Share

Aroma Kerinduan

Windraya menatap Rania beberapa saat. “Di mana mobilmu?” tanyanya.

“Aku tidak membawa mobil. Tadinya, aku datang kemari dengan Pak Tjandra. Namun, tiba-tiba dia menerima telepon dari istrinya. Jadi, begitulah.” Rania tertawa renyah. “Aku tidak mau menempatkan diri dalam masalah,” ujar wanita itu lagi.

Windraya mengangguk. “Masuklah,” ucapnya, seraya memberi isyarat dengan gerak kepala. Dia membiarkan Rania membuka pintu sendiri.

“Apa kamu akan langsung pulang?” tanya Rania, setelah duduk nyaman di jok sebelah Windraya.

“Ya. Memangnya kenapa?” Windraya balik bertanya.

“Tidak apa-apa. Kupikir kita bisa minum kopi dulu sebentar,” jawab Rania, seraya menyilangkan kaki. Alhasil, rok pendeknya pun makin terangkat. “Aku ingin bicara sesuatu tentang Mayla.”

“Aku tidak punya urusan lagi dengannya,” balas Windraya datar, seraya melajukan kendaraan.

“Ya, aku tahu itu. Namun, kurasa Mayla sangat tertekan dengan keadaan yang menimpanya saat ini.”

Windraya tidak menanggapi. Dia tetap fokus men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status