Share

Bagian 122

 “Aku harus bagaimana lagi, Bu? Sudahlah, ini jalan yang terbaik. Di antara Iyan atau Rani yang akan memberikan ginjal pada Aira. Itu pun kalau ibu masih menginginkan cucu ibu sembuh.” Kataku sewot, sembari berdiri dan melangkah masuk ke kamar.

“Coba sekali lagi kamu ke rumah Nia untuk—”

“Untuk bunuh diri, Bu? Biar aku dibunuh sama suami Nia? Kalau begitu, coba saja Ibu yang ke sana. Aku capek jadi boneka. Giliran aku pusing gak punya uang, semua kupikirkan sendiri.” Tidak ingin debat berlama-lama, kututup pintu kamar dengan suara keras. Biar ibu paham.

Kubaringkan tubuh lelah di atas kasur. Entah mengapa, semenjak kutahu Nia menikah dengan Pak Irsya, hati begitu kosong. Terlebih, saat sendiri seperti seperti sekarang. Bayangan perilaku di masa lalu terekam jelas dalam otak.

Kumiringkan tubuh, menatap sisi kosong di sampingku. Dulu, aku pernah mengisi malam penuh gairah dengan ibu dari Dinta dan Danis. Kini,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Nining Purwaningsih
kasian kamu Gam,,,mulai tuh suami mbaknya pergi,,,bertubi2 penderitaan. Nia yg selalu sabar memetik buah dr kesabarannya
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
streessss berat ya Gam
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Jujurckasihan sama agam, tapi juga benci
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status