Lius terus memasang wajah masam, ia melangkah masuk dengan wajah penuh kekesalan.Namun Lisa malah merasa senang menatapnya,wajah cemburu itu menghangatkan hatinya.“Sudahlah, aku tidak akan menggunakan baju seperti ini lagi.”“Mulutmu penuh janji.” Kesalnya.Lisa yang begitu senang memberi satu kecupan di pipi kiri Lius dengan begitu manja.Ia segera merogoh kartu kamarnya, menempelkan pada pengaman pintu hingga pintu bisa terbuka.Namun saat keduanya baru masuk, suara erangan juga desahan menyambutnya. Lius mengerutkan dahinya, ia tahu suara-suara itu dengan begitu jelas.“Apa laki-laki berengsek itu masih tinggal disini?”“Aku tidak tahu,” berpura-pura ketakutan.Lius segera menyembunyikan Lisa dibalik tubuhnya, sedang ia terus melangkah maju kedepan.Matanya memanas melihat dua orang tengah telanjang dengan begitu panasnya, mengabaikan sekitar dan terus melakukan
Lea masih tak bisa melupakan ucapan Rania semalam, ia terus saja terngiang dengan kata-kata perceraian itu.Pagi ini rumah begitu ramai, ternyata Roger membuat sebuah ayunan khusus untuk Lea. Tak hanya itu, Sania juga membuat sebuah taman bunga dengan bermacam-macam bunga kesukaan Lea, ayunan itu ditelakkan tepat ditengah hamparan bunga.“Wah, ini bagus sekali. Pasti Lea akan senang melihatnya, terima kasih sekali ya, Roger.” Tulus Sekar berucap.“Ini semua ide tuan Lio, saya hanya merealisasikan saja.”Sekar menatap putranya, ia tersenyum sembari mengedipkan sebelah matanya.Lea keluar dari dalam kamar, mencari sumber suara yang sedari tadi begitu riuh terdengar.“Ada apa ini?”Rania menatap Lea, menghampirinya dan membawa Lea pada kejutan di pagi hari.“Ini semua dibuat khusus untuk bumil kesayangan kita semua.” Seru Rania.Mata Lea berbinar, di depannya banyak macam bung
Lisa mengubungi ibunya, Lasmi. Ia memberikan alamat tempat tinggalnya sekarang.Ketika Lasmi datang, ia dibuat kagum dengan semua kemewahan dirumah itu. Tak hanya itu, banyak pelayan yang menyambutnya dengan penuh hormat. Seakan ia adalah tuan besarnya.“Mama sudah datang?”Lisa dengan hati-hati turun dari lantai dua, berbalut dress hitam pekat yang membuatnya nampak begitu seksi. Dengan tak sabar, Lasmi, menarik putrinya untuk duduk bersama.“Bagaimana bisa?”Lisa menceritakan semua yang telah terjadi selama kepergiannya, namun ia tak menceritakan tentang rencana licik menjebak Lius dalam perangkapnya. Ia hanya mengatakan tentang hubungannya dengan Niko yang membawanya pada sebuah pernikahan dengan Lius.Lasmi tertawa bahagia, ia merasa senang mendengar itu semua. Terlebih, dari pernikahan itu kini Lisa hidup bergelimbang harta.Lius benar-benar memperlakukan Lisa dengan begitu istimewa, sebab yang diketahui L
Lio mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, pikirannya melayang memikirkan keadaan Lea saat ini. Satu jam yang lalu saat dirinya tengah melakukan meeting dengan klien, Sania menghubungi. Sania mengatakan jika Lea jatuh tak sadarkan diri, Sania juga menambahkan jika ia tak tahu harus membawa Lea kemana.Sebab rumah yang di tinggali mereka saat ini memang sangat jauh dari keramaian.Mendengar kabar tak enak tersebuat, Lio langsung mengakhiri meetingnya. Ia segera menghubungi dokter yang sudah disiapkannya sejak kemarin untuk merawat Lea.“Sial, pakai macet segala lagi.” Memukul setir kemudinya.Lio menunggu kemacetan dengan sangat cemas, bayangan tubuh Lea memucat terus terbayang menakutinya.Saat ini Lea tengah di periksa, tubuhnya yang pucat membuat semua orang menunggu dengan cemas.“Sudah berapa lama dia kehujanan diluar?”“Saya tidak tahu pastinya jam berapa, tapi kemungkinan hampir satu jam.”Dokter terlihat menghela nafasnya, ia kemudian berbalik menatap Lea dan memeriksa kemb
Lea terbangun dengan sorot mata yang kosong, menatap arah jendela besar yang memperlihatkan halaman belakang rumahnya.Ia bahkan mengabaikan Lio yang tidur di sampingnya.Lea benar-benar hanya diam menatap arah jendela, tak bersuara bahkan tak menggerakkan tubuhnya.Sesekali terlihat ia mengedipkan mata dengan begitu lama, lalu kembali menatap objek fokusnya.Lio terbangun, ia mengira jika Lea masih tertidur. Ia pun mencium tangan kiri Lea dengan begitu lama, kemudian perlahan mulai beranjak meninggalkan ranjang.“Lea?”Lio terkejut, orang yang dikiranya masih tertidur nyatanya sudah terbangun. Ia pun salah tingkah dibuatnya, ia menghampiri Lea dan duduk di hadapannya.Namun anehnya, Lea hanya diam. Bahkan tak menatap dirinya yang ada didepan mata. Lio mengerutkan dahi, mencoba menyentuh bahu Lea namun taka da respon sama sekali.Lio berusaha mengajak Lea berkomunikasi, ia terus memancing Lea untuk mengeluarka
Lio duduk ditepi ranjang Lea, membawa tangan Lea ke dalam pangkuannya. Menatap begitu dalam, Lio seakan merasakan kesakitan yang dicoba sembunyikan oleh Lea.Dengan begitu hati-hati Lio mengecup tangan Lea, cukup lama keduanya terdiam dengan situasi masing-masing. Lea masih tak mengindahkan sekitarnya, ia seakan asik dengan dunianya.“Apa yang membuatmu seperti ini? Kau bisa cerita padakau,” ucap Lio, namun masih tak ada tanggapan.“Jika memang hanya membuatmu hidup dalam kesakitan, mengapa tak kau lepaskan saja?”“Ceraikan Lius, menikahlah denganku.”Lio terdiam setelah mengatakan hal itu, ia terus mengamati reaksi wajah Lea. Berusaha menemukan satu titik saja perubahan dengan kata-katanya itu, namun nyatanya Lea tak bereaksi apapun walau dengan kata-katanya barusan.Lio hanya bisa mendesah kesal, ia seakan tak berguna dalam situasi yang sedang dialami Lea ini.Tiba-tiba pintu kamar Lea terbuka, sosok Antonio muncul dari sana.Lio tersenyum menyambut ayahnya, berjalan menghampiri dan
Kondisi Lea masih sama, tetap diam dengan semua keadaan disekitarnya. Setelah percakapan dengan dokter Sani tempo hari, Lio mulai menyelidiki tentang masa lalu Lea.Dan pagi ini, ada Sekar juga Rania yang menemani Lea. Kedua wanita beda generasi itu dengan kompak menjaga dan merawat Lea dengan begitu perhatian.“Kau tahu, kau adalah adikku yang paling cantik.” Seru Rania yang tengah mengikat rambut Lea.“Dan tentu saja anak perempuan, Mom.” Sahut Sekar dengan buah ditangannya.Dengan telaten Sekar menyuapi Lea buah, menyeka sudut bibir menantunya itu dengan ibu jarinya.Namun saat ketiganya tengah hening dengan kegiatan masing-masing, tiba-tiba terdengar suara yang begitu mengharukan.“Mommy?”Sekar tak menyahutinya, ia menatap Lea dengan mata berkaca-kaca. Ini adalah suara Lea setelah satu minggu diam. Sekar begitu senang, ia memeluk Lea dengan begitu erat.“Ya, ini Mommy. Ini Mommy mu, Nak.”Lea menangis, dari dulu ia selalu menginginkan pelukan ini. Pelukan hangat seorang ibu kepad
Saat ini Lio tengah membersihkan badannya, merileks kan pikirannya dari setumpuk masalah yang tengah menghadangnya.Ponselnya terus berdering, namun Lio yang berada dikamar mandi tak tahu akan hal itu. Ponsel itu terus bergetar, layar terus menyala menampakkan sebuah gambar bunga mawar dengan seekor kupu-kupu menghinggapinya.“Siapa ini? Kenapa tidak ada namanya ya?”Lio masih begitu betah didalam sana, menikmati aroma terapi yang begitu menenangkannya. Aroma terapi yang pernah di berikan Lea untuknya, aroma yang hampir sama dengan harus tubuh Lea.“Lea, aku begitu merindukannya.”Dirumah, Lea terus berusaha menghubungi Lio. Entah kenapa saat ini ia ingin sekali melihat Lio, walau hanya lewat panggilan video sekalipun.Entahlah, rasanya keinginan Lea kali ini benar-benar aneh.“Apa masih belum bisa?” Lea menggelengkan kepalanya dengan lesu.Rania tersenyum, ia tak tahu harus senang atau sedih saat ini. Namun satu hal yang pasti, Rania begitu senang melihat Lea kembali mau bicara walau