“Jangan bicara sembarangan! jika sampai itu terjadi aku akan tertawa dan membiarkanmu mati tenggelam betulan,”ketus Jiwa.“Tapi, bagaimana jika kamu yang jatuh cinta padaku lebih dulu?” tantang Ayuda.“Aku akan melompat dari rooftop gedung RG Group.”“Bagus, setidaknya Wangi akan menjadi janda dan aku akan tertawa di atas kuburanmu.”Jiwa bergidik ngeri mendengar ucapan Ayuda. Ia menjauhkan badan setelah mengancam istri ke duanya itu. “Dengar dan ingat ini! Aku tidak segan membunuh orang.”Ayuda terbeku, dia membiarkan Jiwa pergi dari kamar setelah membanting pintu. Tangannya mengepal di sisi badan. Dadanya seperti terbakar, dia pun tersenyum sinis, bersiap membuat kekacauan yang lebih parah dari ini.__Wangi diam di dalam mobil van mewah yang membawanya pulang ke rumah pagi-pagi. Semalaman dia sibuk shuting, sedangkan sang manager sibuk menjawab pertanyaan wartawan, juga klien yang menggunakan jasanya sebagai brand ambassador.“Bagaimana hal ini bisa terjadi? siapa Ayudara Affandi,
Saat Linda sampai di dapur, wanita itu melihat Ayuda baru saja melepas celemek dan tersenyum puas. Ayuda ternyata tidak memasak seperti apa yang sedang dia bayangkan, untuk semua keluarga. Menantunya itu hanya membuat sarapan untuk dirinya sendiri.Mendapati sang mertua yang mematung di dekat pintu dapur, Ayuda pun mengerutkan dahi. Bibirnya tak sungkan menyindir Linda. Ia berkata,”Ada angin apa Ibu Suri masuk dapur?”Terang saja Linda kesal, giginya bergemerutuk karena sindiran sang mantu barusan. Ayuda mengangkat piring berisi omelet dengan salad buatannya. Berjalan melenggok dan berhenti tepat di depan Linda.“Kamu pasti sudah melihat berita. Semua ini rencana busukmu ‘kan?” Linda langsung menuduh, tak peduli ada telinga pembantu yang mendengar ucapan itu.“Berita apa? aku bahkan tidak memiliki televisi di kamar, bagaimana bisa aku melihat berita?” jawab Ayuda. Ia lewati Linda menuju meja makan dan wanita itu mengeram sambil meremas udara di depan mukanya.Ayuda meletakkan piring d
Jiwa bermanuver ke kiri, dia menginjak pedal rem dalam-dalam untuk membuat mobilnya berhenti. Ia kesal karena Ayuda sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Istrinya itu menatap ke depan dengan sorot mata benci. Hingga Jiwa memiringkan badan, memaksa Ayuda menoleh padanya dan langsung mencium bibir wanita itu dengan brutal.Ayuda pun melotot, tangannya memukul dada dan berusaha mendorong tubuh Jiwa tapi pria itu lebih dulu menguncinya. Jiwa melumat bibir atas dan bawah Ayuda bergantian, dia bahkan menelusupkan lidah menggelitiki rongga mulut istri mudanya itu sebelum membelit lidah Ayuda. Tak tinggal diam, Ayuda masih terus memberontak sampai Jiwa berhenti dan melepaskan tautan bibir mereka.“Apa kamu sudah tidak waras?”Ayuda mengusap bibirnya dengan punggung tangan, begitu juga dengan Jiwa. Pria itu menggunakan ibu jarinya untuk mengusap bibir.“Menakutimu dengan berkata ingin membunuh sepertinya tidak mempan, tapi cara ini sepertinya berhasil,” sindir Jiwa. “Bukankah kamu takut?”
Jiwa kaget mendapati Aldi sudah ada di luar sisi pintu Ayuda. Ia menjauhkan bibir, tapi Ayuda malah ingin memakasanya lagi. Pria itu pun sadar dengan kemungkinan apa yang baru saja terjadi, hingga menatap Ayuda penuh kemarahan.“Apa kamu meminta asistenmu datang?” tanya Jiwa tak percaya.“Meminta? Apa kamu lihat aku memakai ponselku?” balas Ayuda.Jiwa pun mengeram, selain Ayuda licik ternyata wanita itu didukung oleh asisten yang cerdik. Jiwa semakin tak bisa berkata-kata, saat melihat beberapa pria dengan kamera mendekat ke mobilnya.“Sial, apa dia juga memanggil wartawan?”Ayuda mengedikkan bahu, membuat Jiwa semakin geram. Wartawan-wartawan itu semakin mendekat, membuat Jiwa memutuskan mengambil langkah seribu. Ia memundurkan mobil sebelum melesat melaju dengan kecepatan tinggi.“Apa kamu kabur? Ternyata kamu takut pada wartawan?” sindir Ayuda. Ia tertawa puas karena sudah memporak-porandakan suasana hati Jiwa di pagi hari. “Kenapa tidak menurunkan saja aku, kamu bisa meninggalkan
Wangi takut, akhirnya dia memilih untuk mengundur acara konferensi pers dengan alasan kesehatan. Audy yang mendengar kabar dadakan dari Wangi dibuat pusing tujuh keliling. Hendak marah pun Audy tak bisa, karena semua keputusan ada di tangan artisnya. Sementara itu, Ayuda masih saja duduk manis di lobi anak perusahaan Jiwa, sampai seseorang berdehem tepat di sampingnya. Ayuda mendongak, dia kaget melihat Aldi berdiri tegak dengan tangan memegang pergelangan tangan kiri.“Nona, kenapa tidak membalas pesan saya?” tanya Aldi sambil menatap ponsel di tangan sang atasan.Ayuda pun tak enak hati, dia sadar Aldi mengiriminya pesan dua kali, tapi dia lebih memilih untuk membalas komentar penggemar wangi di sosial medianya. Ayuda pun meminta maaf, setelah itu bertanya kenapa asistennya itu bisa sampai ke sana.“Bagaimana bi …”Belum juga menyelesaikan kalimatnya, mulut Ayuda terbungkam karena Aldi menunjukkan ponsel miliknya, sebuah aplikasi dipasang pria itu agar bisa melacak keberadaan Ayud
Aldi hanya tertawa mendengar ocehan Ayuda, ternyata gadis itu lucu. Tak ingin konsentrasinya terpecah, Aldi pun kembali fokus, membelah jalanan untuk menuju ke kantor.Sesampainya di sana, baik Ayuda dan Aldi sama-sama kaget. Affandi sudah menunggu di ruangan sang putri. Ia merasa rindu, karena Ayuda sama sekali tidak memberi kabar. Seekor kucing nampak berada di pangkuan Affandi. Kucing itu adalah kucing kesayangan Ayuda, dia meminta orang mengantarnya langsung ke Indonesia karena yakin putrinya pasti akan sangat senang dan berterima kasih kepadanya.“Arca sayangku!”Benar saja, bukannya menyambut dan menyapa Affandi, Ayuda langsung mengambil kucing kesayangannya dari pangkuan sang papa. Gadis itu bahkan memeluk mahkluk berbulu itu sambil menciuminya.“Apa kabar kamu Arca? kamu baik-baik saja ‘kan?”Aldi beradu pandang dengan Hari, dia tak menyangka Ayuda yang galak akan semanis itu memeperlakukan kucing. Ia bahkan menimang kucing bernama Arca itu layaknya bayi.“Apa setiap hari kamu
Kilat kamera membuat mata Ayuda silau, dia kaget karena banyak wartawan yang sudah menunggu di depan gedung Affa Konstruksi. Aldi bahkan harus meminta bantuan bodyguard dari jasa keamanan yang pernah menaunginya dulu. Padahal saat tadi Affandi pergi, lobi nampak sepi. Tak ada tanda-tanda kerumunan seperti ini, hingga beberapa jam yang lalu, satpam mengabari bahwa banyak pencari berita yang menunggu Ayuda.Gosip tak bisa dibendung, pernikahan antara Ayuda dan Jiwa sudah tersiar di seluruh negeri, dan ini memang yang Ayuda inginkan.“Maaf, saya belum bisa memberi penjelasan. Maaf ya!”Ayuda berjalan membelah kerumunan, hingga tertawa saat mobil yang dikemudikan Aldi menjauh.“Al, apa aku sudah cocok menjadi artis,”gurau Ayuda. “Cih … bagaimana bisa Wangi membanggakan pekerjaannya, dia bahkan tidak memiliki privasi. Hidupnya dibayang-bayangi oleh pemikiran dan komentar orang lain.Aldi tak menjawab, pria itu hanya diam sampai tiba-tiba sebuah pemikiran melintas di dalam benaknya. “Nona,
“Mas, ini nggak bisa dibiarkan. Perempuan itu sudah buat aku seharian pusing, bahkan Mama kesal.”Jiwa melepas dasinya dengan kasar. Baru saja menginjakkan kaki di kamar, bukannya sapaan ramah tapi malah aduan yang dia dengar. Pria itu tak menjawab, memilih melepas kemeja dan melemparnya ke keranjang cucian dengan kasar.“Mas jiwa,”panggil Wangi.Ia sadar suaminya tidak dalam suasana hati yang baik. Tidak ada satu orang pun yang memiliki suasana hati baik sejak Ayuda menginjakkan kaki di istana Ramahadi. Wangi dan Jiwa bahkan terlambat untuk makan malam bersama karena malas bertemu dengan Ayuda.Namun, saat sudah berada di ruang makan. Mereka terkejut karena tak menemukan sosok Ayuda di sana, bahkan Raga juga tak nempak batang hidungnya. Padahal jelas Jiwa tadi melihat sang adik pulang.Bersikap tak peduli, Jiwa duduk dan membiarkan pembantu melayaninya makan. Ia melirik Linda yang memasang muka masam. Suasana rumah itu sangat mencekam.“Di mana Raga?” tanya Jiwa sambil meraih alat ma