Saat dokter selesai melepas pecahan kaca, dia mengoleskan obat ke luka. Beberapa tancapan pecahan kaca itu cukup dalam hingga dokter harus menjahitnya."Saya harus menjahit luka di punggung Anda untuk robekan yang dalam. Apa Anda benar-benar yakin untuk tidak menggunakan obat bius juga kali ini?" Dokter bertanya."Ya," jawab Aiden."Baiklah kalau begitu."Tubuh Aiden menegang dan kaku saat jarum dan benang menembus kulitnya, tapi dia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Karena ada Eva di sampingnya, dia tidak ingin Eva mimpi buruk karena mendengar suara erangan kesakitan yang lolos dari bibirnya. Namun, meskipun begitu seluruh tubuh Aiden memancarkan rasa dingin.Meskipun Aiden tidak menyuarakan rasa sakitnya, Eva tahu seberapa sakitnya hal itu. Genggaman tangan Aiden yang menegang sudah cukup memberitahunya akan hal itu. Eva merasakan sensasi memilukan di dadanya. Dia tidak menyangka kalau dia bisa merasa seperti ini terhadap Aiden. Dengan lembut, Eva mengelus tangan suaminya. Ber
Eva duduk di ambang jendela kamar tanpa membukanya. Di luar masih hujan, angin kencang mengguncang kaca jendela di bingkainya. Eva memikirkan Sebastian dan bertanya-tanya mengapa pria itu tidak bisa dihubungi atau menghubunginya. Eva seharusnya bersama pengasuhnya, Maria, dan dia merasa takut ada yang tidak beres.Eva takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada keduanya. Tapi, tidak mungkin kan dia bertanya kepada Aiden, 'Aiden, apa kau tahu dimana Sebastian? Aiden, apa kau menangkap Sebastian? Aiden, Sebastian tidak kenapa-kenapa kan? Aiden, kau apakan Sebastian? Aiden, Sebastian baik-baik saja kan?'Tidak mungkin kan dia menanyakan hal seperti itu kepada suaminya. Bisa-bisa Aiden mengamuk. Jadi, Eva hanya bisa berusaha mencari cara lain untuk mencari tahu.Sepertinya Sebastian juga menyewa perawat baru secara diam-diam untuk membantu melindungi Maria dari Aiden, tetapi semuanya terjadi begitu cepat, Eva tidak punya waktu untuk mendapatkan informasi kontak perawat tersebut. Jadi,
"Astaga, itu Eva Malik!" dia berteriak.Di antara para wanita Eva mengenali Lily Newman dari insiden di toko perhiasan."Lily, kau kenal dia?" tanya salah seorang wanita."Bukankah kau baru saja mengatakan ingin merayu Aiden Malik?" salah satu wanita berkata dengan jahat. Dasar teman toxic, lihat teman susah bukannya dibantu malah senang menambahi bumbu. "Mungkin kau juga harus meminta restu dari istrinya, Lily."Lily membisikkan beberapa kata kasar kepada temannya lalu kemudian menatap tajam ke arah Eva."Eva Malik …""Kurasa kita tidak saling kenal," kata Eva dengan tenang. "Mungkin Anda lupa," kata Lily dengan serius, "Kita bertemu di toko perhiasan ..."Lily berhenti sejenak lalu menatap teman-temannya dengan penuh arti."Kalian mungkin tidak percaya, tapi Eva Malik meminta pegawai untuk menutup toko begitu dia masuk ke sana," katanya dengan bisikan penuh drama yang memang sengaja dikeraskan agar didengar Eva."Benarkah? Apakah dia wanita yang sangat angkuh? Masa belanja saja samp
"Sungguh Eva Malik itu wanita yang sombong!" Ketiga wanita itu terengah-engah karena amarah, "Berani-beraninya dia mengatakan kalau kita ditakdirkan untuk menjadi simpanan? Tidak sadar diri. Dia sendiri saja istri sah yang tidak dianggap istri oleh Aiden Malik."Ketiganya kembali mengumpat, bahkan salah satu dari mereka ada yang menendang pintu lift karena kesal."Kita ikuti saja dia. Dia ke atas, sepertinya dia akan ke restoran. Mungkin saja di sana ada Aiden Malik," ucap salah satu dari mereka."Tapi, bukankah kau mengatakan kalau Aiden Malik pria yang sulit untuk ditaklukkan? Apalagi istrinya seberani itu membalas ucapan kita. Lebih baik kita tidak usah cari perkara.""Ah, kau penakut. Pria yang sulit ditaklukkan bukan berarti tidak bisa ditaklukan. Buktinya Rebecca. Kau sudah dengar kan Rebecca diberikan cincin berlian oleh Aiden Malik. Itu artinya tipe Aiden adalah wanita yang seperti Rebecca dan bukan istrinya itu. Yang perlu kita lakukan hanyalah mengikuti style Rebecca Jonas un
Leslie merasa senang karena melihat Aiden Malik membalas sulangannya."Aku akan ke sana," katanya kemudian."Gila! Disana ada istrinya, Leslie," ucap Cassie dan Lily bersamaan."Terus kenapa? Lagipula, semua orang tahu Aiden Malik tidak menyukai istrinya dan walaupun mereka suami istri hubungan mereka tidaklah sehangat suami istri pada umumnya. Jadi, jika istrinya tidak bisa menghangatkan suaminya," Leslie terkikik, "biar aku saja yang melakukannya," Leslie berkata dengan penuh percaya diri.Leslie lantas berdiri lalu berjalan menghampiri meja dimana Aiden duduk. Lily yang melihat itu merasa penuh dilema di dalam hatinya. Apakah dia harus mengikuti Leslie ataukah tetap duduk di tempatnya.Jika Leslie berhasil itu akan menjadi langkah yang baik untuk Leslie, tapi itu akan membuat Lily ketinggalan satu langkah lagi di belakang Leslie, tapi, jika tidak, Lily akan dengan puas menertawakan Leslie. Sedangkan Cassie, bagi Lily, Cassie tidak ada apa-apanya, dia terlalu penakut untuk menghandle
Sudah jam 8 malam saat Eva dan Aiden tiba kembali di president suite. Di luar masih hujan. Badai tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Meskipun cuaca buruk, para tamu di hotel tetap bertekad untuk mencari hiburan dan kesenangan seperti biasanya. Saat malam semakin larut, hiruk pikuk semakin meningkat.Di samping hotel ada pusat perbelanjaan, rasanya Eva ingin ke sana untuk sekedar menghilangkan penat. Tapi, mana bisa, Aiden pasti tidak akan mengizinkannya.Setelah mandi, mengenakan pakaian dalam dan baju tidur barunya, Eva duduk untuk mengeringkan rambut. Setelah itu Eva jatuh ke tempat tidur. Begitu ia memejamkan mata, pintu kamarnya diketuk.Ternyata Alfred yang mengetuk pintu. "Nyonya Eva, Tuan Aiden ingin bertemu. Nyonya diminta untuk datang ke ruangannya," dia mengumumkan.Rasanya Eva baru saja memejamkan mata, "Baiklah," katanya kemudian. Setelah mengikat rambut, Eva lantas keluar dari ruangan menuju ruangan dimana Aiden berada.Alfred memberitahu kedatangan Eva. Terlihat
"Alfred jelas tahu kalau kauBelum bisa banyak minum alkohol karena cideramu tapi, dia justru membawa kita kemari," ucap Eva. Alfred yang sedang menutupPintu jelas-jelas mendengar hal tersebut tapi, dia pura-pura tuli. Ada misi 'penyelamatan pernikahan' yang sedang ia lakukan. Jadi, anggap saja, sindiran Nyonyanya itu sebuah angin lalu. Ibaratnya, guk-guk mengeong kafilah berlalu. Eh, beda konsep ya."Kalau kauTidak menyukai tempat ini kitaBisa cari tempat lain, Eva," ucap Aiden, dia sudah hendak berdiri, tapi Eva menahannya."Tidak. Biar saja, Aiden. Bukan aku tidakMenyukai tempat ini," Eva melihat kesekeliling ruangan, "Suka. Hanya saja yangKumaksud sebaiknya nanti kau jangan minum alkohol terlalu banyak dulu ya. Jaga-jaga jangan sampai cideramu bermasalah. Lagipula akan melelahkanBagimu jika harus berpindah ketempat lain. Jadi, kita disini saja, tidak perlu berpindahTempat," tambah Eva lagi.Aiden mengangguk. Pria itu lebih banyak diam. Dia terlihat jauh tapi juga tidak terlihat deka
Eva terbangun dengan kepala dan pipi yang terasa sakit. Bukan hanya itu, tapi semua tubuhnya terasa sakit. Eva mengerjap berulang kali tapi penglihatannya tak juga membaik. Apa ini? Dimana aku? Kenapa gelap? Apa sekarang masih malam hari?Eva mencoba untuk bangkit, tapi, dia merasakan kalau dia tidak bisa bergerak. Kenapa ini? Apa dia terikat? Kenapa dia bisa terikat? Apa dia diculik lagi?Aiden! Eva mencoba memanggil tapi tak ada suara yang keluar karena mulutnya ditutupi lakban.Di saat kebingungan seperti itu, sebuah pintu terbuka. Seseorang masuk lalu menyalakan lampu. Membuat mata Eva sakit karena cahaya terang tiba-tiba yang masuk ke dalam indera penglihatannya.Sosok yang baru masuk itu berlatarkan cahaya hingga Eva tidak bisa melihat dengan jelas ditambah sosok itu memakai topeng."Ternyata kau sudah bangun!" ucap sosok itu, dia berjalan menghampiri Eva lalu melepas lakban yang menutupi mulut Eva dengan kasar membuat mulut dan kulit area sekitar terasa perih. Mau tak mau erang