“Apa kau sekarang sudah lapar ?.” Tanya Alex“Sepertinya iya.” Jawab Alice“Apa kau tau rasa lapar ?. sampai-sampai kau menjawab hal yang tidak pasti.” Ketus Alex.Sabar Alice. kalau bukan kritis bukan Alex Namanya. ~ Batin Alice.“Kau mau makan dimana ?.” Tanya Alex.“Aku mau makan di café Chori-chori.” Jawab Alice dengan sangat excited.“Berhentilah bersikap seperti anak kecil Alice.” Ujar Alex langsung mengarah menuju left.Alice mematung. Benarkah ini laki-laki yang dulu pernah menyiksanya ?. Alice tersenyum manis. Dia Bahagia sekarang penderitaanya berangsur berkurang.Hidup Bersama orang yang tidak kita cintai setidaknya lebih baik dari pada harus tinggal dengan laki-laki yang tidak mencintai kita sekaligus menyakiti hati dan fisik kita.Sesampainya di café Chori-chori Alice langsung memesan Shouffle tiramisu dengan toping red velvet kesukaanya.“Apa aku tidak akan makan makanan yang normal ?.” Tanya Alex“Maksudmu makanan yang aku pilih tidak normal ?.” Alice berbalik tanya pad
Hai Nyonya muda Alice. Kenapa kau selalu sendirian ?. Mau aku temani ?.” Tanya Niko Yang melihat Alice sedang duduk ditaman sambil memang novel yang sedang ia baca.“Kak, kau mengagetkanku saja. Kau sedang meledakku atau apa ?. Kau biasanya memanggilku Alice saja, kenapa sekarang berubah ?.” Tanya Alice.“Tidak Nyonya muda, sekarang tak boleh seperti itu lagi. Tuan Alex sudah melarangku memanggil namamu saja. Kami semua yang ada disini diperintahkan untuk memanggilmu dengan sebutan Nyonya Muda Alice. Termasuk Aku dan Bi Ayem juga harus memanggilmu dengan sebutan itu.” Ucap Niko.“Maka panggil aku Alice saja ketika kau hanya sedang bersamaku saja. karena sekarang tuan Alex mu itu juga sedang tidak ada disini.” Ujar Alice.“Tidak bisa, bagaimana kalau tuan sampai tahu ?.” Tanya Niko“Tuan Alex akan tau saat dirinya tak sengaja mendengar atau sengaja di beri tahu. Kak, Kau yang menemaniku disaat aku sulit. Disaat Tuan Alex belum berubah baik kepadaku seperti sekarang ini. Kau membuat aku
Sesampainya Alice di mansion, terlihat sudah ada mobil Alex terparkir dibagasi mobil depan mansionnya. Dengan sedikit ketakutan Alice memberanikan diri untuk masuk.“Bodoh benget si Liceee.. Kenapa sampai lupa izin sama Tuan Alex.” Umpat Alice dalam hati“Boy tinggalkan aku berdua dengan Alice. Beri tau semua maid untuk jangan melintasi ruangan ini dan jangan sampai mereka menampakkan batang hidung mereka sedikitpun, jika ada yang melanggar maka mereka akan terima akibatnya.” Tegas Alex.“Baik Tuan.” Jawab Boy yang langsung mengundurkan diri dari hadapan Alex dan Alice.“Rupanya ada yang pergi tanpa meminta izin dariku dulu.” Ucap Alex dengan nada dingin.“Aku minta maaf sayang.” Lirih Alice berdiri dihadapan Alex.“Kau lupa apa syarat yang aku ajukan jika kau ingin pergi ?.” Tanya Alex.“Iya aku tau. Seharusnya aku meminta izin terlebih dulu kepadamu.” Jawab Alice“Ya, dan kau tidak meminta izin padaku. Kau harusnya ingat kalau yang seharusnya meminta izin padaku itu kamu, karena kam
Saat Alex melihat Alice yang mulai merebahkan tubuhnya diranjang dengan segera Alex menyusul untuk berbaring disebelah Alice.“Kau tak menghadapku El ?.” Tanya Alex. Sebenarnya Alice ingin menjawab “Untuk apa ? Mereka tak seakrab itu untuk melakukan pillow talk.” Tapi semua kata itu hanya bisa Alice simpan dalam hatinya.Tanpa menjawab pertanyaan Alex. Alice langsung menghadap kearah Alex.“Alice, emm.. Bolehkah aku meminta itu padamu ?.” Tanya Alex dengan sedikit keraguan.Alice bukanlah anak PAUD yang tidak mengerti kata ITU yang dimaksud oleh Alex.”Maaf Sayang. Tapi aku belum siap. Bukankah sudah aku katakan sebelumnya kalau Aku belum sepenuhnya percaya kalau kau sudah berubah. Terlalu singkat jika kau berkata kau sudah mulai menaruh hati padaku lagi pula aku belum bisa menaruhmu dalam hatiku. Lagian jika kita melakukan itu sekarang dan aku hamil apa yang akan aku katakan pada anak kit
Semakin hari hubungan antara Alice dan Alex semakin membaik. Alice terlihat sudah tak canggung lagi saat berada didekat Alex. Terhitung sudah 1 minggu sejak kejadian dimana Alex menyatakan cinta kepada Alice dan bersedia untuk menunggu Alice mencintainya.Hari ini Alex sengaja pulang lebih awal. Ia rela tak makan saat jam makan siang demi menyelesaikan pekerjaanya hari itu dan bisa pulang cepat.Hari ini Ia membelikan buket bunga lily dan souffle favorit Alice.”Selamat sore Nyonya Alice Sandrina Alfonso.” Ujar Alex dengan senyuman gembiranya dan dengan nada manja.”Wow bunga lily dan souffle. Kau membeli souffle ini di Kafe Chori-chori kan ?” Tanya Alice dengan penuh antusias.”Kau lebih senang aku membawa bunga lily dan souffle sampai-sampai kau mengabaikan ucapan selamat sore dari ku ?” Tanya Alex dengan raut wajah kecewa yang dibuat-buat.”Kau tak pantas memasang wajah manjamu itu Tuan Alexander Alfonso. Selamat sore dan terima kasih banyak.” Ucap Alice yang langsung mengambil bu
Pagi hari dengan mata yang masih terpejam Alice meraba-raba tempat dimana Alex biasa tidur. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul Ia merasakan Alex yang sudah tidak ada ditempatnya.”Astaga apakah Aku kesiangan.” Alice Terbangun dengan panik.Dilihatnya jam dinding yang masih menunjukan pukul 05.20.”Huh.. Ini masih pagi, tak mungkin Alex berangkat kekantor pagi-pagi seperti ini lagian dia tidak ada info apapun semalam.” Ujar Alice sedikit keheranan.Alice berjalan kearah kamar mandi, Dia mengetuk pintu kamar mandi dan tidak mendapat jawaban apapun dari dalam sana.Akhirnya Alice memutuskan untuk turun ke lantai satu. "Siapa tau Alex ada di ruangan olahraganya." Fikir AliceBaru saja Alice menginjakkan kakinya di lantai satu Alice dibuat terheran-heran, pasalnya jam segini merupakan jadwal pelayan atau penjaga yang lalu lalang untuk memulai aktivitasnya, entah untuk bersih-bersih atau hanya sekedar memastikan keadaan mansion aman, tapi kali ini Alice tak melihat siapapun.K
Di dalam kamarnya, Alice berdiri di balkon kamarnya. Dia menarik nafasnya dalam-dalam berharap nyeri dihatinya bisa sedikit berkurang.Namun sayang itu tak sedikitpun mengurangi rasa sakit dihatinya. Dipukulnya dada Alice dengan pelan."Bodoh !" Ujar Alice setengah berteriak.Alice merasa gagal menjadi seorang perempuan. Menurutnya tak ada perempuan baik-baik yang ingin merebut pria milik perempuan lain. Pantas saja hingga saat ini dia belum bisa bahagia jika saat ini dirinya justru melukai hati wanita lain.”Apa kau tidak punya hati Alice hingga kau merebut laki-laki milik wanita yang saat ini masih terbaring lemah di rumah sakit. Bahkan saat ini Dia sedang berjuang antara hidup dan mati Alice ! Kau harusnya menyemangatinya Alice bukan merebut miliknya. Kenapa Kau egois sekali Alice ! Kenapa sekarang justru Kau mulai mencitai miliknya bahkan mulai berharap pada milik orang lain Alice.” Alice menjatuhkan dirinya kelantai. Dia terduduk sambil mengutuk dirinya sendiri.”Tuhan Aku lelah.
Satu minggu telah berlalu, Alice mencoba untuk tetap kuat. Dirinya harus bangkit dan tidak boleh kalah dengan keadaan karena Alice percaya Tuhan akan memberikan ending cerita yang indah untuknya.Kini Alice mencoba untuk melupakan semua itu. Alice harus tetap seperti biasanya. Alice tak mau kalau Alex sampai tau kalau Alice sudah mengetahui semuanya.”Pagi Bi Ayem. Bagaimana kabar Bibi sekarang ?” Tanya Alice.”Astaga Non Alice, sudah berapa kali Non Alice ini bertanya seperti itu pada saya ? Bahkan sudah seminggu ini Non Alice tidak pernah absen menanyakan hal itu ke saya. Saya udah sehat Non bahkan sangat sehat. ” Jawab Bi Ayem.”Hehehe, masa si Bi. Kan Aku hanya ingin memastikan saja Bi. Aku tidak mau kalau nantinya Bibi jatuh sakit lagi.” Ucap Alice.”Bilang aja Non Alice khawatir tidak ada yang membantu berkebun dan merawat bunga lily milik Non kan kalau Bibi sakit lagi.” Ucap Bi Ayem sambil bercanda.”Hahaha. Ternyata Kau sangat mengenalku Bi.” Jawab Alice.Dari kejauhan Alex te