Pagi harinya Celine menguak sambil mengulur tubuhnya yang terasa pegal. Dia tidak menyadari kalau semalaman tidur di atas dada bidang suaminya.
Setelah sadar dan melihat siapa yang tidur bersamanya, Celine spontan berteriak."Aarrgghh!"Teriakan itu spontan membangunkan Zack dari tidurnya."Astaga, apa yang kau lakukan! Kenapa kau suka sekali berteriak.""Ma-maaf, Tuan." Saat itu juga Zack tersadar, dia pun melongo, mengingat-ingat apa yang sudah dia lakukan semalam dengan wanita ini."Aku tidak apa-apakan dirimu, bukan?" Celine mengerutkan alisnya. Jika memang Zack melakukan itu padanya, lantas kenapa? Bukan kah status mereka kini suami istri?"Nggak. Nggak, Tuan. Aku baik-baik saja. Astaga, aku sudah terlambat sekarang." Secepat mungkin Celine masuk ke dalam kamar mandi.Waktu yang semakin mepet membuat dia buru-buru. Di saat Celine keluar dari kamar mandi, tiba-tiba ...Slarak!Bruk!"Syukurlah, sidang skripsi sudah selesai,sekarang tingga nunggu bagaimana hasilnya. Semoga aja hasilnya bisa membuat aku senang." Sambil berjalan pulang Celine berbicara sendiri. Dan ketika dia sampai di halaman kampus, Leo sudah menunggu duduk di atas motornya.Sengaja pemuda itu menunggu untuk menanyakan sesuatu atas informasi yang dia dapatkan dari luar."Leo, sedang apa kau di sini?""Menunggumu. Ada yang mau aku bicarakan denganmu." Suara bas itu terdengar sangat serius.Sambil bertanya-tanya dalam hati Celine naik ke boncengan belakang Leo. Celine mulai curiga. "Jangan-jangan Leo sudah tau semuanya."Pemuda itu membawa Celine ke suatu taman kota, duduk di tengah-tengah taman tersebut."Kau mau menanyakan apa, Le?""Ada hubungan apa antara kau dan Zackly Welyoston?"Sungguh tidak Celine sangka kalau ternyata Leo mengenal Zack. Padahal selama ini dia menyembunyikan statusnya hanya agar Leo tidak me
"Kau mau dia mati?" Suara Marcel dari belakang spontan membuat Celine membuka matanya lebar-lebar."Bukan urusanmu! Pergi kau dari sini!" Marcel dengan santainya tersenyum sambil menghisap rokok yang dia nyalakan."Ya sudah! Itu urusanmu. Yang terpenting aku sudah memperingatkan, jika dia mati kau sendiri yang akan menyesali." Saat itu juga Zack melepas genggaman tangannya.Celine spontan terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya yang terasa sakit.Kuku yang turut mencengkeram menggores kulit mulusnya hingga tampak bercak mengeluarkan sedikit darah.Marcel menggerakkan kepalanya memberi kode agar Celine segera masuk ke dalam.Celine mengetahui apa makna gerakan itu pun secepat mungkin pergi dari hadapan mereka."Satu persatu orang yang dekat denganmu akan menjauh jika sikapmu terus seperti ini." Puas mengatakan itu, Marcel pergi dari hadapan kakaknya. Menghampiri Celine yang masih terlihat takut."Apa kau tidak a
"Siapa yang menelepon-mu, Cel?""Pak Dirga, Managerku di Paris. Dia menanyakan kapan aku kembali, karena banyak pekerjaan yang membutuhkan turun tanganku."Celine tau posisi Marcel saat ini, dia bingung meninggalkan pekerjaannya di sana, sedang di sini Veronica tak kunjung sadar. Mana mungkin dia kembali dalam kondisi mamanya yang seperti sekarang ini."Aku tau kecemasanmu, Cel. Kau pasti pusing menentukan pilihan. Tapi sebaiknya kau tunggu, paling tidak sampai Ibu membuka matanya." Marcel mengangguk."Ibu belum puas melihatmu, putra kebanggaannya. Dia akan sangat bahagia jika pada saat membuka mata, kau berada di sampingnya.""Aku tau itu, Kakak ipar. Makanya aku suruh Pak Dirga untuk mengurus semua selama aku di sini."Celine menepuk pundak adik iparnya, namun tepukan tangan itu serasa berbeda untuk Marcel.Akankah dia jatuh cinta pada kakak iparnya sendiri?Balum sampai di rumah sakit, mata mereka memicing se
Di tempat yang gelap penuh dengan warna warni dari lampu yang berputar di atas, di iringi dengan musik yang begitu menggelegar kencang Zack menghabiskan malam panjangnya.Bahkan dia sudah menghabiskan beberapa botol minuman pahit yang berdiri di atas meja."Kau selalu saja membuatku cemas. Siapa laki-laki yang pulang bersamamu!" rancau-nya dengan suara ciri khas orang mabuk."Kalau saja aku tau siapa laki-laki itu. Maka akan aku pastikan dia habis di tanganku."Prak!Satu botol kosong Zack pukulkan pada dinding sebagai rasa kekesalannya. Satu botol yang masih terisi, dia bawa sambil berjalan. Mulutnya tak berhenti bicara entah apa yang dia bicarakan.Sambil sempoyongan Zack mengendarai mobil, beberapa kali hampir menabrak pohon kalau saja tidak segera dia rem. Dan berhasil sampai di rumah."Astaga, Kak Zack mabuk lagi? Mau sampai kapan kau seperti ini, Kak?" Granella yang sudah pulang lebih dulu merasa geram, tapi Zack m
"Dari mana saja kau? Kau pasti pergi dengan selingkuhanmu itu kan? Jawab?" Zack terus saja menuduh tanpa alasan. Kata-katanya penuh dengan penekanan.Yang dia pikirkan adalah Celine pergi bersama Leo tanpa mengingat kalau sekarang dia sibuk menemani mamanya di rumah sakit."Ti-Tidak Tuan, saya baru saja pulang dari rumah sakit. Lebih baik Tuan istirahat sekarang""Rumah sakita?" Zack terlihat berfikir."Iya, rumah sakit, Tuan. Saya baru saja menemani Ibu di sana." Sepertinya saat ini alasan Celine bisa di terima olehnya, dia merebahkan tubuhnya kembali. Kini Celine dapat bernafas dengan lega.Zack terbangun di tengah malam di saat dirinya sudah sadar dari mabuk. Dia mendapati pakaiannya yang sudah terganti dan melihat Celine yang tidur di sofa. Perlahan dia turun dari tempat tidur.***"Mah, kapan Mama sembuh. Kapan Mama sadar! Aku sudah bosan melihat kondisi Mama yang hanya diam seperti in
Di dalam mobil tidak banyak pembicaraan dari mereka, keduanya terlihat mencari kesibukan masing-masing.Zack terlihat fokus menyetir ke depan, sedang Celine sendiri ragu untuk bicara."Tu-Tuan tolong kali ini jangan turunkan aku di tengah jalan. Hari ini aku sudah sangat terlambat." Tidak ada jawaban dari Zack sampai di kampus. Celine turun, begitu pula dengan Zack yang ikut turun ingin melihat bagaimana hasil usaha istrinya.Banyak mahasiswa mengerubungi majalah dinding dimana hasil pengumuman itu di tempelkan."Permisi, apa kau bisa memberiku sedikit waktu." Tetap saja meraka tak mau menyingkir.Dengan tubuhnya yang tinggi membuat Zack melihat lebih dulu hasil itu sebelum Celine sendiri melihatnya.Ingin rasanya dia tersenyum, bahkan tertawa sambil memeluk istrinya, hanya saja dia tahan Karana masih di lingkungan kampus."Mata Celine spontan berkaca-kaca saat melihat hasil di mana dia menjadi lulusan terbaik dengan nil
"Tidak masalah, Tuan. Hal seperti ini sudah biasa bagi orang yang baru sembuh dari komanya. Kita lihat satu atau dua jam ke depan Nyonya Veronica sudah bisa membuka matanya dengan baik."Mereka bernafas dengan lega untuk yang kedua kalinya."Syukurlah kalau begitu, Dok. Terima kasih."Marcel yang menjauh dari mereka dan terlihat menghubungi seseorang. Tak berapa lama kemudian terdengar Veronica kembali memanggil Celine, bukan anak-anaknya yang dia panggil melainkan menantunya."Celine, kau dimana, Nak?""Ibu?" ucapnya memastikan apakah itu benar-benar suara Veronica yang terdengar?Celine segera masuk kembali ke ruang rawat itu."Ibu, syukurlah kau sudah sadar! Kami sempat cemas memikirkan-mu, Bu.""Aku tidak apa-apa, Nak." Veronica berusaha untuk duduk, namun Celine mencegahnya."Eh, Ibu mau apa? Biar aku yang melakukan?" Rupanya koma satu bulan membuat dia merasa haus. Tenggorokannya terasa kering bah
"Raka. Apa betul itu kamu, Raka?""Iya ini aku, Sayang. Ini aku Raka."Ingin rasanya Celine memeluk laki-laki yang selama ini dia rindukan, tetapi uluran tangannya mendadak terhenti kala mengingat dirinya yang sudah tidak sendiri lagi."Sedang apa kau di sini? Bagaimana kalau kau sakit nanti?" Celine masih menggeleng tak percaya."Untuk apa kau kembali? Kenapa kau selama ini, hah?""Celine maafkan aku! Aku tidak bermaksud untuk meninggalkanmu." Raka berusaha menyentuh gadis pujaan hatinya, tapi Celine selalu saja menepis."Aku sibuk! Dan aku tidak punya waktu untuk menghubungimu!" Mereka terpaksa bicara cukup keras karena suara meraka tersamarkan dengan bunyi hujan yang begitu deras.Celine tersenyum pilu saat mendengar kalau Raka terlalu sibuk. Sesibuk apa sampai dia tidak bisa menghubungi walau hanya sekedar membalas chat-nya."Celine, aku mohon maafkan aku! Aku kembali hanya untuk dirimu!""Lepas! J