurang sopan.“Saya hanya tidak ingin menganggu waktunya Dokter dengan istri Dokter. Bukankah Dokter sudah menikah lagi?” Megan langsung mengeluhkan kesibukan Darish setelah menikah bersama sang istri.Darish menyeringai, “Jadi, kamu sudah tahu saya sudah menikah?"“Kenapa? Dokter tidak ingin kami mengetahuinya?” tanya Megan mulai mencurahkan kekesalannya.Darish menghela napas berat. Ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Megan. “Ini bukan waktunya membicarakan tentang pernikahan saya," kata Darish dengan tegas. Ia menatap Megan dengan serius. "Sekarang, kamu hubungi pasien ini dan katakan padanya, untuk segera temui saya ke rumah sakit. Mengerti?" lanjut Darish."Baik, Dok." Megan kehabisan kata dan terdiam mematung."Jangan berdiri saja! Cepat telfon dia. Setelah itu ikut saya ke rumah sakit," tambah Darish dan bergegas keluar dari ruangan.Tak lama kemudian, Larissa dan Azka sampai di klinik Harapan Kita. Ia memarkirkan mobil di seberang jalan. Kemudian, ia tersenyum ke arah Azka yang duduk di kursi kemudi sambil melepaskan sabuk pengaman. Ia juga membuka sabuk pengaman Azka dan segera turun dari mobil.Dari sisi arah pintu keluar klinik, Darish keluar dengan buru-buru bersama seorang perempuan cantik, pada saat itu yang dilihat oleh Larissa. Dan, Larissa hanya berdiri menatap Darish dari kejauhan saat perempuan itu berjalan berdampingannya.Larissa mengerutkan kening. “Siapa perempuan itu?”Pada saat itu, Megan sudah melepaskan baju kerjanya dan mengenakan baju kasual, kemeja krem, celana kulot jins, dan jilbab segi empat berwarna krem. Darish dan Megan serentak membuka pintu mobil.“Dokter, tunggu dulu," kata Megan menghentikannya sebelum Darish menaiki mobil."Ada apa?" tanya Darish menatap Megan dari pintu kanan mobil bagian dalam.Saat Azka melihat Bundanya berdiri mematung dan tidak membukakan pintu mobil untuknya, ia terpaksa turun sendiri. Lalu, ia menghampiri Bundanya."Boleh kita mampir ke kafe? Saya belum makan siang,” kata Megan mengajak Darish ke kafe.“Baiklah. Saya juga belum makan siang.” Darish begitu mudah menyetujui ajakan Megan. Mereka bergegas memasuki mobil.Larissa terus menatap sang suami dengan perempuan lain dan membiarkan mereka pergi. Azka melihat ke arah yang ditatap sang Bunda dan mulai berpikir.“Itu Aunti Megan, Bunda. Dia pergi dengan papa," kata Azka membuat Larissa kaget tiba-tiba Azka sudah di sampingnya."Aunti Megan?" Larissa masih bingung akan ucapan Azka yang begitu akrab.“Bunda, ayo kita ikuti Papa!" ajak Azka sambil menarik tangan Larissa.“Eh, nggak boleh Sayang. Nanti Papa marah kita ikuti dia," kata Larissa menolak permintaan Azka.“Papa nggak marah. Papa ‘kan orang baik. Ayo, Bunda!" lanjut Azka memaksa Larissa.Larissa berpikir sejenak, “Baiklah. Ayo kita susul Papa."Karena rasa penasaran Larissa terhadap perempuan yang sedang bersama Darish, ia memilih untuk mengikuti sang suami. Mereka bergegas memasuki mobil saat Darish dan Megan melaju pergi meninggalkan klinik. Jauh dalam lubuk hati Larissa, ia sangat cemburu melihat sang suami bersama wanita lain karena terlihat begitu dekat.BERSAMBUNG🍁Darish dan Megan sedang menyantap makan siang yang sudah hampir sore itu, di salah satu kafe yang tak jauh dari kliniknya. Sesekali Megan menatap Darish yang duduk berhadapan dengannya. Darish terlihat buru-buru menghabiskan makanannya berupa nasi goreng kentaki, untuk bergegas menuju ke rumah sakit.Megan menaruh sendok di piringnya dan menghela napas berat. "Apa yang membuat Dokter sangat buru-buru?" tanya Megan."Kita harus ke rumah sakit," jawab Darish sudah menghabiskan makannya dan meneguk air putih beberapa teguk. “Kita masih punya waktu dua jam untuk melakukan operasi pasien itu, Dokter Darish.""Apa kamu belum mengenal saya? Saya ini punya prinsip hidup, harus disiplin!" kata Darish tegas."Hah? Saya sama sekali tidak mengenal Dokter. Kenapa Dokter tega menyembunyikan pernikahan Dokter pada kami? Apa kami ini tidak berarti dalam hidup Dokter?” tanya Megan terlihat kesal.Darish sedikit kaget mendengar pertanyaan Megan yang terdengar sedang marah. Sebelum menjawab pertanyaan
Darish dan Jeremi sedang nongkrok di tempat kafe biasa. Mereka memesan dua cangkir kopi sambil menikmati hawa dingin di pesisir pantai hingga terdengar suara ombak yang begitu besar. “Aku lelah, bro. Dia menguntitku ke kafe, bawa Azka lagi.” Ia mengeluh pada Jeremi akan kekesalannya terhadap Larissa.“Ah, masak sih? Mungkin, dia memang lagi makan di situ dengan Azka. Kau nggak boleh berburuk sangka dengan istri sendiri," kata Jeremi.“Awalnya aku pikir begitu. Tapi, ternyata enggak. Dia sendiri yang bilang, dia pergi ke klinik dan mengikutiku ke sana,” jelas Darish.“Mungkin dia salah paham, sebab kau pergi dengan Megan. Dia tahu nggak, kalau Megan itu asisten kau?” tanya Jeremi.“Ya ... kayaknya dia nggak tahu Megan itu asistenku." Darish mulai merasa itu penyebabnya Larissa mengikutinya. “Nah, kau. Dia itu cemburu, bro. Wanita mana sih yang nggak cemburu lihat suaminya bersama wanita lain? Apa lagi Larissa. Dia nggak tahu seluk beluk kehidupan kau itu. Pernah kau jujur sama dia? S
"Assalamualaikum! Larissa!" teriak Darish mengucap salam dan memanggil nama Larissa yang berdiri di depan pintu rumah bersama Azka. Larissa dan Bu Anita saling menatap saat mendengar suara Darish. "Itu, sepertinya suara Darish. Coba kamu lihat dulu," suruh Bu Anita.Larissa pin langsung berdiri dari tempat duduknya dan bergegas menuju ke ruang depan. "Waalaikum salam!" jawab Larissa berjalan ke arah pintu. Ia membuka pintu dan melihat Darish dengan Azka. "Abang, Azka.""Apa yang kau lakukan? Kenapa kau kabur begitu saja dan meninggalkan surat sampah ini untukku?" tanya Darish terlihat sangat marah seraya menunjukkan surat itu kepada Larissa. Larissa mengerutkan keningnya karena heran melihat sikap suami yang tiba-tiba emosi. "Siapa yang kabur? Rissa cuma pulang ke rumah mama karena Papa lagi sakit. Rissa tidak tega mengganggu waktu tidur Abang dan Azka. Sebab itulah, Rissa tulis surat," jelas Larissa. "Tapi ...,""Larissa! Darish! Ayo cepat ke sini! Papa kamu pingsan!" teriak Bu An
“Bibi, ayu ingin naik jungkat-jungkit itu!” tunjuk seorang anak perempuan yang digandeng Megan. Megan dan keponakannya bernama Ayu, mengunjungi taman kanak-kanak yang juga dikunjungi Darish dan Larissa. Apakah mereka akan saling bertemu secara kebetulan. Sepertinya akan terjadi!“Oke, kita ke sana sekarang," kata Megan segera menuju ke arah taman tersebut. Saat Megan mulai mendekat, ia malah melihat Dokter Darish bersama Azka sedang menaiki permainan itu. “Eh, itu kayaknya Dokter Darish dan Azka," lirihnya dalam hati. Darish dan Azka saling mengerakkan jungkat-jungkit itu ke bawah dan ke atas. "Papa aku terbang!" teriak Azka berada di posisi atas. "Dokter Darish!" panggil Megan sudah berdiri berdekatan dengan permainan jungkat-jungkit tersebut. Darish menoleh ke arah samping kanan dan segera menghentikan permainan jungkat-jungkit tersebut dengan hati-hati agar Azka berada di posisi bawah dengan aman. "Megan," balas sapaan Darish agak kaget. setelah Larissa membayar jajanan telur
‘Wiu wiu wiu ...!’ Bunyi sirine mobil Ambulans yang membawa Pak Hasballah ke rumah sakit. Darish menemani ayah mertua sepanjang perjalanan menuju ke sana. Sesampai di rumah sakit, Darish bergegas turun dari mobil dan memanggil perawat lainnya untuk membantunya menurunkan Pak Hasballah dari dalam mobil yang terbaring di atas ranjang. Dua perawat itu pun bergegas lari untuk segera menurunkan pasien. Lalu, Darish dan dua perawat itu mendorong Pak Hasballah melalui lorong rumah sakit menuju IGD.*** Jeremi yang tak sengaja menabrak seseorang bergegas turun dari mobil. Ia mendekati wanita yang ditabraknya itu yang sudah terjatuh ke jalan tepat di depan mobilnya."Maaf. Apakah Anda terluka?" tanya Jeremi khawatir saat melihat wanita itu menunduk sambil memegang kaki kirinya.Ulfa menaikkan pandangannya dan menatap Jeremi dengan tatapan kaget. "Kamu?" Jeremi mengerutkan keningnya. "Ulfa? Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Jeremi ikut terkejut melihat Ulfa. Ia pun langsung berjongkok di
Tiga puluh menit sebelumnya tepat pukul 22:00 malam, acara ulang tahun Keyla, keponakan Jeremi, berlangsung sempurna dan sukses. Ulfa dan Indah ikut menikmati acara itu karena Bu Syela menyuruh mereka untuk tetap tinggal sampai acara selesai. Banyak sekali tamu dari kalangan pejabat dan selegram Aceh yang ikut menghadiri pesta ulang tahun anak pertama perempuan Pak Saharja Rusli dan Bu Syela. Seorang pria paruh baya bertubuh tinggi dan besar yang sudah menjabat sebagai walikota banda aceh selama dua tahun.Pak Saharja berada di depan para tetamu membawakan beberapa kata sambutan dan ucapan terima kasih kepada seluruh tamu yang hadir. Ia terlihat begitu gagah dengan didampingi dua bidadari dalam hidupny yaitu Bu Syela dan anaknya Keyla. Ia tak henti bersyukur juga berterima kasih kepada mereka. Di sisi lain, Jeremi terus menggandeng lengan kanan Ulfa yang berdiri di baris paling depan dan berhadapan dengan Bu Syela. Jeremi menatap kakaknya sambil mengedipkan mata. Dan, Bu Syela memb
Darish melepas tangan Larissa dan bergegas bangun dari tidurnya. Ia menurunkan kedua kakinya dari ranjang dan mengenakan sandalnya untuk segera pergi menghindari sang istri.Larissa bergegas bangun dan menghalangi sang suami saat hendak pergi. “Abang mau kemana?” tanya Larissa melentangkan kedua tangannya di depan Darish.Darish mengerutkan keningnya. “Aku mau ke toilet. Ke toilet pun harus ikut juga?” tanya Darish dengan nada kesal.Larissa mengganguk sambil tersenyum. “Kita mandi bareng,” kata Larissa tak tanggung-tanggung menggoda sang suami.“Jangan gila!” potong Darish menatap sang istri tajam.Sontak memajukan bibirnya dengan manja. “Oke.”Darish bergegas pergi memasuki toilet dan membanting pintu dengan keras. “Gila,” ulang Darish menghela napas berat hingga wajahnya memerah.Larissa tertawa kecil setelah puas mengerjai sang suami. “Sok jual mahal.”Larissa membiarkan suaminya membersihkan diri terlebih dahulu dan melanjutkan tugasnya dengan merapikan tempat tidur. Setelah mera
Tibalah waktu senja dan di klinik Harapan Kita sudah tidak ada lagi pasien yang berdatangan karena waktu praktek sudah ditutup. Husna dan Afifah bergegas menyelesaikan pekerjaan mereka dan akan segera pergi meninggalkan klinik. Mereka serentak berdiri dari tempat duduk setelah mematikan layar komputer di meja mereka masing-masing. Kemudian, merapikan dan menyusun berkas yang berserakan. “Eh, Fah. Kok Dokter dan Ibu belum keluar-keluar dari ruangan, ya? Apa mungkin mereka sedang ketiduran?” tanya Husna seraya mengambil tasnya di atas meja. “Mungkin. Coba kamu cek dulu,” suruh Afifah juga mengambil tas dan ponselnya di atas meja. “Nggak berani aku. Sekarang, Dokter Darish sudah punya istri. Kita nggak bisa masuk sembarangan ke ruangannya,” kata Husna.Afifah menghela napas. “Aku juga nggak berani masuk ...," “Sudah-sudah. Cepat masuk,” potong Husna mendorong punggung Afifah ke arah ruangan Dokter Darish. Afifah memutuskan untuk pergi memeriksa Dokter Darish di ruangannya. Padahal Af