“Maaf sudah membuat Anda berdua menunggu.” Nic hendak bicara lagi, tapi guru Kala lebih dulu masuk dan menyapa. Wanita yang masih terlihat sangat muda itu meminta Kala masuk ke kelas lebih dulu, setelah itu duduk di depan Nic dan Cloud. Ia mulai menjelaskan masalah apa sampai mereka diminta datang ke sekolah. Ketiganya tak terlalu lama berdiskusi, karena guru Kala tahu kalau Nic dan Cloud pasti sangat sibuk. “Kamu harus berhenti membuat Kala bekerja, aku akan membayar semua kompensasi dari kontrak yang sudah ditandatangani,” ucap Nic yang berjalan di belakang Cloud. Mendengar itu Cloud pun menoleh, tatapannya dingin dan untuk sesaat berhasil membuat Nic kaget. “Bicara sendiri ke Kala! Dia sudah cukup pandai mengambil keputusan. Jika hanya untuk kompensasi kontrak, aku juga bisa membayarnya. Kamu pikir aku miskin?” Cloud berpaling setelah mengucapkan kalimat itu. Inilah sosok dirinya yang hilang lima tahun lalu. Nic tersenyum getir merasa seperti de javu. Melihat Cloud saat ini sep
Amara menangis dan memeluk pinggang Nic, tapi pria itu bergeming bahkan tak balas memeluk atau sekadar menenangkan.“Papaku ingin menjodohkanku, bagaimana ini? Jika dia tahu aku sudah tidak perawan, maka pasti aku akan dikuliti hidup-hidup,” ucap Amara sambil mencoba menghentikan tangisannya.Bukannya bersimpati, Nic malah menjawab tanpa perasaan. “Bukan aku yang merenggut keperawananmu.”Amara tersentak, dia menjauhkan badan dan melepaskan pelukannya ke Nic dengan kasar. Matanya menatap nyalang Nic dengan dada naik turun menahan amarah.“Apa yang kamu bilang? Tapi kita sudah berkali-kali tidur bersama.”“Tapi tetap saja bukan aku yang membuatmu menjadi tidak perawan.” Nic menjawab sangat enteng tanpa simpati dan empati.“Kamu benar-benar brengsek Nic!” Teriak Amara frustasi dan kembali memukuli dada Nic bertubi-tubi.Nic hanya diam membiarkan Amara puas dengan emosinya, setelah itu dia menahan tangan Amara, mengatakan ke wanita itu untuk berhenti bersikap seperti anak kecil.“Selama
Dentuman musik di klub malam itu terdengar memekakkan telinga. Nic duduk bersandar pada sofa sambil menenggak minuman dari gelas kristal di tangannya. Matanya menatap para wanita berpakaian mini yang sedang meliukkan tubuh di atas lantai dansa. Ia kesal, lebih tepatnya frustasi saat tahu bahwa Aditya adalah kaki tangan Doni. Nic tak menyangka selama ini Aditya yang dia percayai selalu melaporkan hal-hal yang dia rencanakan ke sang paman. Doni begitu licik sampai membuatnya benci ke Skala yang sama sekali tak ada hubungannya dengan kematian sang papa. Nic menempuh cara kasar, dia menyekap Aditya dan memukuli pria itu agar mau menjawab pertanyaannya dengan jujur. “Sejak kapan kamu bekerja dengan pamanku?” “Sejak lama, bahkan sebelum Anda dekat dengannya,”jawab Aditya. “Aku tidak percaya kalian selicik ini,” ucap Nic dengan sebelah kaki menginjak dada orang kepercayaannya itu. “Kenapa paman melakukan ini?” “Saya tidak ta … “Aditya tercekat, dadanya terasa nyeri karena Nic semakin me
Setelah bertemu Kala, Nic sama sekali tak bisa fokus bekerja. Untuk memeriksa berkas dengan benar saja dia tidak mampu. Bahkan hanya sekadar tanda tangan Nic beberapa kali salah sampai Rio harus mencetak dokumen berulang-ulang."Pak buk ...." Rio mengatupkan bibir saat Nic lagi-lagi salah membubuhkan tanda tangan. "Bukan di situ, Pak!"Rio ikut frustasi, padahal bagian tanda tangan Nic sudah dia beri tanda dengan selembar sticky note, tapi atasannya itu malah menggoreskan tinta ke bagian yang bermaterai."Ah .... maaf!"Ucapan Nic membuat Rio tersentak kaget, bukan karena cara bicara Nic saja yang terdengar lebih lembut, tapi pria itu juga mengucapkan kata maaf."Tidak apa-apa, Pak. Saya akan mencetaknya lagi," ujar Rio. "Tapi Anda sepertinya sedikit tidak fokus sejak pagi, apa Anda mengantuk? Mau saya buatkan kopi lagi?"Nic menggeleng, dia mengucapkan terima kasih dan lagi-lagi membuat Rio heran. "Tidak usah, kamu bisa keluar dan memperbaiki berkas ini, biarkan aku istirahat lima be
Melihat Nina terbatuk-batuk Cloud pun sadar kalau manager putranya dan sekretaris Nic itu memiliki hubungan. Cloud pun memicingkan mata, curiga bagaimana bisa Nina mengenal Rio."Sejak kapan?""Uhuk ..." Nina kembali terbatuk karena minuman soda — yang terasa menggelitik di tenggorokannya hampir keluar lagi. Cloud tersenyum-senyum menggoda dan membuat Nina semakin salah tingkah. Ia tahu gadis itu beberapa kali bertemu dengan Rio, tapi tidak sampai berpikir akan memiliki rasa dan jatuh cinta."Tidak apa-apa, kita manusia memang tidak akan pernah tahu ke mana cinta akan berlabuh. Nikmati momen-momen kasmaranmu itu, sebelum perselisihan terjadi dan saling marah-marahan," ucap Cloud."Kakak!" "Aku memberikan nasihat yang tulus sebagai senior." Cloud merasa jemawa. Kapan lagi dia bisa menggoda perawan seperti Nina.Nina pun tampak malu, pipinya menjadi semerah tomat dan dia buru-buru menghabiskan burger miliknya. "Sudah kakak tanda tangan cepat!" Pinta Nina."Nanti, aku masih makan," ja
"Data berapa mobil yang tidak bisa diselamatkan, dan tidak perlu sampaikan ke publik kerugian yang kita alami."Nic tampak pasrah, dia tak habis pikir bagaimana bisa gudang miliknya yang sudah memiliki sistem keamanan yang mumpuni bisa terbakar dengan mudah. Setelah mendapat kabar tentang musibah itu, Nic langsung memutuskan menelepon Nina untuk menjemput Kala. Ia tidak mungkin membiarkan putranya melihat dia terpuruk dan pasti akan terabaikan karena dia sibuk mengurus ini itu.Setelah melihat kondisi gudang perusahaannya, kini Nic berada di ruang kerja. Ia sengaja hanya menghidupkan lampu meja dan duduk diam tanpa melakukan apa-apa. Nic juga memilih mematikan ponsel, dia terlalu malas mendapat panggilan dari orang-orang — yang sudah pasti akan memberinya pertanyaan sama. Nic merasa terpukul. Ia sampai membenturkan kening ke meja, masih mencoba memungkiri apa yang baru saja terjadi.Di sisi lain, Cloud tak bisa tidur. Wanita itu tampak berdiri di balkon sambil melamun, dia dibuat kaget
"Ada banyak wartawan di luar, kami bingung nyah. Tuan tidak mengangkat panggilan."Cloud tahu semua pembantu pasti panik, karena belum pernah mengalami hal seperti ini. Ia mencoba menenangkan dengan mengatakan Nic pasti baik-baik saja. "Mbok tenang saja! Beri tahu yang lain, tidak usah keluar dan tidak perlu menjawab pertanyaan tentang kejadian yang menimpa Nic, kita tunggu saja dia memberi keterangan sendiri."Mbok Cicih pun merasa tenang setelah mendengar jawaban dari sang nyonya. Cloud pun memilih menutup panggilan itu dan membuat diam nada deringnya. Sekuat tenaga dia tidak ingin memikirkan bagaimana kondisi Nic sekarang. Cloud yakin pria itu pasti saat ini berada di apartemen bersama Amara.Berita tentang ludesnya gudang berisi ratusan mobil itu masih saja menjadi topik utama. Pagi buta Cloud diam-diam menyalakan televisi ruang tengah hanya untuk melihat kemajuan berita itu. Ia tidak bisa tidur nyenyak semalaman dan akhirnya turun ke bawah untuk menonton televisi sambil rebahan d
Mbok Cicih nampak prihatin melihat kondisi Nic. Menurutnya ini jauh lebih buruk dari kondisi tuannya saat pulang sehabis mabuk-mabukan. Sama seperti saat diserbu wartawan di depan perusahaan. Nic juga harus dibuat kepayahan masuk ke dalam rumahnya sendiri tadi. Pria itu memandang datar mbok Cicih yang menatapnya iba. “Tuan mau saya buatkan sarapan?” “Apa yang akan Mbok buat agar aku berselera? Aku benar-benar tidak punya nafsu makan,”jawab Nic. “Saya akan membuat sesuatu, Tuan bisa istirahat di kamar nanti saya antar.” Mbok Cicih dalam hati ragu, mungkinkah Nic akan menerima tawarannya itu. Namun, tak disangka sang tuan menganggukkan kepala, Nic bahkan mengucapkan terima kasih, dan bukannya bergegas ke dapur, mbok Cicih malah memandangi Nic yang seperti tak memiliki tenaga menaiki anak tangga. Wanita paruh baya itu ternyata ingin memastikan Nic sampai di atas lebih dulu, sebelum memutar tumit menuju dapur. “Tuan mau sarapan apa Mbok?” Atik yang mendengar perbincangan antara mbok