Share

Mempermainkan perasaan

Tidak mungkin. Arman sudah jelas mengatakan perasaannya. Dia sudah berada digenggaman Zulaika. Wanita itu menarik napas panjang. Semua berjalan dengan sempurna. Rencana untuk menaklukkan sang penguasa sudah ada di depan mata.

"Hmm, aku tidak percaya. Kau menyatakan perasaanmu?" Zulaika terkekeh. Dia berusaha tidak menanggapi dengan serius perkataan suaminya.

"Hahaha. Arman Maulana tidak akan pernah salah dalam berkata. Kau bisa lega sekarang. Hmm, apa kau kenal Septian?"

Pertanyaan Arman membuat Zulaika mendadak terpaku. Dia menelan saliva, menatap Arman dengan sangat serius. Sementara, suaminya masih memandang dengan senyuman. Terlihat ekspresi yang sangat lain di sana.

"Bagaimana jika aku mengenalnya? Apa kau akan membunuhku?" balas Zulaika. Kini dia bergetar. Arman sangat kuat. Bisa mencekiknya kapan saja. Wajah suaminya yang semula tersenyum, mendadak dingin. Rahangnya mengeras. Kedua matanya menusuk iris hitam Zulaika.

"Tidurlah," balas singkat Arman. Dia berdiri, keluar dari rum
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status