Itu memang keinginanku. “Kamu tahu aku menyayangimu.”
“Oh tentu saja, Mas aku juga menyayangi, kamu seperti malaikat pelindung untukku.”Adam menghela napas pasrah. “Karena itu tolong bantu aku dengan menjaga dirimu sendiri dengan baik, malaikat pelindungmu ini tak pernah selalu ada di dekatmu.”“Baik kapten akan dilaksanakan.”“An, aku serius, lakukanlah hal-hal yang kamu suka dan bisa membuatmu bahagia.”Ana tertegun suara Adam terdengar sangat tulus dan serius, setidaknya ada satu orang yang tulus menyayangi selain nenek.Seperti biasa pagi hari Ana akan turun membantu bibi di dapur, kegiatan rutin yang selalu dia lakukan sejak menginjakkan kaki di rumah ini dan dia juga sangat menyukainya.Langkah kaki Ana berhenti pada sofa ruang tengah, Raffael duduk di sana, masih menggunakan bajunya yang tadi malam dan sibuk dengan tablet di tangannya.Kenapa tidak bekerjaRaffael tidak bisa begini terus, dia tidak ingin terpengaruh oleh kehadiran Ana, dibutuh Bella istri yang sangat dia cintai. Pagi harinya, Raffael melajukan mobil seperti orang gila, dia harus menemui Bella, persetan dengan orang tuanya, dia hanya menemui istrinya, bukan sedang berselingkuh. Sejak dua hari yang lalu ponsel Bella memang tak bisa dihubungi ratusan pesan dan puluhan panggilan dia kirimkan, tapi tidak ada satu jawaban pun yang datang, terpaksa Raffael menghubungi asisten Bella. Wanita itu bilang kalau Bella sedang sangat sibuk dengan film terbarunya, tapi syukurlah hari ini istrinya itu tidak memiliki jadwal syuting, jadi dia akan mempergunakan kesempatan ini untuk mengunjungi Bella. “Selamat pagi, Pak?” sapa satpam yang sedang berjaga ramah. Raffael memang memiliki beberapa unit apartemen di sini, dan pernah beberapa kali tidur di sini, jadi wajahnya cukup familiar di mata satpam sekali pun, apa
Raffael diam, dia masih saja menunduk, tak juga bersuara membiarkan papa Bella menumpahkan kemarahannya, pernikahannya dengan Ana kemarin memang tidak bicara langsung dengan mertuanya, tapi melalui Bella. Istrinya itu sangat khawatir jika dia akan kena marah sang papa, jadi Bella perlu merayu papanya dulu dan menjelaskan semuanya, supaya orang tuanya bisa mengerti. Raffael merasa sangat bersalah pada Bella, dia sudah banyak berkorban untuknya, dia berjanji akan berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Bella dan membahagiakannya, bahkan dia akan siap pasang badan jika orang tuanya menentang. “Saya benar-benar minta maaf, Pa, ini juga bukan kemauan saya, saya sangat mencintai Bella dan saya berjanji akan menceraikan Ana begitu dia sudah bisa memberi saya anak,” kata Raffael setelah lama dia terdiam. Sang papa menyipitkan matanya, posisi mereka yang belum beranjak dari depan pintu rumah membuat Raffael terlihat bagai pesakitan
Raffael tak pulang semalam, itu yang dikatakan bibi saat dia membantunya untuk membuat sarapan pagi tadi. Sungguh memalukan memang, dia harus tahu kabar tentang suaminya dari pembantu rumah tangganya, tapi kondisi rumah tangganya memang sangat tidak biasa. Tadi malam dia memilih menyerah dan masuk kamarnya saat jam dinding sudah menunjukkan angka dua belas malam, tanpa memakan hasil masakan yang telah dia buat dengan susah payah tadi, Ana memasukkan semua makanan ke dalam kulkas, berharap Raffael mungkin saja akan pulang dalam keadaan kelaparan, meski kemungkina itu sangat kecil. “Bersemangatlah, aku akan menjemputmu sebentar lagi, ada beberapa casting yang bisa kamu ikuti.” Ana membaca pesan dari Adam yang masuk ke ponselnya itu.“Baik aku akan bersiap.” Dan terkirim. Ana tidak tahu casting macam apa yang dimaksud Adam, karenanya dia lebih memilih baju yang casual dan terlihat pantas untuk dipa
Ana termangu, bukankah ini sudah keterlaluan, Raffael terlalu ikut campur urusannya, bahkan perekrutan artis kali ini terbuka untuk siapa saja dan tak ada kerja sama dengan agensi milik Raffael atau siapapun. “Mungkin terjadi kesalahpahaman, aku akan bicara dengannya.” “Aku mengerti, tapi kalau Raffael tak mengijinkan kami juga tidak berani memakaimu, kamu tahu sendiri suamimu bisa melakukan apa saja, saranku rayu saja suamimu jika kamu benar-benar menginginkan peran ini,” kata sutradara sambil tersenyum. “Baiklah terima kasih untuk kesempatannya.” Ana mengusap peluh yang menetes di pelipisnya, sejak pagi dia sudah bekerja keras untuk bisa mendapatkan peran ini, tapi dengan mudahnya Raffael menggagalkannya. “Jangan sedih, aku masih punya beberapa tempat lagi, kita coba di sana.” Ana menggeleng dengan putus asa, dia hanya menatap kosong pada jalanan di depannya, mereka memang sekarang sedang dal
“Wow Mbak Ana!” Seruan itu langsung terdengar saat Ana menginjakkan kakinya di geduang XAM, seorang resepsionis yang dihampirinya langsung menjerit heboh, tak hanya iu, gadis cantik yang Ana perkirakan masih berusia di bawahnya itu langsung keluar dari mejanya dan menghampiri Ana. “Halo apa kabar?’ sapa Ana dengan ramah. Hatinya boleh saja sedang marah dan kecewa, tapi dia seorang artis, yang harus menjaga imagenya di hadapan semua orang. Orang tak akan peduli dia sedang marah, sedih ataupun senang bagi mereka tetap harus tersenyum ramah. Sejak kecil hidup Ana tak pernah mudah, harus kehilangan orang tuanya sejak kecil, lalu hidup dalam pengasuhan sang nenek dalam kondisi yang serba kekurangan membuat Ana selalu berusaha keras untuk membuat hidupnya lebih baik, dan saat Adam datang memintanya untuk casting dan menjadi bintang iklan, itu seperti membuka pintu keberuntungan untuk Ana. Perlahan tapi pasti denga
“Tentu saja, wanita yang istimewa perlakuannya harus istimewa juga,” kata Raffael sambil tersenyum hangat. “Wah ternyata bapak romantis juga, semoga suami saya nanti bisa sebaik dan seromantis bapak,” katanya lagi dengan perasaan berbunga-bunga. Haruskah Ana mengaminkan do’a itu? “Apa yang kamu lakukan di sini?” Raffael langsung memandang Ana dengan dingin saat pintu lift tertutup dan mereka hanya berdua saja. Ana menoleh, Raffael terlihat marah, tapi dia juga sangat marah pada Raffael, dia kemari bukan untuk mencari sensasi, atau untuk memperlihatkan hubungan mereka yang romantis dan baik-baik saja. Ana kemari karena kecewa pada Raffael. “Aku ingin bicara.” Raffael mengangkat alisnya, untuk sesaat dia terpana, biasanya di rumah, Ana adalah istri yang patuh dan hanya bisa terdiam dan menunduk jika Raffael menghinanya, wanita itu lebih memilih pergi dan tak membuat
Baik Raffael maupun Ana, menoleh dengan kaget dan mereka makin terkejut melihat siapa yang tengah berdiri di sana. Ana kira tadi Raffael sudah mengunci pintu dan berniat untuk tidak membiarkannya keluar, tapi nyatanya pintu itu bisa dibuka dengan sangat mudah.“Apa ini contoh pimpinan yang baik? Kamu tahu bisa siapa saja yang tadi masuk ke mari, bagaimana jika ini menjadi scandal.” Dua orang itu tanpa permisi duduk di sofa, membiarkan dua tersangka yang tertangkap basah. Berdiri menunduk dengan serba salah. “Maaf, Ayah, ini tidak seperti yang ayah kira.”Sang ayah mengernyitkan kening tak suka. “Apa kamu pikir kami buta, kalian memang suami istri, tapi di sini tempat bekerja, bukan untuk bermesraan.”“Maaf, Ayah, aku mengaku salah, lain kali kami tidak akan mengulanginya lagi,” kata Raffael. “Sudahlah, Ayah kita juga pernah muda, apalagi mereka juga pengantin baru, mungkin dengan
Ana langsung menatap sang ibu. “Tentu saja tidak, Bu,” katanya sedikit terlalu keras. “Ah maaf maksud saya, menjadi artis adalah impian saya sejak dulu, jadi tidak mungkin saya tinggalkan begitu saja.” “Tapi kamu tidak masalah bukan kalau nanti hamil, yah.... ibu hanya bertanya karena takut kamu seperti Bella yang lebih mengutamakan karirnya.” “Ibu, itu bukan salah Bella, wajar saja jika dia belum ingin memiliki anak, usianya masih muda.” “Jangan berteriak pada ibumu, Raf, kamu lupa siapa orang yang melahirkanmu,” tegur sang ayah terdengar sangat tidak suka. Raffael menyugar rambutnya kasar, dia tidak sadar telah membentak ibunya, tapi dia dia juga tak ingin ada orang yang menyalahkan Bella, dia sangat memahami karir Bella yang memang sedang ada di puncak dan juga istrinya itu memang berbakat. “Maafkan aku ibu, aku tidak bermaksud kurang ajar, hanya saja aku tidak suka hal itu diungkit, Bella punya mimpi un