"Astaga, suara apa itu?"
Diri yang semula sudah terpejam mau tidak mau Celine kembali keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi.Dari lantai atas dia memandang ke bawah dan mendapati pecahan botol miras tersebar berantakan di atas lantai."Astaga, Tuan Zack!" Tanpa ragu Celine menuruti tangga dari lantai atas, dan saat itu juga Zack spontan menoleh ke arahnya.Dia tersenyum sendiri melihat Celine yang menuruni tangga."Tuan, apa yang Tuan lakukan? Mari biar aku bantu kau masuk ke dalam.""Mau apa kau kemari, wanita jalang! Aku bisa sendiri. Aku tak butuh bantuannya!" gumamnya dengan suara khas orang yang lagi mabuk.Kendati demikian, Celine tetap mendekat dan memapah tubuh sempoyongan itu masuk ke dalam kamar."Awas, hati-hati, Tuan. Upas!" Susah payah Celine membantu Zack naik ke atas kasur dan membaringkannya.Melepas sepatunya, jaketnya dan ...kini pakaian Zack sudah tergantikan dengan yang bersih"Hari ini aku akan ke rumah sakit. Katakan pada Celine nanti setalah dia pulang, suruh dia menyusul-ku ke sana.""Oh, baik, Tuan. Saya akan sampaikan pesan ini pada Nyonya muda." Zack mengangguk.Tanpa menunggu waktu lama Zack segera di rumah sakit. Dimana kedua adiknya itu duduk bersama, wajah mereka terlihat pucat setelah semalaman begadang."Kalian pulanglah. Biar aku yang jaga di sini.""Kak Zack serius?" tanya Granella begitu senang. Lagi-lagi Zack mengangguk."Ayok, Kak, kita pulang sekarang. Aku sudah tidak sabar ingin mandi. Tubuhku sudah sangat bau." Granella menarik tangan Marcel dan mengajaknya pulang saat itu juga.Sementara Zack masuk ke dalam dan duduk di kursi samping dimana Veronica terbaring.Zack terus memandangi wanita yang kini terbaring lemah dengan mulut menganga terpasang selang yang masuk ke dalam mulutnya.Zack menelungkupkan wajahnya ke telapak tangannya sendiri sambil memejamkan mata.
Zack kembali menyusul Celine ke dalam. Dia mendengar sendiri bagaimana tulusnya wanita ini terhadap Mamanya.Mengajaknya bicara walau tanpa respon dari mamanya sekalipun, Celine tidak putus asa.Wanita itu tampak duduk di samping Veronica terbaring sambil menggenggam tangannya, perlahan Zack menghampirinya."Apakah ada kemajuan dari Ibu, Tuan?" tanya Celine tanpa menolehkan pandangannya dari Veronica."Belum. Mama masih sama seperti sekarang ini.""Astaga!" Celine memikirkan hal buruk yang dokter Bardo katakan.Sepertinya yang dia katakan itu benar, jika dalam satu Minggu Veronica belum juga sadar, maka semua alat bantu akan di lepas yang berarti menandakan kalau Veronica telah tiada.Selama ini mereka harap-harap cemas menunggu kesadaran dari wanita paruh baya ini."Em, Tuan. Aku mau bicara denganmu!"Tanpa sadar Celine berani menggandeng tangan Zack dan tidak ada penolakan darinya, Zack mengikuti kema
Pagi harinya Celine menguak sambil mengulur tubuhnya yang terasa pegal. Dia tidak menyadari kalau semalaman tidur di atas dada bidang suaminya.Setelah sadar dan melihat siapa yang tidur bersamanya, Celine spontan berteriak."Aarrgghh!"Teriakan itu spontan membangunkan Zack dari tidurnya."Astaga, apa yang kau lakukan! Kenapa kau suka sekali berteriak.""Ma-maaf, Tuan." Saat itu juga Zack tersadar, dia pun melongo, mengingat-ingat apa yang sudah dia lakukan semalam dengan wanita ini."Aku tidak apa-apakan dirimu, bukan?" Celine mengerutkan alisnya. Jika memang Zack melakukan itu padanya, lantas kenapa? Bukan kah status mereka kini suami istri?"Nggak. Nggak, Tuan. Aku baik-baik saja. Astaga, aku sudah terlambat sekarang." Secepat mungkin Celine masuk ke dalam kamar mandi.Waktu yang semakin mepet membuat dia buru-buru. Di saat Celine keluar dari kamar mandi, tiba-tiba ...Slarak!Bruk!
"Syukurlah, sidang skripsi sudah selesai,sekarang tingga nunggu bagaimana hasilnya. Semoga aja hasilnya bisa membuat aku senang." Sambil berjalan pulang Celine berbicara sendiri. Dan ketika dia sampai di halaman kampus, Leo sudah menunggu duduk di atas motornya.Sengaja pemuda itu menunggu untuk menanyakan sesuatu atas informasi yang dia dapatkan dari luar."Leo, sedang apa kau di sini?""Menunggumu. Ada yang mau aku bicarakan denganmu." Suara bas itu terdengar sangat serius.Sambil bertanya-tanya dalam hati Celine naik ke boncengan belakang Leo. Celine mulai curiga. "Jangan-jangan Leo sudah tau semuanya."Pemuda itu membawa Celine ke suatu taman kota, duduk di tengah-tengah taman tersebut."Kau mau menanyakan apa, Le?""Ada hubungan apa antara kau dan Zackly Welyoston?"Sungguh tidak Celine sangka kalau ternyata Leo mengenal Zack. Padahal selama ini dia menyembunyikan statusnya hanya agar Leo tidak me
"Kau mau dia mati?" Suara Marcel dari belakang spontan membuat Celine membuka matanya lebar-lebar."Bukan urusanmu! Pergi kau dari sini!" Marcel dengan santainya tersenyum sambil menghisap rokok yang dia nyalakan."Ya sudah! Itu urusanmu. Yang terpenting aku sudah memperingatkan, jika dia mati kau sendiri yang akan menyesali." Saat itu juga Zack melepas genggaman tangannya.Celine spontan terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya yang terasa sakit.Kuku yang turut mencengkeram menggores kulit mulusnya hingga tampak bercak mengeluarkan sedikit darah.Marcel menggerakkan kepalanya memberi kode agar Celine segera masuk ke dalam.Celine mengetahui apa makna gerakan itu pun secepat mungkin pergi dari hadapan mereka."Satu persatu orang yang dekat denganmu akan menjauh jika sikapmu terus seperti ini." Puas mengatakan itu, Marcel pergi dari hadapan kakaknya. Menghampiri Celine yang masih terlihat takut."Apa kau tidak a
"Siapa yang menelepon-mu, Cel?""Pak Dirga, Managerku di Paris. Dia menanyakan kapan aku kembali, karena banyak pekerjaan yang membutuhkan turun tanganku."Celine tau posisi Marcel saat ini, dia bingung meninggalkan pekerjaannya di sana, sedang di sini Veronica tak kunjung sadar. Mana mungkin dia kembali dalam kondisi mamanya yang seperti sekarang ini."Aku tau kecemasanmu, Cel. Kau pasti pusing menentukan pilihan. Tapi sebaiknya kau tunggu, paling tidak sampai Ibu membuka matanya." Marcel mengangguk."Ibu belum puas melihatmu, putra kebanggaannya. Dia akan sangat bahagia jika pada saat membuka mata, kau berada di sampingnya.""Aku tau itu, Kakak ipar. Makanya aku suruh Pak Dirga untuk mengurus semua selama aku di sini."Celine menepuk pundak adik iparnya, namun tepukan tangan itu serasa berbeda untuk Marcel.Akankah dia jatuh cinta pada kakak iparnya sendiri?Balum sampai di rumah sakit, mata mereka memicing se
Di tempat yang gelap penuh dengan warna warni dari lampu yang berputar di atas, di iringi dengan musik yang begitu menggelegar kencang Zack menghabiskan malam panjangnya.Bahkan dia sudah menghabiskan beberapa botol minuman pahit yang berdiri di atas meja."Kau selalu saja membuatku cemas. Siapa laki-laki yang pulang bersamamu!" rancau-nya dengan suara ciri khas orang mabuk."Kalau saja aku tau siapa laki-laki itu. Maka akan aku pastikan dia habis di tanganku."Prak!Satu botol kosong Zack pukulkan pada dinding sebagai rasa kekesalannya. Satu botol yang masih terisi, dia bawa sambil berjalan. Mulutnya tak berhenti bicara entah apa yang dia bicarakan.Sambil sempoyongan Zack mengendarai mobil, beberapa kali hampir menabrak pohon kalau saja tidak segera dia rem. Dan berhasil sampai di rumah."Astaga, Kak Zack mabuk lagi? Mau sampai kapan kau seperti ini, Kak?" Granella yang sudah pulang lebih dulu merasa geram, tapi Zack m
"Dari mana saja kau? Kau pasti pergi dengan selingkuhanmu itu kan? Jawab?" Zack terus saja menuduh tanpa alasan. Kata-katanya penuh dengan penekanan.Yang dia pikirkan adalah Celine pergi bersama Leo tanpa mengingat kalau sekarang dia sibuk menemani mamanya di rumah sakit."Ti-Tidak Tuan, saya baru saja pulang dari rumah sakit. Lebih baik Tuan istirahat sekarang""Rumah sakita?" Zack terlihat berfikir."Iya, rumah sakit, Tuan. Saya baru saja menemani Ibu di sana." Sepertinya saat ini alasan Celine bisa di terima olehnya, dia merebahkan tubuhnya kembali. Kini Celine dapat bernafas dengan lega.Zack terbangun di tengah malam di saat dirinya sudah sadar dari mabuk. Dia mendapati pakaiannya yang sudah terganti dan melihat Celine yang tidur di sofa. Perlahan dia turun dari tempat tidur.***"Mah, kapan Mama sembuh. Kapan Mama sadar! Aku sudah bosan melihat kondisi Mama yang hanya diam seperti in