Brak!Pintu kayu tebal bercampur besi sebagai penguat untuk keamanan area gudang telah terbuka. Para pengawal dan keamanan perusahaan mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu yang kini sudah terbuka lebar itu.Dua orang wanita masuk bersama dengan di dampingi oleh beberapa petugas keamanan. Wanita cantik dengan mengenakan blazer warna biru itu berdiri sangat tegap dengan dagu yang terangkat. Benar-benar berbeda dengan sikap yang ditunjukkan di depan aula rapat tadi.Dania yang baru saja mendapatkan tamparan keras dari Alex, menjadi sangat bertekad kalau dia harus benar-benar berubah menjadi Dania yang berbeda saat ini. Menjadi Dania sang presdir Mediatama.“Sayang. Akhirnya kamu dateng juga,” ucap Restu dengan senyum lega karena Dania mendatanginya.“Liat! Kalian liat kan sekarang. Semua yang aku bilang itu semua bener. Aku emang suami presdir kalian. Sekarang lepasin aku! Sayang, suruh mereka lepasin aku. Pecat mereka sayang, mereka udah kurang ajar sama suami kamu,” lanjut Restu
Dania sedang duduk di depan meja rias yang ada di kamarnya. Seorang MUA sedang menata rambut panjangnya untuk melengkapi penampilannya malam ini.Dania akan mendatangi pesta ulang tahun perusahaan yang diadakan di ballroom Royal Hotel, hotel milik Media Grup. Ini adalah puncak acara ulang tahun perusahaan yang juga merupakan kelanjutan dari rapat umum kemarin.Dania dibantu untuk mengenakan gaun yang dia pilih kemarin atas rekomendasi Alex. Dia ingin terlihat cantik di depan semua orang, karena dia ingin menampilkan dirinya yang berbeda. Status baru, penampilan juga baru.“Bu, kita sudah harus berangkat,” ucap Maya sekedar mengingatkan.“Iya, aku tinggal pake sepatu. May, rumahnya udah kamu bersihkan?” tanya Dania sambil menatap asisten pribadinya itu.“Sudah, Bu. Besok pengacara kita akan mengurus semua harta milik Pak Burhan.”Dania terdiam sejenak, “Jangan terlalu keras pada mereka. Bagaimanapun, mereka keluarga Pak Burhan. Tapi kalo mereka melebihi batas, jangan ragu untuk bert
Rangkaian hari ulang tahun perusahaan yang sangat padat sudah berlalu. Dania mendapatkan banyak pujian dari Haris karena dia berhasil menggelar acara ulang tahun perusahaan dengan sangat baik.Bukan hanya dari Haris, tapi banyak orang berpengaruh di perusahaan yang kini mulai melihat Dania. Mereka mulai memperhitungkan kinerja Dania yang terlihat sangat profesional, meski Dania baru saja masuk ke dunia bisnis.Tentu saja itu membuat Dania sangat senang. Dia kini bisa berjalan dengan lebih baik dengan kakinya sendiri. Dia kini bisa lebih kuat seperti yang dia inginkan. Kenangan buruk masa lalu sudah di hilangkan.Dania sedang di sibukkan dengan tumpukan berkas yang harus dia periksa. Dia kembali disibukkan dengan semua rutinitas perusahaan.Derrt.Konsentrasi Dania sedikit terusik mendengar getar ponselnya yang tergeletak di atas meja kerjanya. Dia melirik ke arah benda pipih itu untuk mencari tahu siapa yang menghubunginya. Dania segera meraih ponselnya saat dia melihat ada nama ora
Dania sedang menikmati kopi hangat di balkon apartemennya. Dia menghirup aroma kopi itu dalam-dalam agar dia bisa sedikit merelakskan pikirannya. Beberapa hari ini tugas pekerjaannya sangat banyak, sehingga tubuhnya terasa sangat lelah. Dania ingin liburan, tapi untuk seorang presdir seperti dia, hal itu pasti sangatlah mustahil. Apa lagi saat ini, perusahaan yang sedang dia pimpin itu baru saja menerima beberapa proyek baru yang sedang membutuhkan perhatian lebih. Sebagai pimpinan yang juga baru saja masuk ke dunia bisnis, tentu saja Dania merasa sangat antusias dengan pekerjaan ini.“Bu, pagi ini mau makan apa?” tanya pelayan yang setiap hari datang ke apartemen Dania.“Makan apa aja deh, Bi. Ada apa di kulkas, masak aja. Saya gak rewel kok,” jawab Dania sambil tersenyum.“Baik, Bu. Tapi siang ini saya mau belanja, Bu. Bahan makanan di rumah sudah habis.”“Oh gitu. Ya udah, kalo gitu kita belanja sekarang aja yuk. Lagi pengen belanja juga saya.”“Baik, Bu.”Dania meminum sediki
“Heeii ... santai aja dong, Tante. Gak usah marah-marah gitu pagi-pagi,” celetuk seseorang yang tiba-tiba memasang badan di dekat Dania.Otomatis saja pria muda itu menjadi perhatian Dania dan Rina yang sedang bersitegang. Mereka melihat ke pria muda itu, yang kini malah terlihat sedang tersenyum pada dua wanita beda usia di depannya itu.“Kamu siapa?” tanya Rina yang sedikit kaget dengan kedatangan pria yang belum pernah dia kenal.“Hai. Kamu gak papa kan?” tanya Bastian sambil melihat ke arah Dania.Rina melihat ke arah Dania dan pria itu. Tampak di depannya si pria sedang tersenyum pada Dania, tapi Dania justru hanya melihat saja tanpa ekspresi.“Oh, jadi kamu ya orangnya. Orang yang hancurin rumah tangga anakku?!” hardik Rina tiba-tiba.Bastian menoleh ke arah Rina dengan ekspresi kaget, “Hah! Rumah tangga? Maksudnya??” Bastian menoleh ke arah Dania berharap agar dia mendapat jawaban.“Tante, saya udah bilang berkali-kali. Saya gak pernah ada hubungan sama anak, Tante. Jadi tol
Dania datang ke sebuah restoran tempat dia akan bertemu dengan Haris. Dania datang bersama dengan Maya, karena setelah ini, mereka berdua harus menghadiri sebuah undangan dari salah satu relasi perusahaan.Sejak tadi Dania selalu penasaran dengan sosok klien yang dikatakan oleh Haris. Dia ingin tahu siapakah klien tersebut, hingga pimpinan tertinggi perusahaan ini harus menjamunya secara langsung.Tok tok tok.Maya membukakan pintu ruangan VIP di depannya untuk Dania. Dia pun mempersilakan atasannya itu untuk masuk dan bergabung dengan Haris dan tamunya.“Naah, akhirnya yang di tunggu dateng juga. Dania, sini Opa kenalkan ke klien yang tadi Opa ceritakan tadi. Ini Pak Bram Rahmadi. Beliau ini salah satu klien terpenting kita. Pendiri PT Gemilang Persada.” Haris memperkenalkan kliennya pada Dania.“Oh, ini pemilik PT Gemilang. Senang bisa berkenalan dengan Pak Bram. Saya Dania, Pak.” Dania tersenyum ramah pada klien yang namanya dia kenali itu.“Seneng akhirnya bisa ketemu sama cucun
“Restu, cepet sini,” panggil Rina lagi.Restu pun keluar dan berdiri di pagar pembatas lantai dua, “Ada apa sih, Ma?” tanya Restu sambil melihat ke bawah.Rina melihat ke atas dan melambaikan tangannya menyuruh Restu turun, “Cepet turun! Liat ini!”“Ada apa sih?”“Udah buruan ke sini! Cepetan!”Restu dan Lisa yang penasaran dengan Rina pun akhirnya segera memutuskan untuk turun dari lantai dua. Mereka ingin tahu apa yang ingin disampaikan oleh Rina karena tampaknya itu adalah sesuatu yang sangat pentingTampak saat ini Rina sedang duduk di depan televisi dan matanya seolah terus mengarah ke televisi tersebut. Restu dan Lisa yang baru saja turun dari lantai 2 segera ikut duduk di sofa yang ada di depan TV.“Lihat itu,” ucap Rina sambil menunjuk ke arah televisi.Tanpa bertanya lagi, Restu dan Lisa pun segera mengalihkan pandangan mereka ke arah televisi. Tampak di depan mereka siaran televisi itu sedang menyiarkan berita tentang Dania.“Dania mau nikah?!” ucap Lisa kaget.“Seriusa
“Itu siapa sih?” tanya Alex yang merasa tidak kenal dengan tamu Haris.Alex terus mengamati ruang meeting yang dihiasi oleh kaca buram itu. Dia hanya bisa mengenali sosok kakeknya dan juga Bima, tapi dia tidak mengenali sosok tamu yang sedang ditemui oleh kakeknya di dalam sana.Alex memilih untuk segera kembali ke ruangannya dari pada dia sibuk mencari tahu apa yang dilakukan oleh kakeknya. Itu bukanlah sikap Alex sama sekali.“Paling juga orang dari rencana konyol Opa itu. Ya udahlah, biarin aja,” gumam Alex yang tidak ingin terlalu kepo kemudian segera masuk ke dalam ruang kerjanya.Sementara itu di dalam ruang rapat, Haris sedang duduk berhadapan dengan seorang pria muda yang berani datang untuk menemuinya. Seorang tamu yang tidak pernah disangka oleh Haris untuk datang berurusan dengan dia.Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari 3 orang yang ada di ruangan itu. Haris masih melihat lurus ke arah tamunya, berusaha untuk menebak apa maksud kedatangan Restu ke kantornya.“Mau ap