Pagi i harinya Ranti pun terbangun, dia terkejut melihat dirinya yang tidur di atas ranjang.Padahal merasa semalam tidur di sofa, kemudian dia melihat ke samping, Niko masih terlelap di sana.Kepala Ranti pun mencoba untuk berpikir keras, akan tetapi rasanya sangat sulit sekali, menemukan jawabannya, karena Ranti tidak mengingat apapun.Kemudian dia memeriksa dirinya, apakah ada yang terjadi padanya.Tapi sepertinya tidak, Ranti sangat yakin dirinya masih baik-baik saja.Hanya saja dia yang masih kebingungan mengapa bisa tidur di ranjang bersama dengan Niko.Dia pun melihat sofa, dia sangat jelas mengingat kalau semalam tidur di di sofa.Tapi ini apa?Ah pusing sekali, memikirkan pertanyaan yang dia sendiri tak tahu jawabannya.Hingga kini Niko pun menggeliat dan perlahan membuka matanya.Dia pun melihat ke arah Ranti yang juga sedang melihatnya."Kenapa melihat ku seperti itu?" tanya Niko sambil bergerak turun dari atas ranjang."Semalam aku tidur di sofa, kok pagi ini aku malah ti
Setelah memperingati Beni, Niko berharap dapat membuat Ranti dan Beni menjaga jarak.Karena Niko tak main-main dengan apa yang dikatakan olehnya barusan.Kini dia pun langsung menuju ruangannya, dia pun mendorong pintu depan perlahan.Namun, Niko cukup dikejutkan dengan kehadiran seorang wanita yang menurutnya sangat tidak penting.Tidak diharapkan, serta sangat tidak dia sukai.Entah mengapa masih saja wanita itu menghampiri dirinya.Padahal saat beberapa hari yang lalu Niko sudah mengatakan bahwa dia sudah menikah."Mas Niko, apa kabar!" Gina pun menyapa Niko yang kini berjalan menuju tempat duduknya.Gina sudah cukup lama di ruangan Niko, dia menunggu kedatangan Niko dengan sangat sabar. Karena dia harus kembali berbicara pada pria itu, dia yakin masih ada cara untuk membuat mereka bisa bersama. Sehingga dia pun tak hentinya berusaha."Untuk apa kau di sini?" tanya Niko yang tampak sangat kesal pada wanita yang menurutnya sangat membuang-buang waktunya itu.Jangankan untuk bertemu
"Niko, apa yang kamu lakukan? Kamu kasar sekali pada istri mu sendiri!" Widia pun berjalan cepat menghampiri Ranti, dia pun mendorong Niko yang menghalangi jalannya.Kemudian dengan cepat melepaskan ikatan Ranti, hingga kini sudah terbebas.Widia pun menatap wajah Niko dengan berapi-api, sungguh dia sangat kesal dengan apa yang dilakukan oleh Niko.Menurutnya selama ini Niko bukan lelaki yang suka kasar pada wanita, tetapi entah mengapa kini malah seperti ini.Hingga tanpa bertanya sama sekali tangannya pun melayang di udara dan langsung saja mendarat di wajah putranya.Plak!"Ma."Plak!Widia pun kembali melayangkan tangannya di pipi sebelahnya, benar-benar tidak kuasa menahan amarahnya.Tanpa mendengar penjelasan anaknya sama sekali.Bahkan Niko sudah ingin berbicara, namun apa daya. Kenyataannya tangan Widia jauh lebih cepat bersuara."UPS!" Ranti pun terkejut melihatnya, sungguh dia tak menyangka bahwa Widia akan menampar anaknya.Bahkan di depan mata kepala sendiri, entah benar
Kini hari pun sudah sore, jam pulang kerja ini membuat Ranti merasa begitu bahagia. Apa lagi dia begitu lelah dan membutuhkan waktu untuk beristirahat.Istirahat hati, pikiran dan tubuhnya yang lelah menghadapi Niko.Suaminya itu yang membuatnya kesal bukan main."Dokter Niko, aku pulang duluan, ya, aku sudah lelah dan ingin segera istirahat!" kata Ranti."Siapa juga yang mau menginap di sini, aku juga mau pulang," kata Niko yang sedang membereskan laptopnya untuk dia bawa pulang."Aku bilang, aku mau pulang. Bukannya, menanyakan kamu menginap di sini atau tidak! Dasar aneh!" jawab Ranti dengan sangat kesal, "ah, sudahlah, aku pulang duluan. Percuma juga berdebat dengan mu! Aku sudah lelah, aku tidak mau semakin lelah!"Tanpa menunggu jawaban dari Niko dengan segera Ranti pun berlari menuju pintu, karena dia benar-benar ingin cepat sampai di rumah.Sedangkan Niko hanya diam saja, karena ingin melihat dengan siapa Ranti pulang.Jika dengan Beni, artinya pria itu benar-benar cari masala
"Indahnya hidup ini."Ranti pun duduk bersantai di taman belakang rumahnya, dia menikmati udara pagi yang begitu menyegarkan ini.Pagi ini dia hanya bersantai saja di rumah karena Niko sedang ada urusan di luar kota sehingga tidak masuk bekerja.Ini hari yang paling membahagiakan bagi seorang Ranti setelah menjadi istri Niko.Pagi ini memang tampak mendung dengan hujan yang turun rintik-rintik membasahi bumi.Akan tetapi menurut Ranti hari ini begitu cerah secerah hatinya tanpa Niko.Sesekali dia menyeruput teh hangat untuk membuat dirinya semakin segar."Pagi ini mendung, tapi kamu sangat bahagia sekali sepertinya," tanya Tias.Sejak tadi Tias terus saja memperhatikan putrinya.Wajah putrinya Itu tampak berbinar-binar dari semalam hingga pagi ini tak ada pudar."Iya, dong, Bunda. Ranti, sedang menikmati libur bekerja, rasanya sangat indah luar biasa," jawab berhenti sambil kembali menyeruput teh hangat miliknya."O, begitu. Lalu, Niko bagaimana kabarnya? Apa kau sudah menanyakan dia
Dua hari kemudian.Dua hari sudah berlalu, Niko belum jug kembali dari luar kota.Ranti pun masih menikmati kebebasannya, bebas bekerja dan bebas gangguan dari seorang lelaki yang sangat dibencinya setelah ucapan Niko yang pernah membuatnya merasa tersakiti."Nggak kerja?" tanya Asih saat melihat adik iparnya yang baru saja datang ke kamarnya untuk melihat dua bayi mungil yang sangat menggemaskan."Enggak, Kak. Dokter Niko, masih di luar kota," jawab Ranti.Ranti pun menggendong bayi lucu tersebut, namanya Alif, sedangkan Alfa masih terlelap di dalam box bayinya."Kamu kenapa tidak ikut?" tanya Asih lagi, mengingat keduanya adalah suami istri.Sehingga tak ada masalah jika pun Ranti pergi kemana pun Niko pergi.Bahkan keduanya bebas untuk pergi kemana pun berdua saja."Ngapain? Lagian apa, iya ngikutin dia," kata Ranti yang sama sekali tidak tertarik dengan apa yang dikatakan oleh Asih.Asih pun tersenyum mendengar jawaban adik iparnya tersebut.Membuat Ranti pun bertanya-tanya mengap
Rembulan malam tampak begitu bersinar di malam ini, Ranti pun kini berdiri di balkon kamar.Entah mengapa tiba-tiba matanya sulit untuk terpejam.Bahkan Ranti pun sudah berusaha untuk terlelap sejak tadi, tapi kenyataannya memang begitu sulit.Mendadak ada perasaan yang tidak bisa dia jelaskan.Lagi-lagi wajah Niko membayangi, entah apa sebabnya. Namun, kenyataannya Ranti begitu sulit untuk menepikan bayangan itu.Seketika dia mengingat ucapan yang keluar dari mulut Kakak iparnya Asih."Jangan terlalu membenci, karena dulu, aku juga begitu benci pada, Kakak mu. Biasa saja, jalani semuanya."Ranti pun menepis semuanya, rasanya tak mungkin dia mulai terbiasa dengan kehadiran Niko.Bukankah dia sangat benci, bahkan sangat menantikan perceraian mereka berdua?Lalu bagaimana mungkin kini dirinya terus memikirkan akan Niko?Kemudian dia pun segera menyalakan kembali ponsel yang sempat dia matikan, dia melihat begitu banyak panggilan dari Niko.Ternyata ada pesan pula yang dikirimkan untuk d
Tias bingung dengan putrinya yang belum juga muncul di meja makan di pagi ini, bahkan setelah selesai dengan sarapan pagi bersama yang lainya hanya Ranti yang belum juga muncul.Hingga dua jam berlalu Ranti pun belum juga keluar dari kamarnya, membuat Tias pun bertanya-tanya mengapa bisa putrinya belum keluar dari kamar.Sebab, tidak biasanya Ranti seperti ini. Jika pun dia kembali ke dalam kamar maka setelah sarapan pagi terlebih dahulu.Namun, Tias malah terkejut melihat kamar Ranti yang begitu berantakan. Sedangkan Ranti juga sedang tidur dengan posisi asal di atas ranjang."Ada apa ini? Kenapa berantakan sekali? Seperti kapar yang tidak berpenghuni. Apa dia sakit?"Tias benar-benar bertanya-tanya, kemudian dia pun mendekati Ranti, memegang dahi putrinya tersebut."Suhu badannya baik-baik saja," kata Tias setelah merasa tak ada yang harus dikhawatirkan dari keadaan putrinya tersebut.Akan tetapi Tias tak tahu, karena yang dikhawatirkan saat ini bukan suhu tubuh Ranti. Melainkan per