"Temui aku di ruanganku, sekarang!"
Usai bicara, Adipati langsung menutup telepon mejanya.Tidak lama kemudian seseorang mengetuk pintu ruangannya."Masuk!"Glek.Arjuna muncul dari balik pintu. Ia memasuki ruangan sang CEO yang dingin seperti penghuninya."Selamat pagi, Tuan," sapa Arjuna memberi salam pada bosnya."Duduklah." Adipati tidak suka basa basi, ia langsung mempersilahkannya untuk duduk.Mereka saling menatap sejenak. Arjuna hanya menunggu sampai bosnya membuka percakapan lebih dahulu.Sedangkan Adipati masih menelisik wajah pria di hadapannya, memastikan apakah dia benar-benar tidak main-main dengan keputusannya."Katakan padaku, mengapa kau mengundurkan diri? Apakah karena masalah kemarin?" Adipati mulai menginterogasi Arjuna dengan tatapan yang dingin.Pria itu mengulas senyum. "Apa saya tampak sepecundang itu, Tuan?"Tentu saja alasan murahan tidak akan mengha"Tempat apa itu, Paman?"Terdengar Adipati terkekeh disana. "Kau sudah menikah, Sayang. Seharusnya kau tahu apa maksudku.""Baiklah, kalau begitu aku akan menutup panggilannya."Pikiran Sarah sudah berlari jauh setelah mendengar kata-kata kenikmatan yang suaminya ucap tadi. Sarah pun menutup panggilannya. Sarah kembali mengingat kalimat dalam pesan yang orang asing kirim kepadanya. Karena dia memutuskan untuk tidak memberitahu sang suami. Dia harus memberi semangat pada dirinya sendiri agar tetap tenang."Ayolah Sarah, itu bukan sesuatu hal yang harus kau pikirkan. Anggap saja pesan tersebut adalah pesan yang salah kirim, dan kebetulan namanya sama," ucap Sarah meyakinkan dirinya sendiri.Sarah berusaha mengatur napasnya. Menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan. Ia melakukan berulang hingga dirinya mulai tenang.Setelah itu dia pun beranjak mengambil air mineral yang tersedia di gelas diatas mejanya.Diteguknya air di dalam satu gelas berukuran besar itu seketika. Berhara
Adipati menyematkan sebuah cincin bertahta berlian ukuran satu carat di jari manis istrinya.Keduanya saling menatap dan tersenyum tidak henti-hentinya. "Terima kasih sayang."Drrrt.Adipati meraih ponselnya. Sebuah pesan dari Anna tampak terbaca dari layar. [Aku ingin bertemu untuk membahas masalah perceraian kita.]Adipati lalu menyingkirkan ponselnya kembali. "Siapa, Paman?""Anna," jawabnya singkat.Sarah mengangkat kedua alisnya. "Anna? Apa dia mencarimu? Kalau begitu kau bisa menemuinya, Paman. Mungkin dia memiliki hal penting untuk dikatakan."Adipati beranjak dari kursinya, "Ikutlah denganku.""Kemana, Paman?""Menemui Anna. Seperti yang kau katakan, mungkin dia ada sesuatu yang ingin dikatakan.""Tapi, bagaimana jika Anna tidak menyukai kehadiranku." Sarah masih memiliki sedikit rasa cemas setelah kejadian itu. Ia takut jika Anna masih memiliki dendam yang belum tuntas padanya."Tenanglah, dia tidak akan berani melakukan apapun padamu."Sarah menurut. Ia hanya mengikuti lan
"Romi!" panggil Adipati pada Romi yang dari tadi hanya diam menyaksikan pertikain mereka.Romi yang berdiri dibelakang kedua tuannya pun maju ke samping Adipati. Ia menyerahkan sebuah amplop pada tuannya.Adipati mengambilnya, lalu membuka bungkus amplop tersebut. Sebuah dokumen perceraian yang sama seperti yang telah Anna robek.Itu membuat Anna sedikit terkejut. "Aku tidak akan menandatanganinya," kukuh Anna.Drrrt. Tiba-tiba ponsel Romi berdering. Ia pun langsung merogoh sakunya mengambil ponsel dan menerima panggilan itu."Selamat sore," sapanya hormat."Baik." Romi mengakhiri panggilan itu. "Maaf saya memiliki hal yang harus disampaikan," ucap Romi yang seketika merebut pandangan semua orang."Saat ini Tuan Dharmawangsa sedang meeting dengan para rekannya, dan berencana untuk mengambil kembali semua modal dan keuntungan dari PT. Andalas Permata."Deg! Andre tampak sangat terkejut dengan berita yang barusan Romi sampaikan. 'Si Tua itu rupanya sudah melangkah sangat jauh. Kuran
"Tolong jangan marah lagi." Bujuk Adipati sembari mendaratkan kecupan mesra di leher Sarah. Membuat Sarah mengerjapkan mata dan memunculkan perasaan gemuruh di dadanya.Napas Sarah yang tersengal menahan amarah sekaligus gairah membuat kedua gunung di dadanya terlihat naik turun dengan jelas."Paman, cukup. Aku ingin tidur," tolak Sarah kesal."Aku ingin mencumbu mu malam ini."Sekali lagi Sarah berusaha untuk memberontak. Namun Adipati terlalu kuat untuk dilawan.Sarah memejamkan mata merasakan jemari Adipati yang sudah menjelajahinya dengan liar. "Umh," lenguh Sarah yang tak bisa berkutik."Jangan melawan. Aku tidak suka ditolak," bisiknya lirih. Lantas Adipati menggendong tubuh Sarah menaiki tangga menuju lantai dua.Adipati membaringkan tubuh Sarah ke atas ranjang. Gairah Adipati sudah membuncah. Ia menyibakkan gaun malam Sarah. Tampak milik Sarah yang terlihat ranum sangat menggoda. Sontak Adipati menenggelamkan wajahnya di antara dua paha sang istri. Membuat Sarah menggelinja
Segera, Sarah keluar dari rumah sakit dan memasuki taksi online yang telah dipesannya.Sebenarnya Sarah sedikit enggan pergi menemui Anna sendirian. Apalagi ia tidak menceritakan tentang pertemuannya ini pada Adipati.Anna memintanya untuk tidak mengatakan apapun pada suaminya. Menurutnya, ini adalah pembicaraan antara wanita, dan ia malu jika suaminya mengetahuinya.Polosnya Sarah, ia pun menuruti permintaannya.Sarah membuka pintu kafe, ia berhenti sekejap dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang. Tiba-tiba perhatiannya tertuju pada sosok perempuan yang sangat cantik melambaikan tangannya. Ya, itu adalah Anna.Sarah menghela napasnya dalam untuk memantapkan langkahnya. Lalu dia mengulas senyum membalas lambaian Anna."Hai, Anna," sapa Sarah sedikit gugup."Halo, Sarah. Senang kau mau bertemu denganku." Anna langsung berdiri dan memeluk Sarah, lalu mencium pipi kanan dan kirinya sebagai bentuk sapaan akrab seorang sahabat. Perilaku Anna yang tiba-tiba berubah itu membuat Sara
"Kau yang berkata mau bersahabat denganku. Bukankah arti persahabatan adalah jika satu orang merasakan sakit, maka seorang lainnya harus bersimpati dan merasakan sakit juga?" ucap Anna dengan tersenyum miring.Anna sedang berdiri di dekat Sarah. Ia diam sekejap menatap tubuh Sarah yang terkapar setengah keluar dari badan mobil karena pintu yang terbuka. "Pergilah ke surga, sahabatku."Anna melambaikan tangannya, lalu meninggalkan tempat kejadian setelahnya. "Bye, Sarah."Mobil sedan hitam yang tadi menghantam Sarah turut pergi mengikuti Anna.****Glek.Maya dan Dharmawangsa sontak menatap pintu ruang rawat Sarah ketika Adipati membukanya. Adipati berjalan cepat menghampiri tempat tidur Sarah. Wajahnya sangat cemas melihat keadaan sang istri yang tidak sadarkan diri dengan perban di kepalanya. Dan tampak luka goresan di wajahnya yang terkena pecahan kaca mobil."Bu, apa kata dokter?" "Dokter mengatakan, Sarah sedang berjuang melewati masa kritisnya," jawab Maya yang juga turut mer
"Oh, Sarah. Putri Ibu!" seru Layla ketika melihat putri kesayangannya terbaring tidak sadarkan diri. Layla mendekatinya, dan duduk di samping tempat tidur Sarah. Pilu sekali hatinya mendapati keadaan Sarah yang dikelilingi tabung oksigen dan juga alat bantu lainnya.Layla menggenggam jemari putrinya, dan memejamkan mata untuk memanjatkan doa agar Sarah segera diberikan kesadaran."Ibu, aku mohon maaf padamu dan juga Paman," ucap Adipati lesu. "Apakah pelakunya sudah ditemukan?" tanya Ali."Belum, Paman. Menurut informasi, pelakunya mungkin orang yang sangat terlatih untuk pekerjaan ini.""Apa maksudmu, Nak?" tanya Layla yang turut geram mendengar informasi tersebut. "Apa maksudmu, ada orang yang sengaja ingin membunuh putriku, begitu?"Layla berbalik badan dan menatap menantunya tajam. Menurut Layla, seharusnya putrinya tidak terlibat dalam masalah apapun. "Sarah hanya perempuan dari kampung, Nak. Dia sama sekali tidak memiliki musuh. Bahkan teman pun sepertinya dia tidak punya. Se
Pria itu mencoba tenang menghadapi Layla yang sedang mencurigai nya. "Apa maksud Anda, Nyonya? Saya dokter yang menangani putri Anda.Tangan pria itu telah bersiap menyuntikkan sebuah cairan ke kantong infus milik Sarah.Layla segera menampik tangan pria itu sambil berteriak, "Kau dokter gadungan. Pergi kau! Tolong,,,, tolong,,,,Kakak bangunlah!"Pria itu langsung panik, sehingga pergi meninggalkan jarum suntik yang masih berisi cairan tersebut yang jatuh ke lantai."Ada apa?" bentak Ali yang terkaget dari tidurnya.Pria tadi kabur secepat kilat, keluar dari pintu ruang rawat tersebut. Melihat Layla yang masih panik dan berusaha mengejar hingga ke depan pintu yang terbuka, Ali segera menghampiri setengah berlari."Layla, ada apa ini?""Tadi ada dokter gadungan yang akan mencelakai Sarah, kak.""Mana dia?" Ali langsung berlari melihat keluar ruangan. Namun ia tak dapat melihat orang lain kecuali seorang dokter dan perawat yang sedang berlari di lorong menuju ke arah mereka."Tuan, kam