Cahaya mengigit bibirnya keras-keras saat mobil yang membawa mereka berjalan melintasi jalan raya menuju tempat yang tidak ia ketahui. Cahaya sudah menahan diri untuk tidak bertanya karena merasa seharusnya ia yang marah bukan sebaliknya!Akan tetapi suasana di mobil terasa seperti di dalam pemanggang dan Cahaya tidak menyukainya.“Sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Cahaya setelah menyerah untuk tidak bicara sebelum Alex memulainya lebih dahulu, tapi ternyata pria itu menyukai kebisuan sama besarnya dengan pekerjaan.Menyebalkan!“Suatu tempat.”“Kau tidak akan lebih spesifik? Kalau kau lupa aku masih mengenakan ini.” Cahaya menunjuk gaun pengantinnya yang luar biasa merepotkan. Padahal sebelumnya Cahaya amat menyukainya, sekarang gaun putih berkilauan yang ia kenakan membuat geraknya terbatas dan ia benar-benar sudah tidak sabar agar bisa melepaskannya.Alex menatap gaunnya kemudian menatapnya. Ekspresinya tidak terbaca.“Kau kesusahan, ya.”Dan Cahaya pikir pria itu berusaha agar t
Saat Cahaya yakin kalau ia bisa saja mati karena kehabisan napas Alex tiba-tiba tertawa dan menjitak keningnya.“Alex!” teriak Cahaya, menggosok keningnya yang malang, menatap Alex jengkel.Alex tertawa. “Apa? Kenapa kau terlihat kecewa? Kau punya sesuatu dipikiranmu untukku?” ledek Alex.“Kurasa kau terlalu percaya diri, Mister.”“Benarkah? Kurasa aku baru saja membuatmu tersipu. Percayalah aku mengenali gejala-gejalanya.”Ouh jadi pria ini sengaja menggodanya. Dua orang bisa memainkan permainan ini. Cahaya tersenyum sangat manis saat perlahan berjalan ke arah Alex. Mata pria itu menyipit, memperingatinya, tapi Cahaya tidak peduli.“Menurutku menggoda suami sendiri bukanlah kejahatan.” Cahaya menjalankan tangannya di sepanjang lengan Alex. Sentuhannya ringan, nyaris tidak kentara tapi Cahaya berharap cukup untuk membuat pria itu gugup.“Kau pikir apa yang kau lakukan?”Cahaya tersenyum polos. “Kenapa? Aku hanya menyentuh suamiku. Tidak boleh?”Alex menangkup tangannya, menariknya ke
Mungkin hanya ia satu-satunya orang di dunia ini yang menghabiskan waktu bulan madunya dengan belajar. Ya, belajar, persis seperti anak sekolahan. Cahaya tidak tahu bagaimana perasaannya tentang ini. Sejak awal respon pertamanya adalah terkejut dan sekarang yang Cahaya rasakan adalah kebingungan.Kenapa Alex bersikeras ingin ia belajar? Apa Alex malu dengan keadaannya? Cahaya tidak ingin mengalami momen itu lagi. Saat orang-orang dewasa yang seharusnya mendukung justru menyudutkan dan membuatnya menjadi di kucilkan.Tapi ia tidak punya pilihan. Dan meski tidak ingin mengakuinya secara terang-terangan, Cahaya sungguh ingin bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi orang normal. Jika ini slaah satu tantangan yang harus ia tempuh, Cahaya akan menjalaninya dengan berani.Cahaya tersenyum memandang pantai Elia yang menawan dan juga menenangkan dari villa milik Alex. Hanya dengan sekali lihat Cahaya tahu kawasan disekitar pantai ini dilingkupi dengan kemewahan. Pantainya menakjubkan dengan g
“Kau suka?”Suka? Kata itu terlalu remeh. Cahaya jatuh cinta! Persis seperti yang dikatakan Alex. Ouh ya ampun! Sejauh mata memandang Cahaya disuguhi dengan keindahan laut yang spektakuler dan juga jajaran rumah putih yang tampak memukau. Cahaya tidak bisa menghentikan cengiran bodoh menghiasi wajahnya.“Ini sangat indah, Alex. Kurasa aku tidak akan keberatan menghabiskan waktu seumur hidup di tempat ini. Melihat kapal menepi, senja yang indah dan juga rumah-rumah tradisional yang begitu cantik, siapa yang tidak akan jatuh cinta dengan tempat ini?”Saat ia berbalik, Alex tengah menatapnya dengan sorot mata aneh.“Kenapa?” tanya Cahaya, merasa wajahnya panas. Mungkin Alex malu karena tingkahnya yang konyol. Cahaya bersyukur tidak begitu banyak pengunjung yang datang. Perjalanan selama 4 jam lebih terbayar lunas begitu melihat apa yang bisa ia dapatkan.“Bukan apa-apa,” jawab Alex pendek.Kening Cahaya mengerut, tapi ia tidak ingin mendesak pria itu lebih jauh. Cahaya kembali memandang
Alex tidak tahu apakah harus tersinggung atau tertawa mendengar pertanyaan absurd Cahaya. Akan tetapi mungkin itulah yang akan dipikirkan orang-orang jika melihat interaksinya dengan keluarganya kan? Alex menarik gelasnya mendekat, memberikan isyarat lewat tatapan matanya agar Cahaya juga mengambil minumannya.“Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?” tanya Alex geli.Cahaya terlihat lega. Kenapa? Apa gadis itu pikir ia akan marah?“Kau begitu berjarak dengan keluargamu. Aku bisa mengerti kalau kau tidak dekat dengan sepupumu karena mereka sepertinya jahat, tapi orang tuamu? Apa yang mereka lakukan sampai kau harus tinggal di benua lain untuk hidup?”Mengabaikan pertanyaan lainnya Alex fokus pada pernyataan Cahaya yang menarik.“Sepupuku jahat? Kenapa kau bilang seperti itu?”Cahaya tiba-tiba terlihat gelisah dan jika Alex tidak salah tebak sedikit takut juga. Kenapa? Alex menangkap gerakan kaki Cahaya di bawah meja. Mata Cahaya juga enggan menatapnya.“Kurasa kau akan marah kalau ak
Tentu saja mereka tidur di kamar suite dan meski memiliki 2 kamar ia dan Alex sepakat kalau mereka akan menggunakan ranjang yang sama seperti yang selalu mereka lakukan sejak resmi menjadi sepasang suami istri.Sayangnya, seperti yang sudah ditebak Cahaya, Alex sama sekali tidak tertarik padanya. Bahkan jika Cahaya telanajng sekalipun ia yakin Alex juga tidak akan terengaruh. Pemikiran itu menggelisahkan. Apa ia memang tidak menarik atau Alex hanya tidak tertarik padanya secara keseluruhan?Cahaya memandang tampilan dirinya dari balik cermin yang ada di dalam kamar mandi. Ia memutar badannya untuk melihat bentuk tubuhnya. Cahaya tergoda untuk mengenakan salah satu baju malam mengerikan yang disiakan oleh Entah Siapa itu hanya untuk menguji Alex.Kau yakin? Bagaimana jika dia membalik meja padamu lagi? Dewi batinnya memutar mata dengan keanggunan bagai ratu.“Cahaya? kau baik-baik saja?”Cahaya melompat. Tangannya dengan cepat mencengkeram jubah mandinya seakan takut ikatannya lepas. I
Jadi inilah dia wanita itu. Kekasih Alex. Tidak heran Alex merasa dijebak dengan pernikahan ini jika melihat seperti apa wanita yang menjadi kekasih Alex. Cahaya tiba-tiba merasa seperti pengganggu. Jika bukan karena dirinya, seperti yang dikatakan Elena, mereka mungkin sudah menikah saat ini.Pemikiran itu tanpa sadar membuat Cahaya mengambil langkah mundur, tapi cengkeraman di pergelangan tangannya membuat langkahnya berhenti. Saat ia mendongak, Alex sedang menatap Grace dengan ekspresi dingin mematikan.Oh oh.“Aku tidak tahu kalau kau kembali ke sini. Aku menginap di sini, tempat ini mengingatkanku pada saat-saat itu. Kau masih ingat?”Rasanya Cahaya ingin melarikan diri. Pembicaraan ini bukan sesuatu yang ingin didengar oleh istri manapun bahkan jika pernikahan itu bukan atas dasar cinta. Cahaya berusaha melepaskan diri dari genggaman Alex, tapi pria itu justru semakin mengeratkan genggamannya hingga rasanya menyakitkan.“Kami harus pergi.”Dan untuk pertama kalinya akhirnya Grac
“Ya, dia berusaha menciummku, tapi aku menolaknya. Kalau kau melihat dengan lebih teliti dan bukannya terpancing mengikuti emosimu yang labil itu, kau pasti melihat bagaimana aku berusaha menjauh darinya! Apa kau berpikir serendah itu tentangku?” Mata Alex berkobar, membuat Cahaya disengat perasaan bersalah karenanya.“Gadis kecil sepertimu sepertinya memang terbiasa mengikuti emosinya daripada menggunakan akalnya,” tambah Alex dengan rahang terkatup rapat.“Alex aku…”Tapi Alex mengangkat tangannya, menghentikan ocehan Cahaya.“Aku tidak ingin mendengar apa pun. Kalau interogasimu sudah selesai dan kecurigaanmu sudah terpuaskan sebaiknya kau tidur atau kau mau kembali ke villa?” Alex mengatakannya dengan manis, tapi Cahaya bisa merasakan kemarahan dalam setiap katanya.Sekarang apa?Ia salah karena menuduh Alex, tapi kenapa Alex sepertinya menyembunyikan sesuatu? Ia mengikuti gerakan Alex lewat tatapan matanya saat pria itu bergegas berjalan ke kamar mereka, meninggalkan Cahaya yang