Seketika kata-kata itu terucap dari mulutnya, Yuna langsung sadar kalau dia telah melontarkan sebuah pertanyaan yang bodoh. Mana mungkin Brandon tidak tahu soal itu! Bekerja di perusahaan yang sama dengan suami memang bukan hal yang baik, apalagi kalau dia itu adalah bos perusahaan. Dia pasti akan langsung tahu apa pun yang terjadi. Yuna menghela napasnya dan melanjutkan ucapannya dengan nada pasrah, “Kamu kan sudah tahu, harusnya kamu ngerti kalau ini keputusan perusahaan. Aku ini cuma karyawan biasa, jadi aku cuma bisa nurut saja.” “Kedengarannya kamu nggak suka, ya? Kalau kamu nggak mau pergi ….” Namun sebelum Brandon selesai bicara, Yuna langsung memotongnya, “ Siapa bilang aku nggak mau. Aku bukannya nggak mau nyapa, tapi nggak sempat. “Perbedaan suhu antara siang dan malam di sana lumayan jauh, jangan lupa bawa jaket,” pesan Brandon menyudahi obrolan mereka. Jujur saja, Yuna cukup terkejut dengan sikap Brandon. Awalnya dia pikir Brandon akan keberatan, tapi ternyata dia mal
Logan pun hanya bisa tersenyum pasrah dan berkata, “Kamu juga tahu aku sayang banget sama kamu, jadi kamu jangan berbuat sembarangan, ya? Pokoknya aku nggak suka cara dia ngelihat kamu.” Setiap wanita pasti akan bahagia ketika melihat pasangannya cemburu. Valerie pun menyipitkan matanya dan masuk ke dalam pelukan Logan. “Kamu cemburu, ya? Sudah lama aku nggak lihat kamu cemburu kayak begini. Aku senang banget, deh! Kalau begini, aku jadi semakin pengin pergi bareng sama Lawson,” ujar Valerie bergurau. “Coba saja kalau berani!” ancam Logan sambil melingkari leher Valerie dengan kedua tangannya, “Kalau kamu berani selingkuh sama dia, aku patahin kakimu!” “Duh, galak banget, sih!” ledek Valerie seraya menjulurkan lidahnya. “Kamu tenang saja, kalaupun dia tertarik sama aku, aku nggak bakal ngapa-ngapain sama dia, apalagi … di saat kayak begini.” “Apa maksud kamu?” tanya Logan. “Aku ….” Awalnya Logan masih tidak sadar apa maksud dari ucapan Valerie, tapi setelah dia tersadar, tanpa di
Seketika kata-kata itu terucap dari mulutnya, Yuna langsung sadar kalau dia telah melontarkan sebuah pertanyaan yang bodoh. Mana mungkin Brandon tidak tahu soal itu! “Itu artinya kamu nggak percaya sama aku!” seru Valerie. “Bukan begitu maksudku. Kalau mau pergi, ya pergi saja.” Logan tidak lagi memberikan kesempatan bagi Valerie untuk berargumen karena dia sudah mencapai batas toleransinya. Sebenarnya Logan juga ingin pergi. Dengar-dengar, di pertemuan kali ini akan ada banyak peracik parfum profesional yang hadir, makanya Logan ingin datang untuk memperluas koneksinya. Perselisihannya dengan Yuna membuat Logan tersadar akan betapa pentingnya talenta seseorang. Maka dari itu dia harus mencari lebih banyak orang yang bertalenta supaya operasional perusahaan tidak terganggu begitu mereka pergi. Namun sayangnya, Logan juga harus menangani masalah terkait minyak esensial yang sedang dia kerjakan. Dia harus mengawasinya secara langsung sehingga tidak punya waktu untuk pergi. Sebenarny
Di dalam pesawat, tepatnya di bagian kabin first-class … diam-diam Valerie menunjukkan rasa senangnya. Secara spontan, dia juga mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mengamati seperti apa suasana di kabin first-class, yang jelas jauh berbeda dengan kabin ekonomi. Valerie pun menatap Lawson yang berada di sebelahnya, karena berkat dialah Valerie bisa menikmati semua ini. Valerie memang sudah sering naik pesawat bersama dengan Logan dulu, tapi tidak pernah sekali pun mereka naik first-class. Logan selalu bilang kalau membangun usaha itu tidak mudah, jadi mereka harus berhemat. Kebetulan pengeluaran perusahaan memang sedang besar-besarnya, jadi Valerie berusaha untuk memahaminya dengan harapan suatu saat nanti semua usaha mereka akan membuahkan hasil dan bisa jadi kaya raya. Namun sekarang, Valerie tidak perlu bisa naik kabin first-class dan menikmati semua kenikmatan hidup ini tanpa perlu susah payah berjuang. “Pak Lawson, aku benar-benar merasa terhormat bisa ikut ke acara kali
Logan pun hanya bisa tersenyum pasrah dan berkata, “Kamu juga tahu aku sayang banget sama kamu, jadi kamu jangan berbuat sembarangan, ya? Pokoknya aku nggak suka cara dia ngelihat kamu.” “Kebetulan banget, ya, kalian bisa ketemu di sini!” kata Edith sambil mengatur tempat duduknya. “Bakal ada keributan apa lagi kali ini?” “Nggak ada,” jawab Yuna, “Aku juga diam-diam saja selama dia yang nggak cari gara-gara duluan.” Tujuan dari perjalanan Yuna kali ini adalah pekerjaan, dan dia cukup bijak untuk membedakan mana hal yang penting dan mana yang bukan. Tidak mungkin dia akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan hanya karena Valerie seorang. “Apa maksudnya itu? Kamu janji nggak bakal bikin masalah selama dia juga nggak resek, ‘kan?” tanya Edith. “Eh, orang asing yang duduk di sebelah dia kayaknya lumayan familier.” Semua orang tentu sudah tidak asing lagi dengan Logan, tapi pria yang duduk di sebelah Valerie itu masih tampak asing. Yang jadi masalah adalah, Valerie dan pria itu tampak
Seketika kata-kata itu terucap dari mulutnya, Yuna langsung sadar kalau dia telah melontarkan sebuah pertanyaan yang bodoh. Mana mungkin Brandon tidak tahu soal itu! Begitu pesawat tiba di bandara tujuan, sudah ada orang dari perusahaan masing-masing yang menjemput mereka. Orang yang bertugas menjemput Valerie tentu saja sudah diatur oleh Logan, bahkan hotel dan segala akomodasi lainnya juga sudah diurus. Namun ketika Valerie sudah berada di depan mobil, dia tiba-tiba berhenti dan memperhatikan sekeliling. Dia ingin melihat mobil apa yang dinaiki oleh Yuna. New Life memang berada di bawah naungan Uniasia, tapi tetap saja mereka hanyalah perusahaan kecil. Jika hanya membandingkan soal besarnya skala perusahaan, sudah jelas VL yang menang. Paling-paling Yuna naik first-class hanya untuk pamer. “Bu Valerie?” sahut orang yang bertugas menjemputnya karena Valerie hanya diam saja di depan mobil. “Oh, iya,” balas Valerie. Namun, ketika dia baru saja menginjakkan kaki ke dalam mobil, seket
Orang yang punya banyak uang itu adalah orang yang paling bahagia! Ke mana pun mereka pergi, mereka akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan kebanyakan orang.Lokasi kamar Valerie berada di lantai yang lebih rendah, makanya dia diantar duluan ke kamar. Valerie mengerutkan kening begitu dia membuka pintu kamarnya. Sebenarnya, kamar dia hanyalah kamar standar. Ukuran kamarnya memang lebih besar dibandingkan kamar-kamar di hotel biasa, tapi tetap saja kamarnya hanya berbentuk studio. Di dalamnya ada kamar mandi, microwave, dan juga kulkas. Semua fasilitas dasar memang sudah terpenuhi, hanya saja ini jauh berbeda dengan apa yang dia bayangkan. “Val, barang kamu kutaruh di sini, ya. Istirahat dulu, gih. Aku mau ke kamarku dulu!” kata Lawson sambil menepuk bahu Valerie. Melihat Lawson hendak keluar Valerie pun segera mencegatnya, “Tunggu!” “Hm?” “Er … sekarang aku masih belum terlalu capek, dan kamu juga bawa banyak barang. Boleh, nggak, kalau aku duduk-duduk sebentar di kamar kamu
Seketika itu juga tubuh Valerie langsung menegang. Spontan dia ingin melepaskan diri, tapi dia mendengar suara yang berbisik di telinganya, “Kamu suka di sini?” Nada Lawson terdengar sedikit nakal, tapi hal ini jugalah yang mengingatkan Valerie bahwa Lawson berada di atasnya, dan Valerie tidak mungkin berani menyinggung perasaannya. Valerie tidak berani bergerak sembarangan dan hanya bisa mengangguk dengan gerakan yang amat kaku. “Suka.” “Kamu … mau punya semua ini?” tanya Lawson. Kali ini, gerakan tubuh Valerie menjadi jauh lebih luwes dan lincah. Lantas dia pun menjawab, “Mau! Tentu aku mau!” Sepanjang hidupnya ini, Valerie terus bermimpi dia bisa berada di masyarakat kelas atas, menjadi seorang istri yang kaya raya dan dimanja, bisa menikmati semua kemakmuran yang dia miliki, dan tidak lagi harus bekerja keras. Pergaulan menentukan level di mana Valerie berada. Satu-satunya orang yang bisa dia andalkan saat ini hanyalah Logan. Valerie menganggap Logan sebagai saham blue chip y