"Saya ...."Alicia menatap semua orang. Dia kebingungan. "Dia masih terlalu muda, Dok. Dia bahkan seharusnya pergi berkencan dengan Nathan," ujar Ainsley membantu Alicia menjawab pertanyaan dokter. "Namun jika diperlukan, saya akan memberitahunya perihal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada masa kehamilan muda. Bagaimana menurut Anda?"Ainsley selalu tersenyum dalam keadaan apapun. Semua orang menatap dan menunggu respon sang dokter. "Saya dipanggil dan dipekerjakan oleh Nyonya Besar Ellena. Maka saya akan melakukan yang terbaik bagi Nona Alicia," ucap dokter kandungan itu. "Kalau begitu, saya menyerahkan semua tanggung jawab Menantu saya selama berada di St. Petersburg kepada Anda, Dok. Mohon bantuan Anda, Dokter Anna." Ainsley tersenyum puas. Dia melihat Ellena sedang menatap sang dokter. "Namun meskipun begitu, saya akan tetap mendampingi Alicia," lanjut Ainsley tanpa ingin mengalah. "Tentu, Nyonya. Tentu saja Anda ataupun anggota keluarga lainnya boleh mendampingi N
"Hah??"Hampir saja Alicia menumpahkan minumannya. Dia mendongakkan wajah menatap Nathan. "Mengapa kau ceroboh?!"Alicia menggenggam gelas di tangannya dengan sangat erat. Jantungnya berdebar."Aku bodoh? Aku ceroboh? Apa maksudnya?"Alicia kebingungan. Dia mencoba mencari-cari jawaban atas pertanyaan Nathan. Namun, dia menyerah. Dia menunggu Nathan menjelaskan kepadanya. "Apa kau benar-benar tidak membaca isi perjanjian kontrak pernikahan kita, Cia?!"Nathan menaikkan satu kakinya ke ranjang. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri. "Benarkah kau tidak membaca surat kontrak pernikahan kita, hmm?! Padahal aku sudah memintamu untuk membacanya berulang kali."Nathan memainkan anak rambut Alicia yang menutupi dahi. Nathan mendekati mulutnya di telinga Alicia. "Gugurkan anak itu dan selesaikan kontrak kita beberapa bulan ke depan! Setelah itu, kau bebas melakukan apapun."Nathan berkata dengan satu tarikan napas. Dia seolah tidak memiliki belas kasih dan tidak memberikan Alicia pi
"Saya ... saya tidak ....""Baiklah, Lucky. Saya akan bertanya kepada Nathan langsung ketika dia kembali nanti."Terdengar nada putus di sambungan telepon. Lucky lega. "Syukurlah. Aku tidak perlu mengatakan semuanya kepada Nyonya Ainsley.," ujarnya seraya mengelus dada. Sementara itu di mansion keluarga Volkov, Alicia tidak berhenti menangisi nasibnya. Di tangan kanannya, dia menggenggam smartphone. Namun di tangan kiri, dia mengusap lembut perut datarnya. "Mengapa aku melewatkan poin-poin penting ini?!" Alicia bertanya dengan nada menyesal. Dia membiarkan dirinya larut dalam penyesalan. "Jika Nathan tidak menginginkan anak ini, aku tidak mempermasalahkan. Aku bisa membesarkannya seorang diri." Benak Alicia membayangkan seorang anak perempuan tersenyum ke arahnya. "Ya, menjadi seorang Ibu tunggal lebih baik daripada menjadi seorang pembunuh," ujarnya tanpa ekspresi. Alicia menatap kalimat demi kalimat yang terangkai di smartphone. Dia membaca berulang-ulang isi kontrak perjanjian
"Kabar baik? Kabar baik apa, Nyonya?"Ainsley menarik napas sejenak sebelum menjawab pertanyaan Philip. "Tunggu, Philip! Mengapa Thomas menyuruhmu untuk menghubungi saya? Bukankah kau adalah kaki tangan Papa Zac?"Ainsley menatap lukisan keluarga sambil berpikir, 'Mungkinkah ada suatu keanehan yang terjadi di keluarga Czarford selama aku pergi?' "Oh, sebagaimana yang Anda tahu, posisi saya di keluarga Czarford adalah sebagai kepala pelayan." Philip menjeda balasannya. Dia mendengar deru napas Ainsley di saluran telepon. "Maka, saya akan melayani seluruh anggota keluarga Czarford, Nyonya."'Masuk akal. Ya, jawaban Philip masuk akal,' gumam Ainsley di dalam hatinya. "Jadi, ada kabar baik apa bagi keluarga Czarford, Nyonya? Apakah kabar ini akan membuat Tuan Besar Zachary bahagia?"Ainsley menangkap makna ketidakpercayaan dari respon Philip barusan. Namun, dia seorang tidak mempermasalahkan."Oke, jawabanmu masuk akal, Philip."Ainsley mencoba tetap menjadi dirinya sendiri. Dia akan te
"Tentu saja untuk memperkenalkan Rusia kepadanya," jawab Ellena tegas. "Kini, dia telah menjadi bagian dari keluarga Volkov. Maka sudah semestinya dia tahu banyak tentang Rusia."Nathan menyandarkan punggungnya. 'Jujur saja, ini adalah bagian yang kubenci,' ujarnya geram. "Saya bukan pemandu wisata juga bukan pria pengangguran. Waktu saya terlalu berharga untuk disia-siakan, Nek," sahut Nathan tanpa menatap lawan bicaranya. "Saya sudah selesai sarapan. Terima kasih untuk makanannya."Nathan berdiri dan hendak melangkah pergi. Namun, suara Ellena mengubah niatnya. "Lihatlah, Ainsley!" Tangan kanan Ellena menjulur menunjuk Nathan. "Dia persis Thomas."Ainsley memaksakan senyum. "Bagaimana pun juga, Nathan adalah darah daging Thomas, Ma. Mereka pasti memiliki kesamaan, kan?""Sampai sekarang saya tidak mengerti, mengapa Nenek tidak menyukai Papa? Saya juga telah bertanya tentang hal ini kepada Mama. Namun, tidak ada jawaban yang saya temukan."Nathan tidak bisa lagi memendam perasaannya
"Hah?!"Alicia dikejutkan suara bariton Nathan. Dia spontan menoleh ke arah Nathan yang duduk seorang diri. Di belakangnya, Lucky berdiri. "Selamat datang, Nyonya Ainsley dan Nona Alicia," sapa Lucky dengan sangat sopan. Dia membungkuk sambil tersenyum. "Terima kasih, Lucky! Apakah kalian sudah lama menunggu kami?"Ainsley berjalan bersama Alicia menghampiri meja yang sudah tersusun begitu rapi."Tidak juga, Nyonya," jawab Lucky.Nathan menghela napas dengan berat. "Sangat lama sehingga perut saya kelaparan," jawab Nathan ketus. Mendapatkan jawaban yang berbeda, tentu saja membuat Ainsley tertawa. Dia hapal betul kelakuan sang anak. "Ha! Ha! Ha!""Omo! Omo! Omo!" Lucky mendekati Alicia. Dia menyiapkan kursi untuk istri sah tuannya. "Silakan duduk, Nona Alicia! Anda pasti lelah."Nathan mendelik. Dia sangat tidak senang melihat tingkah Lucky. "Lucky, kembali ke tempatmu!" perintahnya tanpa peduli dengan tatapan Ainsley.Setelah memastikan Alicia duduk, Lucky pun kembali berdiri di t
"Sejak kapan kau berdiri di sana, Lucky?"Nathan menyimpan kembali ponselnya. Dia geram. Dia membalikkan badan menatap pemandangan kota St Petersburg dari atas balkon. Lucky berjalan mendekati sang tuan. "Hmm, kira-kira sejak 7 menit yang lalu," jawab Lucky. Dia menatap jam mahal hadiah ulang tahun dari Nathan tahun lalu. "Oh, selain hobi bersolek, kau rupanya memiliki hobi mencuri dengar Bos mu," ujar Nathan menuduh sang asisten. "Masih ada lagi, Tuan Muda. Saya juga gemar ikut campur urusan pribadi Anda," timpal Lucky. Dia memainkan rambutnya yang baru saja berganti warna kuning keemasan. "Kapan kau akan mengundurkan diri? Saya akan memberikan uang pesangon untuk kau mengganti kelamin."Nathan memadamkan rokoknya. Dia terlihat begitu frustasi menghadapi sang asisten. "Oh, jangan terburu-buru, Tuan," sahut Lucky bersikap masa bodo. "Setelah nanti Anda benar-benar terlepas dari Nona Xaquila, saat itulah saya akan pensiun menjadi asisten Anda."Nathan menatap Lucky sinis. "Jangan s
"Apa?! Katakan dengan jelas dan jangan berbelit-belit!"Lucky tersenyum ketika Nathan menatapnya. "Oke, karena ini adalah permintaan Anda, maka saya tidak akan segan-segan," katanya. Lucky mendekati tuannya. Dia sedikit berjinjit, lalu mendekati telinga Nathan. Dia berbisik, "Anda terlihat seperti seorang Suami yang bucin kepada Istrinya."Dada Nathan bergemuruh. "Benarkah seperti itu, Lucky? Mengapa kau berkata sebelumnya? Saya harus menjaga image di depan Alicia."Lucky menggeleng ketika melihat sang tuan pergi meninggalkan dirinya. "Dan sekarang pun dia pergi setelah saya mengatakan kejujuran," keluh Lucky."Tuan Lucky!" panggil seorang wanita. Lucky menoleh ke seorang wanita berpakaian rapi dengan wajah yang familiar. 'Oh, dia adalah salah satu pelayan keluarga Volkov!' serunya. Lucky berusaha mengatur ritme jantungnya yang berdebar. "Ya? Ada apa, Nona?" tanyanya. Tatapan mata keduanya beradu. Lucky menatap intens si pelayan, begitu juga sebaliknya."AnーAnda ....""Ya?"'Bukan