Share

32. Kita Akan Baik, Jika Selalu Bersama

Mobil yang ku naikin bersama Kak Adiba melaju meninggalkan rumah sakit. Aku terus melafalkan istighfar melihat betapa macetnya Jakarta siang ini. Tak ada celah untuk mobil bergerak sedikit saja, sementara waktu yang kumiliki tak banyak. Mengingat Mas Adit mungkin saja sedang kesusahan menangani para pendemo itu.

"Astaghfirallah, ayo lah, Kak! Apa kita nggak bisa menyalip?" Seruku frustrasi.

"Sabar, Kay. Kamu kan lihat mobil di depan nggak bergerak dari tadi," jawab Adiba sambil membunyikan klakson,

"Kamu yang tenang. Sebentar lagi kita sampai kok," sambungnya, berusaha membuat aku tak panik.

Aku menghembuskan napas lelah mendengar ucapan itu. Ini sudah dua jam semenjak kami pergi dari rumah sakit. Perjuanganku mengecoh Dimas dan para anak buahnya juga lumayan sulit. Kenapa mesti terjebak di sini juga. Aku teringat kejadian di rumah sakit tadi.

Setelah Dimas Pergi, aku meminta bantuan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status