Langkah Zoey gontai meninggalkan pemakaman kedua orang tuanya setelah meminta izin untuk menikahi kekasih yang sangat dicintainya. Meski sudah setengah tahun setelah kepergian kedua orang tuanya, gadis berusia 27 tahun itu semakin merasa kosong tanpa kehadirannya.
Zoey menghentikan langkahnya di ambang pintu begitu sampai di rumah hadiah orang tuanya untuk pernikahan dirinya dan juga James, kekasihnya. Suara samar terdengar dari arah dalam rumah, padahal rumah itu belum ditempati.
“Tahan, Sayang.” Suara seorang pria terdengar lirih dengan parau tak lama suara seorang wanita menyahutinya.
“James, aku sudah tidak tahan!”
Zoey gemetar mendengar hal itu, kakinya mencoba melangkah menuju ke asal suara yang ternyata berasal dari arah ruang tengah. Dia segera membekap mulut dengan mata yang berkaca-kaca.
Perasaan jijik menyeruak di dada Zoey ketika melihat dua orang yang sedang bercumbu di rumah pemberian kedua orang tuanya. Mereka adalah James, calon suaminya, dan juga Zilan Verlon, adik angkatnya. Hatinya semakin remuk begitu mendengar kalimat James berikutnya.
“Kita akan menikah begitu si bodoh itu mendapatkan warisan orang tuanya.”
Zilan menyeringai dan memeluk dada James yang berlumur keringat. “Aku akan menunggu hari itu tiba. Kalau perlu, buat dia menyusul orang tuanya ke neraka!”
Zoey tidak menyangka kalau mereka tega menusuknya dari belakang seperti ini. Zilan bahkan terlihat santai menghina orang tuanya. Zoey mundur begitu kalimat terakhir terucap. Apakah mereka merencanakan pembunuhan padanya demi mendapatkan harta kedua orang tuanya?
Zoey menggeleng cepat, ia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Gadis itu berbalik dan melangkah cepat meninggal rumah yang seharusnya ia tinggali bersama Jame setelah mereka menikah.
Zoey pergi, mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia kini benar-benar merasa sebatang kara. Ditambah lagi dengan kenyataan kalau James dan Zilan mengkhianatinya. Keduanya berselingkuh di belakangnya.
Pikirannya yang terlalu kalut membuat fokus mengemudinya melemah. Hujan tidak terlalu lebat, tapi jalanan yang basah sudah pasti licin. Ditambah lagi dengan jalanan yang sunyi serta kecepatan mobil yang melampaui batas aman. Semua faktor negatif itu membuat mobil Zoey oleng dan menabrak trotoar pinggir jalan, hingga akhirnya mobil Zoey menabrak pohon besar di pinggiran trotoar dengan keras.
Entah sudah berapa lama Zoey pingsan, sayup suara terdengar oleh Zoey seorang pria memanggil seraya mengguncang tubuhnya. “Nona, apa kau mendengarku? Bangunlah!”
Zoey berusaha membuka mata lalu mengernyit saat seberkas cahaya menusuk kornea matanya. Setelah berhasil menyesuaikan pandangannya Zoey melihat wajah seorang pria asing yang berusaha mengangkat tubuhnya, tapi semua itu hanya sesaat sebelum pandangannya kembali menjadi gelap.
***
Saat Zoey membuka mata, ia menyadari kalau dirinya sudah berada di rumah sakit. Wanita malang itu berusaha mengingat kejadian sebelumnya hingga menyebabkannya bisa sampai terbaring di sana. Semua ingatan itu membuat air matanya meleleh.
'Bagaimana dengannya, Lex? Apa dia benar-benar mempermainkanku?'
Suara seorang pria yang entah siapa terdengar, Zoey mencoba mencari tahu.
'Presdir, aku baru menerima panggilan yang menyebutkan kalau Nona Rebecca baru saja check-in untuk penerbangan ke London.'
Zoey menajamkan pendengarannya tapi dia sama sekali tidak berhasil menebak siapa dua orang pria yang sedang berbicara di sampingnya yang terhalang tirai.
“Jadi, wanita itu memang tidak mau menikah denganku? Hmm, berani sekali dia!”
“Kalau begitu katakan saja pada kepala keluarga Walls untuk mengubur mimpi mereka berbesan dengan keluarga Clayton.” Ia menambahkan ucapannya, nada bicaranya terdengar marah.
“Tapi, Nyonya Besar sudah mengatakan mandatnya, Presdir. Anda tidak bisa menunda pernikahan walau sehari pun atau beliau tidak akan peduli dan menyerahkan semua yang dia punya ke badan amal.” Pria lainnya terdengar mengeluh meski lawan bicaranya sudah terdengar sangat marah atas laporannya.
Saat masih berusaha mendengarkan percakapan kedua orang di samping itu tiba-tiba tirai penutup terbuka, membuat Zoey terkejut dan menengadah melihat seorang pria berpakaian rapi dengan setelan jas, wajahnya yang tampan dengan rahang kokoh, kornea mata berwarna abu-abu kehitaman menatap dengan tajam.
“Tuan, aku bersedia menjadi pengantinmu hari ini juga!” Tanpa keraguan sedikit pun di wajahnya. Entah siapa pun pria di hadapannya ini, Zoey yakin kalau dia bisa membantunya untuk membalas dendam. Setelah mendengar pembicaraan beberapa saat lalu, ia yakin kalau pria ini bukan orang sembarangan.
Pria itu menatap Zoey dengan tatapan datarnya. Sama sekali tidak terpengaruh dengan tawaran gadis yang kini sudah duduk di atas ranjangnya. Padahal, beberapa waktu lalu ia masih tidak sadarkan diri.
Pria lainnya maju mendekat pada Zoey dengan langkah terburu-buru, “Kau sudah sadar? Sepertinya ada yang salah darimu, Nona."
“A-aku tidak sengaja mendengar percakapan kalian,” ucap Zoey dengan menundukkan kepalanya karena merasa terintimidasi oleh tatapan pria bermata abu-abu itu.
Pria itu terlihat sedikit cemas karena ucapan Zoey, apa lagi setelah melihat Tuannya yang hanya diam dengan tatapan datar.
“Aku ... aku mengatakan itu serius,” ucap Zoey membuat Langkah pria yang belum diketahui namanya itu menghentikan langkah. Bagaimana mungkin gadis itu berani mengajukan pernikahan secara spontan itu pada bosnya.
“Nona... .” Dia semakin terlihat cemas karena Zoey tidak mau menyerah. Dia melirik ragu pada tuannya. “Anda—“
Joe Clayton, seorang presiden direktur The Frozen Tower, merupakan perusahaan pengembangan Food Estate. Ia sudah dituntut oleh sang nenek untuk segera menikah jika ingin mendapatkan semua kendali atas perusahaannya.
Pria berusia 33 tahun itu menatap Zoey masih dengan tatapan datarnya. “Kau mau menjadi pengantinku?”
“Apa yang bisa kau lakukan dengan menjadi pengantinku?” tanya Joe dingin. Pria lain yang berdiri di belakang Clayton terkejut, ia adalah asisten pribadinya. Apa tuannya berniat menjadikan wanita ini pengantinnya? “Itu... aku akan melakukan apa pun yang kau minta padaku. Aku mohon.” Zoey menggigit bibirnya, ragu saat hendak mengatakan tujuannya melakukan itu. “Aku, hanya meminta sedikit bantuanmu untuk membalas--”“Baiklah, kita akan menikah.” sela pria bermata abu-abu, membuat Zoey langsung membalas tatapan tajam pria itu. Zoey mengangguk ragu karena tatapan Joe yang mengintimidas tapi keputusannya untuk menikahi pria ini sangat yakin. Dia membutuhkan seseorang untuk membantunya membalas dendam. Joe menaikkan sebelas alisnya seperti tertarik dengan kalimat terakhirnya. Asisten Joe, bernama Alex terkejut dengan permintaan Zoey yang menurutnya sedikit lancang. Dia berkata cepat, “Nona, Anda—“ Joe mengangkat tangannya setinggi bahu untuk menghentikan Alex. Dia berucap pada Zoey, “B
“Tuan Joe Clayton dan Nyonya Zoey Verlon, saat ini kalian sudah resmi dan terdaftar sebagai pasangan suami istri. Sesuai permintaan anda, sertifikat pernikahan akan diserahkan pada Nyonya Clayton secara langsung." Bersamaan dengan penyerahan dokumen pernikahan, terdengar tepuk tangan bahkan ucapan selamat kepada kedua pasangan baru dari petugas kantor sipil, Alex, dokter serta beberapa perawat yang ada di sana. Berbeda dari sikap Zoey yang terlihat belum bisa mempercayai keadaan kalau dirinya sudah menikah saat ini, Joe malah lebih tenang. Pria tampan nan kaya raya itu berdiri untuk berjabat tangan pada petugas catatan sipil. Joe juga terlihat berbincang dengan dokter dan perawat yang menangani Zoey, sebelum menoleh dan berbisik pada Alex. “Lex, antarkan mereka ke depan. Pastikan tidak ada informasi yang bocor tentang hari ini dan berikan mereka tanda mata sepantasnya.” Alex mengangguk, “Baik. Aku mengerti,” jawab si cekatan itu dan bergegas membawa para tamu pernikahan kecil bosn
‘Aku akan langsung ke kantor setelah kembali.’ Sebaris kalimat di kolom pesan Zoey kirimkan ke James. Tidak ada jawaban apapun selain centang dua biru sebagai tanda pesan sudah terbaca. Tapi itu tidak membuat Zoey kecewa, melainkan menyunggingkan senyuman licik di bibirnya. ‘Kau kira aku sebodoh dulu? Zoey-mu yang lugu itu sudah mati ditelan pengkhianatan keji kalian. Sekarang, mulailah menikmati permainan ini dengan perlawananku. Aku akan menunjukkan kemampuanku agar kau tidak kecewa, James bajingan.’ Zoey bergumam dalam hati, tapi tatapannya tertuju ke depan, pada Joe. “Joe, bisakah aku keluar dari sini sekarang juga? Aku ingin memulai rencanaku. Aku tidak ingin membuang waktu karena aku harus segera fokus pada hubungan kita. Seperti katamu, aku adalah Nyonya Joe Clayton sekarang.” Ucapan yang Zoey utarakan membuat bibir Joe menyunggingkan senyuman. “Baik. Semuanya akan berjalan sesuai keinginanmu.” Joe menjawab tanpa penolakan sama sekali. Sesuai permintaan Zoey, ia langsung di
"Aku di sini karena ingin tahu apa yang kalian rencanakan dengan mengundang adikku membuat presentasi produk baru di perusahaan kalian. Apa kalian kekurangan tenaga ahli sampai-sampai ingin mencuri ide dari pegawai ZZ Top dengan cara seperti ini?” Zoey yang tersudut tetap berani menjawab, “Sungguh sangat disayangkan.” sambungnya mencibir dengan senyuman meremehkan. Semua orang di sana terdiam. Kebingungan terlihat jelas saat semuanya saling memandang seolah bertanya. Para intern perusahaan itu tidak mungkin menjawab kalau mereka mengundang Zilan untuk menjadi pengkhianat ZZ Top dengan membocorkan rencana produk baru yang akan dikeluarkan. Dalang di balik ide perekrutan Zilan sebenarnya adalah Tuan Kedrick. Sebelumnya sudah diketahui kalau dirinya adalah orang lama serta bawahan Tuan Verlon sebelum nama perusahaan berganti menjadi ZZ Top. Karena inisial ‘ZZ’ itu juga diambil setelah Zilan resmi diakui menjadi bagian dari keluarga Verlon. Tuan Kedrick jelas tahu kalau Zilan bukanlah a