Share

Hanya Impian

Adam merenung sendirian di meja kerjanya, kekhawatirannya pada Ana tak berkurang juga, sebelum dia bicara sendiri dengan wanita itu, tapi sampai sore hari tidak ada telepon yang masuk untuknya dari Ana.

“Kamu sedang menunggu telepon dari pacarmu? Kenapa tidak di telepon terlebih dulu?” tanya salah seorang rekan kerjanya di agensi ini.

“Bukan pacar?”

“Ana?” tebak orang itu yang membuat Adam mengangguk samar, bukan rahasia lagi memang kalau Adam memberi perhatian lebih pada Ana, hanya orang buta yang tidak dapat melihatnya, meski Adam sering mengatakan pada Ana kalau dia hanya menganggapnya adik, tapi tidak demikian di mata rekan kerjanya.

Tapi apa peduli Adam pada mereka yang penting Ana nyaman berada di dekatnya, dia juga tak ingin memaksa Ana untuk menerima cintanya.

Adam meyakini bahwa cintanya pada Ana sangat tulus, jadi meliahat senyum wanita itu saja sudah membuatnya bahagia.

“Astaga, Dam, kamu harus sesekali membuka ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status