"Benarkah kamu tidak mencintaiku, Brie?" Tangan Steven dengan lembut memegang dagu Brianna yang lancip dan memaksa wanita itu melihatnya matanya yang dalam."Lihat aku! Benarkah kamu tidak mencintaiku?" Ulangnya lagi seraya mendekatkan wajahnya dengan wajah Brianna.Steven menekan bibirnya pada bibir Brianna dengan lembut, tangannya menahan belakang kepala wanita itu, mencegah wanita itu menghindari ciumannya. Brianna menutup matanya dan membalas ciuman Steven yang semakin lama semakin intens. Setelah beberapa saat akhirnya Steven melepaskan bibirnya dari bibir Brianna, dan menatap ke dalam mata Brianna."Benarkah kamu tidak mencintaiku, Brie?" Desak Steven."Kamu sungguh ingin tahu jawabannya?" Tanya Brianna dengan suara serak."Beritahu aku!""Ya, aku mencintaimu, Steven. Aku mencintaimu! Dari dulu, lima tahun lalu, dan sampai sekarang, tidak pernah sedetik pun aku melupakanmu. Meninggalkanmu lima tahun lalu adalah penyesalan terbesar dalam hidupku!""Lalu kamu muncul kembali, dan
"Aku tidak bohong padamu, Brie... Aku cinta padamu, dan aku tidak akan meninggalkanmu." Steven mengecup bibir Brianna setelah mengatakannya."Aku mencintaimu, dan aku tidak ingin kehilangan dirimu lagi... Kamu tidak tahu betapa hancurnya hatiku saat kamu menghilang lima tahun lalu? Dan saat kamu tiba-tiba pergi kemarin... Saat aku melihatmu kemarin ditelan lautan..."Tenggorokannya tercekat, pria itu tidak sanggup melanjutkan kata-kata yang menggantung di bibirnya. Matanya berkaca-kaca saat mengingat kejadian yang hampir saja merenggut hidup wanita yang dicintainya."Kumohon jangan tinggalkan aku lagi, Brianna..." Lanjutnya dengan suara bergetar."Bagaimana dengan Selena? Kamu bilang mencintaiku tapi kau juga mencintai dia?" Tanya Brianna sambil melihat Steven dengan tatapan yang dalam."Tidak ada wanita lain, hanya kamu. Aku hanya ingin dirimu seorang, Brie... Berikan aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku hanya mencintaimu." Steven menggenggam tangan Brianna yang dingin, dan men
Steven seketika langsung menegakkan punggungnya mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut sepupunya itu."Apa?"Jantung Brianna juga berdetak kencang saat mendengar kata-kata Anastasia. "Tolong katakan kabar buruknya dulu.""Sebenarnya ini bukan kabar buruk juga, tapi... Kami berpikir kamu perlu menjalani psikoterapi.""Oh...." Jawab Brianna lemah."Anastasia, kau jantungku bergemuruh saja!" Pekik Andrew yang menahan napas saat mendengar kakaknya."Lalu apa kabar baiknya?" Tanya Andrew lagi dengan ekspresi penasaran."Kabar baiknya, aku telah mengundang psikolog terbaik di Old Coast untuk melakukan sesi terapi padamu." Jawab Anastasia dengan senyuman lebar."Apa maksudmu sama dengan yang di dalam pikiranku sekarang ini, Anastasia?" Tanya Andrew memastikan kecurigaannya.Senyum lebar di wajah Anastasia menjawab pertanyaan Andrew, membuat Steven dan Andrew saling berpandangan. Kedua pria itu tahu siapa psikolog terbaik yang dimaksud oleh Anastasia. Steven mengangkat tangan dan menc
"Aku meninggalkannya!" "Bagaimana bisa kamu meninggalkannya, Bu?" Tanya Steven terkejut."Ayahmu itu sedang senang memancing... Saat mendapat kabar dari Anastasia, ayahmu sedang di tengah laut. Aku tidak sabar menunggunya kembali, jadi aku tinggalkan saja dia. Seharusnya saat ini ayahmu sedang dalam perjalanan ke Old Coast." "Baiklah bu, kau juga harus beristirahat. Biar aku disini menjaga Brianna.""Steven, ada yang mau ibu bicarakan denganmu.""Ada apa, Bu?""Kandungan Brianna sangat rentan, dan ibu rasa kamu cukup pintar untuk mengetahui kalau suasana hati ibu sangat mempengaruhi janin yang ada di dalam kandungan. Kamu harus menjaga Brianna dengan sangat baik, terutama hatinya. Kau harus buktikan pada Brianna kalau kamu sungguh-sungguh mencintainya.""Baik, Bu. Aku pasti akan melakukannya bahkan tanpa ibu peringatkan, tapi terima kasih, Bu."Brianna tertidur selama beberapa jam, dan saat wanita itu terbangun hari sudah malam. Brianna merasakan sensasi basah dan hangat pada telapa
"Itu adalah salah satu kebodohan terbesar yang pernah kukatakan..." Steven menundukkan kepala dan menggenggam tangan Brianna."Saat aku di luar negeri, aku menjalani suatu pelatihan, dan bertemu dengan Sebastian Garret. Dan sejak saat itu kami berteman baik, bahkan sampai pelatihan selesai. Suatu malam, kami diserang sekelompok orang, dan Sebastian meninggal karena menolongku.""Sebelum meninggal pria itu memintaku untuk mencari dan menjaga adiknya terpisah darinya. Dan adiknya itu adalah Selena.""Karena itulah aku merawat Selena. Aku membiayai semua kebutuhannya dan membantunya menjadi seorang model sesuai keinginannya. Saat kakek menyuruhku menikah, aku sempat berpikir untuk menikahinya untuk membalas pengorbanan Sebastian. Untungnya saat itu aku tidak sampai menikahinya.""Dan kemudian takdir mempertemukanku denganmu lagi, Brie. Aku sempat marah dan frustasi saat kamu meninggalkanku lima tahun lalu, tapi itu sebelum aku mengetahui tentangmu dan ibumu, sebelum aku mengetahui alasan
Royal Pierce Corporation."Siapa nama anak magang itu?""Brianna Hart.""Ya... Brianna. Dimana dia? Sudah beberapa hari tidak kelihatan? Sebenarnya dia masih mau kerja atau tidak sih?" Tanya asisten manajer Christine Sandra saat sedang rapat internal depatemen desain."Brianna mengajukan ijin karena sakit, asisten manajer Sandra." Jawab salah seorang staf departemen desain."Sakit atau sakit? Kulihat anak manja seperti itu memang tidak niat bekerja! Kalau menurutku sih itu cuma alasan saja, dia tidak akan balik kerja lagi. Ayo kita mulai rapatnya."Diam-diam, Arron mengetikkan sesuatu pada laptopnya dan mengirimkan pesan pada Brianna.'Hai Brie. Aku tidak melihatmu beberapa hari ini di kantor, apa semuanya baik-baik saja?'Steven membaca pesan masuk di ponsel Brianna saat wanita itu sedang berada di kamar mandi. Sempat terbersit dalam pikirannya untuk menghapus pesan itu agar Brianna tidak membacanya, namun dia urungkan.Begitu wanita itu keluar dari kamar mandi, Steven dengan sigap m
"Apa?"Arron mematung saat mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Brianna."Kamu ha... mil...? Apa aku salah dengar?""Kamu tidak salah dengar, Arron." Brianna menjawab dengan senyum mengembang di wajahnya."Aku bukan sedang sakit, aku hanya sedang hamil. Karena aku hampir keguguran, dokter menyuruhku untuk bedrest, aku bahkan hanya boleh berjalan ke kamar mandi. Jadi, itulah mengapa aku tidak bisa ke kantor." Brianna menjelaskan secara singkat pada Arron, tanpa memberitahu kejadian yang dia alami. "Kenapa wajahmu seperti itu?" Melihat mimik wajah Arron yang masih terkejut, wanita itu tertawa kecil."Ah maaf. Tapi jujur, berita ini memang sangat mengejutkan. Maksudku... bagaimana kau bisa hamil? Eh, maksudku... Kau bilang kalau kamu tidak punya pacar... Tapi sekarang kau... hamil?" Tanya Arron terbata-bata."Aku tidak berbohong. Aku memang tidak punya pacar, tapi aku punya suami, Arron." Tawa Brianna semakin lebar saat mendengar pertanyaan Arron."Apa??? Kamu sudah menikah???"
"Apa yang sedang kamu lakukan?"Steven masuk ke dalam kamar tempat Brianna dirawat dan mendapati istrinya itu sedang duduk menghadap jendela dan konsentrasi menggambar sesuatu, sampai-sampai wanita itu tidak menyadari kehadirannya."Oh, kamu sudah kembali..." Brianna yang terkejut segera berdiri dari kursinya dan menyembunyikan gambar yang sedang dia buat di balik badannya."Hati-hati! Jangan bergerak sembarangan, Brie!""Aku tidak apa-apa.""Apa yang kamu buat, Brie?" Steven mengulangi pertanyaannya lagi saat tidak mendapat jawaban dari Brianna."Tidak... Aku hanya iseng menggambar saja.""Coba perlihatkan padaku." Steven membuka tangannya meminta kertas dari Brianna.Dengan ragu-ragu, Brianna mengulurkan tangannya yang memegang sebuah buku. "Aku merasa bosan dan kebetulan ada buku dan pensil, jadi aku coba menggambar."Steven mengambil buku itu dan mengamati gambarnya, terdapat gambar sebuah gelang yang sangat indah. Steven melihatnya tanpa berkedip, mengagumi desain indah gelang it