Regina menatapnya dengan ekspresi kosong sesaat sebelum mengalihkan pandangannya pada Dixon.Mengapa Freya ada di sini? Bersama dengan suaminya? Apa mereka membuat janji?Namun ekspresi Dixon tidak terbaca dan acuh tak acuh.Hati Regina berkerut pahit. Tentu saja mereka bisa bertemu. Freya masih menggenggam hati suaminya, pikir Regina teringat dengan kata-kata Freya di toko.“Dixon, kenapa kamu di sini? Regina tidak bilang kamu datang menjemput.” Aria mengambil alih percakapan, agak tidak senang Dixon bersama Freya. Bagaimana pun mereka memiliki masa lalu bersama. dia khawatir dengan perasaan Regina.“Bibi, maafkan aku karena mengganggu, aku tidak bermaksud mengganggu Dixon dan memintanya mengantar aku dan Ibu pulang.” Freya berkata dengan ambigu membuat orang lain salah paham bahwa Dixon datang menjemputnya.Dixon mengerut keningnya menatap Freya dengan ekspresi dingin.“Mengantar kalian?” beo Aria melirik Regina yang diam di sebelahnya.Pintu jendela mobil di sebelah Dixon bagian be
Aria tersenyum lembut meraih lengan suaminya.“Sayang, dia Freya, kakak Regina. Apa kamu masih ingat gadis yang dilamar Dixon, tapi kawin lari dengan pria lain,” ujar memberitahu suaminya dengan tenang.“Oh ternyata Freya. Aku hampir tidak mengenali kamu. kamu ....” Dia melirik Freya dari atas ke bawah sebelum melanjutkan kalimatnya dan tersenyum ramah. “Kamu terlihat berbeda dengan kulit gelap itu.”Freya tersedak ludahnya mendengar penghinaan Dario terhadap warna kulitnya. Wajah memerah malu dan menahan amarah dalam hati. Dia sangat malu dan terhina. Memang dia tidak bisa dibandingkan dengan dirinya yang dulu putih dan bersinar.Kulitnya masih gelap dan kasar karena bekerja di pabrik dan tidak pernah perawatan selama satu tahun. Tak peduli berapa banyak uang yang dia habiskan untuk perawatan belum bisa mengembalikan kulit cerahnya dalam sekejap.Aria terlihat menahan senyum dan mencubit lengan suaminya menegur.“Sayang, kamu sangat kasar. Para gadis suka sangat sensitif soal body sh
“Dixon, kenapa kamu hanya dia saja dan bantu istri kamu! Longgar sekali kamu kasih tumpangan pada mantan tapi mengabaikan istri kamu!” Ketika Dario sudah menjadi tegas dan menegur, tidak ada yang berani membantah. Bahkan Georgina menciut dihadapkan pada besannya yang marah.Dixon merasa ditegur oleh ayahnya di depan istrinya, agak tidak senang.“Ayah, aku bisa mengurus sendiri urusanku—““Dixon, jangan membantah ayahmu. Cepat bantu istri kamu,” potong Aria ikut menegur Dixon. Dulu ketika ayah dan anak itu tidak akur, Aria cenderung tidak membela siapa pun. Namun kali ini dia berdiri di sisi suaminya dan menegur putranya.Dia sangat tidak suka Dixon berhubungan dengan Freya saat dia masih memiliki Regina sebagai istrinya. dia takut Dixon masih menyimpan perasaan Freya dan akan mengabaikan Regina.Ekspresi Dixon tampak gelap. dia tidak bisa melawan ibunya. dia mengalihkan pandangannya pada Georgina dan Freya dingin sebelum menghampiri Regina.Dia mengambil kantong belanja di tangannya d
Regina tidak berbicara sepanjang jalan setelah mengantar Georgina dan Freya, bahkan tidak menatap Dixon.Suasana dalam mobil sangat hening.“Apa kamu sudah makan?” Dixon bertanya memecahkan keheningan dalam mobil.“Belum,” balas Regina tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela mobil.“Ingin makan di luar atau makan di rumah?”Regina hanya ingin pulang dan tidur tanpa berbicara dengan Dixon. Dia tidak ingin menghabiskan waktu untuk sekedar makan malam dengan pria itu. Dia juga sangat malas memasak setelah seharian keliling mal."Aku capek hari ini. aku tidak ingin masak, mari beli makanan cepat saji.”“Itu tidak sehat. Mari kita makan di restoran.”“Aku tidak selera makan. Jika kamu ingin makan di restoran, kamu saja yang pergi. Aku akan tetap beli makanan tetap saja,” balas Regina ketus. Suasana hatinya cukup buruk hari ini untuk berbicara dengan Dixon. Regina ingin ini cepat berakhir dan tidur.Dixon meliriknya namun tidak mengatakan apa pun. Tak lama kemudian dia berhenti di sebu
“Aku lelah hari ini dan tidak ingin mengobrol. Kamu sibuk saja sama urusan kamu, jangan pedulikan aku. Aku ingin tidur lebih awal.” Regina menarik lengannya dari cengkeraman Dixon dan berjalan meninggalkan dapur ke ruang tamu untuk mengambil kantong-kantong belanjaannya.Dixon menatap punggung dengan kening berkerut sebelum mengikutinya ke ruang tamu.“Kamu mendiamkan aku sejak sore. Aku ingin tahu kenapa.”Regina mengabaikannya dan meraih semua kantong belanjaan.Dixon yang kesal meraih sikutnya sekali lagi dengan tiba-tiba menyebabkan tas-tas belanja jatuh dari tangan Regina dan jatuh berhamburan di lantai.“Regina ....” Suara Dixon terhenti. Dia menatap semua belanjaan Regina yang berhamburan di lantai ruang tamu. Pandangannya terpaku pada pakaian-pakaian berbahan tipis kecil dan transparan. Terutama bahan berbentuk segitiga kecil dengan model seksi.Apa itu lingeria? Celana dalam?Dia meraih salah celana dalam G-spot kecil hitam dari bahan renda dan menggantung di jarinya melirik
Regina keluar dari kamar mengenakan jubah mandi tebal. Dia menatap ke sekeliling dan tidak melihat keberadaan Dixon di ruang tamu. Dia mendengar suara samar-samar air shower di kamar mandi.Tampaknya Dixon sedang mandi, pikirnya berjalan menuju sofa ruang tamu dan menghidupkan TV selagi menunggu Dixon selesai mandi agar bergantian.“Regina!”Regina menoleh ke arah pintu kamar mandi dan melihat pintu dibuka sedikit. Dia melihat pundak kekar nan basah yang telanjang Dixon dari celah kecil pintu itu.Entah kenapa pandangannya terpaku pada pundak telanjang dan memikirkan sosoknya di balik pintu tidak mengenakan apa pun. Semalam dia tidak bisa melihat tubuh Dixon sepenuhnya.Regina tercengang buru-buru mengalihkan pandangannya dan memukul kepalanya.“Apa yang kamu pikirkan sih, Regina?” bisiknya pelan pada dirinya sendiri.“Regina!” Kali ini setengah tubuh Dixon menjulur keluar dan memanggilnya. Dia menatapnya dari balik celah pintu. Sebagian dada bidang dan pinggangnya ramping terlihat.“
Hal yang dia sesali karena melihat secara langsung kejantanannya yang mengancung tegak. Regina menahan napas tampak tercekat. Matanya melebar, mulutnya terbuka dengan pipi memerah.Dia ... sangat besar. Mengapa dia menyadarinya?! Dia pernah merasakannya, namun tidak menyadari akan sebesar itu!Bagaimana .... bagaimana bisa ‘itu’ memasukinya?!Regina meringis merasakan membayangkan rasa sakit dan nikmat di saat bersamaan. Dia dapat merasakan kesemutan di pangkal pahanya.“Senang dengan milikku?” Suara Dixon terdengar serak dan menggoda berbisik di telinganya.“Kya!” Regina berteriak menutupi wajahnya malu dan berbalik memunggunginya.“Ka ... kamu! bagaimana milikmu bisa begitu besar!” Regina berteriak dengan tangan menutupi wajahnya.Dia merasakan tubuh Dixon menekan punggungnya dan memeluknya dari belakang. Dia mengecup pundaknya naik ke telinganya dan berbisik serak.“Bukankah itu sangat memuaskanmu?” bisiknya dengan suara berat menggosok ereksinya yang keras ke pantat kenyal istriny
“Aaah ....” Wajah Regina memerah padam, napasnya tak beraturan. Tangannya mencengkeram lengan bawahnya berusaha menghentikannya.“Hentikan,” desisnya gusar menahan erangannya.“Kamu basah sayang. Kamu terangsang,” balas Dixon dengan suara berat menggali di bibir bawahnya yang manis, sementara tangan satunya memijat buah dadanya.Regina mendesah. Pipinya bersemu merah, napasnya terengah-engah. Perlawanannya menjadi lemah diserang di titiknya yang mengguncang saraf nafsunya. Dia menggigit bibir bawahnya mencoba menahan suara erangannya yang memalukan.Dixon meliriknya dari ujung matanya dan menyeringai menikmati ekspresi istrinya lembutnya yang terangsang. Air shower membilas sabun di tubuh mereka.Regina memejamkan mata merasakan pahanya dibuka lebih lebar. Punggungnya di dorong membungkuk ke depan. Regina spontan memegang di dinding untuk menjaga keseimbangan dirinya.Tangannya Dixon meninggalkan buah dadanya dan meraih dagu Regina agar menoleh. Sorot matanya yang sayu dan berair mena