"Kata, Tante juga, gas kan," kata Niko sambil tersenyum pada Ranti."Ya, ampun!" Ranti lagi-lagi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Niko yang memang sangat aneh.Tapi Ranti pun tidak merasa keberatan, karena dia juga sudah terlanjur nyaman dengan Niko.Bahkan saat berjauhan membuatnya menjadi tidak karuan.Dan jika dua orang itu sibuk dengan urusan mereka, terutama Niko yang katanya sedang mengejar target punya anak.Maka berbeda halnya dengan Raya dan juga Reza.Raya tampak bingung saat Reza datang menghampiri dirinya yang sedang berada di kamar."Apa ada, Raya di dalam?" tanya Reza setelah mengetuk pintu kamar yang ditempati oleh Raya dan juga Kiara.Keduanya tidur satu kamar, karena vila sedang dalam tahap renovasi. Jadi kamar yang tersedia pun masih begitu sedikit.Sehingga keduanya harus menepati satu kamar dan itu tidak menjadi masalah sama sekali.Sebab keduanya pun sudah menjadi teman baik."Ada," jawab Kiara yang berdiri di depan pintu yang terbuka lebar.Di
"Aku tidak mau lagi mengungkit sesuatu yang tak mungkin bisa dirubah, tentang Zaki yang tak pernah tahu aku adalah Ayahnya pun tidak lagi menjadi masalah. Aku sudah merelakan anak ku menjadi milik Om Dion, karena memang dia yang lebih pantas untuk disebut ayah oleh Zaki. Sebagai ucapan terima kasih ku, biar Zaki menjadi milik Om Dion. Aku tidak apa walaupun aku terluka, ini hukuman yang harus ku jalani yang sudah banyak berbuat dosa," kata Reza.Lagi-lagi Raya terdiam mendengar ucapan Reza, dia tak mampu untuk mengatakan kalimat lagi. Karena jawaban Reza yang sangat dalam maknanya."Jangan lagi mengungkit ini, aku tidak mau Zaki mendengar dan mengetahui semuanya. Biar dia bahagia merasa Om Dion adalah Ayahnya. Aku pun menjaga perasaan Om Dion yang memang sangat menyayangi Zaki," tambah Reza.Raya pun menganggukkan kepalanya karena sudah mengerti dengan keadaan ini, bahkan Reza sendiri yang memilih untuk tidak memberitahu bahwa dia adalah ayah biologis Zaki.Bagaimana pun Raya juga men
Reza pun tak tahu siapa wanita yang dibahas oleh Niko, tapi dia yakin bahwa Niko dan Dion hanya sedang bergurau saja.Entah seperti apa terkejutnya Reza nanti saat tahu Kiara lah wanita itu.Reza pun memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya dan melihat Raya yang ternyata sedang melihat dirinya.Mata Raya pun tampak berkaca-kaca bahkan saat itu malah tiba-tiba saja air mata Raya menetes.Raya juga tidak menyadarinya cepat-cepat dia pun mengusap wajahnya setelah menyadari air matanya yang menetes begitu saja.Perasaan Raya sedang tidak karuan, dia berpikir jika Reza hanya berbicara asal dan sedang mempermainkan dirinya saja.Rujuk?Raya pun berpikir bahwa dirinya begitu bodoh karena merasa Reza bersungguh-sungguh ingin memperbaiki semuanya.Ingin sama-sama berusaha untuk menjadi seorang manusia yang lebih baik."Kamu menangis?" tanya Reza yang kebingungan.Dia benar-benar bertanya-tanya mengapa Raya malah menangis.Karena sebelumnya masih tampak baik-baik saja, Reza benar-benar tak
"Kiara, kamu tidur di sini?" tanya Nia yang tak sengaja melihat Kiara yang tidur di sofa.Kiara pun segera melihat Nia, dia pun perlahan berdiri dan merenggangkan otot-otot tubuh yang terasa kaku.Bagaimana tidak kaku, dia tidur semalaman di sofa.Sial memang."Aku ketiduran, Bu Nia," jawab Kiara.Diapun melihat ke arah jendela, tampak cahaya matahari yang bersinar terang."Kok bisa?" tanya Nia yang semakin bingung saja.Kemudian Kiara pun mengingat kembali kejadian malam tadi."Semalam itu Raya sama Reza ngomong berdua di kamar, eh, ternyata sampai tengah malam tidak juga selesai. Dan, aku sampai ketiduran di sofa," jelas Kiara.Dia pun menggaruk tangannya, kemudian beberapa bagian badannya.Tampak ada bintik-bintik kecil akibat gigitan nyamuk di kulitnya."Kamu di gigit nyamuk.""Iya, Bu, kenapa juga ngobrol lama begitu, sungguh keterlaluan mereka," kesal Kiara.Nia pun menahan tawa melihat wajah kesal Kiara, tapi dia juga ingat obrolan di group chat keluarga tadi malam.Reza dan Ra
"Kasihan sekali nasib ku ini," kata Kiara yang melihat kulitnya bintik-bintik merah karena gigitan nyamuk."Lho, separah itu?" Bunga pun ikut melihat Kiara dan dia juga bingung bercampur kasihan."Iya, Nyonya Oma, belum lagi lelah perasaan ini," tambah Kiara.Kiara memasang wajah melasnya karena begitu merasa kasihan pada dirinya sendiri."Besok-besok kalau kamu menunggu di luar cari temen, biar nggak bosan," kata Nia yang ikut menimpali."Nggak ah, kapok," sahut Kiara."Hehehe, kamu ini ada-ada saja," Bunga juga sampai terkekeh karena lucu melihat Kiara, kemudian Bunga pun melihat Chandra yang baru saja ikut bergabung dengan yang lainya."Kenapa kamu lama sekali?" tanya Bunga langsung, bahkan dia juga langsung bangkit dari duduknya.Mengisi piring Chandra dengan nasi dan juga lauk kesukaan putranya tersebut."Tadi ada sedikit pembicaraan dengan Dimas, Ibu tahukan anaknya keluarga Hermawan?" tanya Chandra."Oh, iya. Mama, tahu. Dia itu pengusaha sukses dan sudah kaya dari jaman dulu,"
"Ayo, Mas Chandra, jangan sampai nanti cucu bertanya, Opa, Oma mana?" kata Dion yang malah mengejek Chandra."Ma?" Chandra pun menatap wajah Bunga, dia berharap bisa mendapatkan pertolongan dari Bunga.Dia tak tahan lagi jika terus saja menjadi bahan ejekan oleh keluarga."Sabar, sebentar lagi anak, Mama yang satu ini juga akan menikah lagi," Bunga pun mengusap punggung tangan Chandra.Tapi Dion manahan tawa karena melihat wajah Chandra yang semakin kacau.Tentu saja kacau, karena Dion tahu isi kepala Chandra yang menginginkan Kiara, sedangkan Bunga begitu bersemangat menjodohkan dirinya dengan wanita yang lainya.Belum lagi usaha untuk mendapatkan Kiara belum juga membuahkan hasil.Kiara yang tidak tertarik pada Chandra sama sekali, ini sangat membuat kepala Chandra pusing.Kacau bukan?Sangat-sangat kacau sekali dan entah bagaimana caranya untuk mengatakan pada Bunga tentang itu semua."Iya, anak, Mama yang satu itu sepertinya sedang galau berat. Karena, hanya dia yang menduda di si
Beberapa hari kemudian...Huuueekkk.Ranti merasa dirinya sedang tidak baik-baik saja, rasa mual terus saja dia rasakan.Membuatnya pun mengambil ponselnya dan menghubungi Niko yang sedang berada di luar kota untuk peresmian pembukaan rumah sakit keduanya.Rumah sakit itu adalah rumah sakit terbesar di kota tersebut.Bahkan peralatan yang tersedia pun sudah terbilang cukup canggih dan juga dapat menangani pasien dengan berbagai alat yang dibutuhkan.Itu adalah mimpi Niko selama ini.Memiliki rumah sakit dengan pasilitas yang hebat, sehingga setiap pasien yang datang akan langsung mendapatkan penanganan tepat.Hanya saja saat Ranti terus menghubungi malah Niko tidak menjawabnya.Membuat wanita itu semakin kesal bukan main.Tok tok tok."Ranti," Tias pun langsung mendorong pintu kamar putrinya dan masuk.Dia melihat Ranti yang tengah mondar-mandir di sana."Bunda?" Ranti pun baru menyadari kehadiran Tias."Ini, Bunda bawa makanan. Kamu belum makan sama sekali sejak kemarin sore," Tias p
Ranti pun duduk di kursi meja makan.Malam ini dia duduk di kursi meja makan dengan sedikit kesal, dia mencium aroma makanan yang membuatnya begitu mual.Akan tetapi dia juga tak makan apa-apa sampai saat ini.Karena makanan yang sebelumnya dibawakan oleh Tias juga tak dimakan oleh Ranti, bahkan tak tersentuh sama sekali.Ranti benar-benar kehilangan selera makanya."Kapan, Niko kembali?" tanya Barra pada sang adik.Ranti pun melihat wajah Kakaknya.Sungguh dia sangat tidak bersemangat sama sekali untuk menjawab pertanyaan itu.Karena pertanyaan menyangkut Niko sungguh membuatnya sangat mudah kesal."Nggak tahu, mungkin nggak pulang, Kak," jawab Ranti dengan tidak bersemangat sama sekali."Kok, ngomongnya begitu?" tanya Tias yang cukup terkejut mendengarnya.Rasanya jawaban Ranti sangat tidak enak untuk didengar, bahkan Tias tak suka pada sikap Ranti pada Niko."Tidak baik bicara seperti itu," kata Barra yang juga tak setuju dengan ucapan Ranti.Karena Barra tahu saat ini Niko pergi k